Seniman Aditya Novali Gelar Pameran Tunggal Selama 6 Bulan, Yuk Intip Profilnya
26 March 2022 |
16:56 WIB
Seniman Aditya Novali mengadakan pameran tunggal bertajuk WHY di Tumurun Museum, Solo, Jawa Tengah, selama 6 bulan dari 26 Maret sampai dengan 26 September 2022.Aditya yang selalu berpameran di luar Solo, kini melakukan pameran di kota kelahiran sendiri. Siapa sosok seniman ini?
Dilansir dari rilis yang diterima oleh Hypeabis.id, sang seniman lahir di Solo pada 1978 silam, dan menerima gelar Bachelor of Engineering in Architecture dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia pada 2002.
Dia juga menerima gelar IM Master of Conceptual Design dari Akademi Desain Eindhoven, Belanda pada 2008.
Sang seniman berkarya dengan berbagai medium. Dalam menggunakan medium yang akan dipilih, masih dalam rilis, sering kali Aditya memikirkan ide terlebih dahulu. Kemudian, dia menemukan media yang tepat untuk berkarya.
Memiliki latar belakang arsitektur membuat sang seniman memiliki kepekaan terhadap struktur, ruang, dan pengetahuan tentang konstruksi yang merupakan elemen kunci dari pendekatan dan estetikanya.
Karya-karya seni rupa sang seniman telah dipamerkan di galeri dan institusi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, Singapura, Taiwan, Inggris, Italia, Swiss, Jepang, dan Lebanon.
Beberapa pameran yang telah diikutinya antara lain, Dhaka Art Summit: Seismic Movements (2020), Bangladesh. The 9th Asia Pacific Triennial of Contemporary Art (2018), QAGOMA, Brisbane, Australia. DIASPORA: Exit, Exile, Exodus of Southeast Asia (2018), MAIIAM Contemporary Art Museum, Chiang Mai, Thailand.
Selain itu, sang seniman juga merupakan finalis dalam Sovereign Asian Art Prize 2010. Kemudia, dia juga mendapatkan anugerah Best Artwork di Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA) pada tahun yang sama.
Dia juga mendapatkan nominasi Best Emerging Artist Using Installation di 2016 Prudential Eye Awards di Singapura, dan karyanya ditampilkan di Solo dengan judul Caprice in the Discoveries Section of Art Basel, Hong Kong 2017.
Editor: Dika Irawan
Dilansir dari rilis yang diterima oleh Hypeabis.id, sang seniman lahir di Solo pada 1978 silam, dan menerima gelar Bachelor of Engineering in Architecture dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia pada 2002.
Dia juga menerima gelar IM Master of Conceptual Design dari Akademi Desain Eindhoven, Belanda pada 2008.
Sang seniman berkarya dengan berbagai medium. Dalam menggunakan medium yang akan dipilih, masih dalam rilis, sering kali Aditya memikirkan ide terlebih dahulu. Kemudian, dia menemukan media yang tepat untuk berkarya.
Memiliki latar belakang arsitektur membuat sang seniman memiliki kepekaan terhadap struktur, ruang, dan pengetahuan tentang konstruksi yang merupakan elemen kunci dari pendekatan dan estetikanya.
Karya-karya seni rupa sang seniman telah dipamerkan di galeri dan institusi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, Singapura, Taiwan, Inggris, Italia, Swiss, Jepang, dan Lebanon.
Beberapa pameran yang telah diikutinya antara lain, Dhaka Art Summit: Seismic Movements (2020), Bangladesh. The 9th Asia Pacific Triennial of Contemporary Art (2018), QAGOMA, Brisbane, Australia. DIASPORA: Exit, Exile, Exodus of Southeast Asia (2018), MAIIAM Contemporary Art Museum, Chiang Mai, Thailand.
Selain itu, sang seniman juga merupakan finalis dalam Sovereign Asian Art Prize 2010. Kemudia, dia juga mendapatkan anugerah Best Artwork di Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA) pada tahun yang sama.
Dia juga mendapatkan nominasi Best Emerging Artist Using Installation di 2016 Prudential Eye Awards di Singapura, dan karyanya ditampilkan di Solo dengan judul Caprice in the Discoveries Section of Art Basel, Hong Kong 2017.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.