Menciptakan Talenta Esports Berkualitas

Kenny ‘Xepher’ Deo, Matthew ‘Whitemon’ Filemon, Hansel ‘BnTeT’ Ferdinand, Muhammad ‘Ryzen’ Albi, adalah sederet nama yang telah berhasil membuktikan kesuksesannya di kancah olahraga elektronik (esports). Industri esports Indonesia memang tengah bertumbuh dengan sangat pesat.

Dalam rangka mendorong pengembangan ekosistem khususnya dalam hal talenta, Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) mengenalkan Akademi Esports Garudaku. Wakil Kepala Bidang Hubungan Masyarakat PBESI, Andrew Tobias mengatakan, akademi ini menjadi program strategis yang akan menjawab tantangan pembangunan ekosistem esports di dalam negeri yang berprestasi dan berintegritas. 

Program ini juga diharapkan bisa menciptakan regenerasi para pelaku olahraga elektronik. “Kita mau ada regenerasi juga, ini jadi titik utamanya. Indonesia terkenal di bidang esports, tapi apa kabarnya kalau para atlet sudah berhenti,” katanya. 

Kepala Program Akademi Esports Garudaku, Robertus Aditya Pratomo Putro mengatakan, akademi ini akan fokus pada pembinaan talenta sejak dini melalui kegiatan ekstrakurikuler dari berbagai sekolah di Indonesia. 

Format akademinya akan dilakukan secara daring dan luring apabila sudah memungkinkan. Menurutnya, pengajaran yang diberikan tak hanya mengenai keterampilan teknikal bermain gim, tapi juga softskill seperti leadership, public speaking, team work dan lain sebagainya. 

Secara reguler, peserta akademi nantinya akan mengikuti kelas berdurasi 90 menit per minggu dengan total 12 kali pertemuan yang meliputi materi general skill, game strategy, dan praktik serta evaluasi hasil. 

Para peserta akademi, katanya, juga berpeluang dilirik PBESI menjadi atlet nasional karena secara berkala akan ada uji tanding, class meeting, hingga rangkaian kompetisi yang akan digelar. 

Adapun, Akademi Esports Garudaku pada tahap ini akan membuka ekstrakurikuler untuk tiga judul gim yakni Mobile Legends: Bang-Bang, PUBG Mobile, Free Fire. Masing-masing gim nantinya akan diampu oleh pelatih yang telah melewati proses seleksi dari PBESI. 

Tak hanya atlet, Robert juga menyebut akademi ini dihadirkan dengan tujuan untuk memperkenalkan lebih jauh para pelaku esports di balik dan di depan layar. Ini termasuk brand ambassador, broadcaster, hingga manajemen event organizer. 

“Ekosistem talenta esports kan tidak hanya atlet saja, ada banyak komponen pendukungnya. Kami ingin ini juga bisa dikenal lebih luas lagi, dan bisa menjadi opsi untuk anak-anak muda yang tertarik dengan dunia esports dan game,” katanya. 
 

Mematahkan Stigma 

Robert mengatakan bahwa Akademi Esports Garudaku diharapkan juga bisa meruntuhkan stigma buruk mengenai gaming dan esports. Menurutnya, olahraga elektronik sudah sepantasnya dipandang sebagai sebuah ekosistem dan industri yang bisa memberikan dampak positif bagi pelakunya. 

Ini juga yang mendorong PBESI menggandeng dunia pendidikan dalam program akademi. Koordinator Program Sekolah Marie Joseph, Gary Anderson, juga menyatakan bahwa stigma itu akan menjadi tantangan untuk mengajak anak ikut serta aktif dalam dunia esports. 

Untuk itu, diperlukan proses edukasi yang berkelanjutan kepada para orang tua bahwa esports tidak hanya tentang bermain gim saja. Menurutnya, yang perlu ditekankan adalah esports melatih banyak keterampilan penting untuk anak seperti berpikir kritis, bekerja dalam tekanan, kerja sama, pengambilan keputusan, dan lain-lain. 

“Harapan kami dengan adanya akademi ini akan membuka mata banyak orang bawa ada lebih banyak hal dari bermain gim. Bahwa ada berbagai aspek yang bisa dipelajari dan menjadi kesempatan bagi esport. Kita semua harus bisa beradaptasi dari dunia yang berkembang sedemikian cepat, termasuk untuk hal ini,” kata Anderson. 


Editor : Gita Carla