Ini Alasan & Proses Erwin Parengkuan Bikin Buku Understand-Inc People 2.0
04 March 2022 |
19:13 WIB
Praktisi komunikasi sekaligus CEO & Founder, Erwin Parengkuan, merilis buku terbarunya berjudul Understand-Inc People 2.0. Buku ini mencoba mengurai kaitan antara kepribadian seseorang dengan gaya komunikasinya, sehingga mereka mampu mengenali diri sendiri sekaligus mengetahui kelemahan dan keunggulannya.
Dalam bukunya itu, Erwin memperdalam pembagian empat kepribadian yang digagas Hippocrates yakni Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis, dengan menyusun sebuah instrumen penghubung antara kepribadian dengan gaya komunikasi. Dia mempelajari bahwa dengan memahami dua hal ini akan dapat memaksimalkan keahlian komunikasi seseorang.
Dalam acara peluncuran bukunya yang diadakan secara virtual, Jumat (4/3/2022), Erwin menjelaskan bahwa buku ini merupakan lanjutan dari dua bukunya yang telah diterbitkan sebelumnya yakni Click! (2011) dan Understand-inc People (2017).
Ide menerbitkan bukunya berawal dari pertemuannya dengan salah satu buku yang berjudul Personality Plus karya Florence Littauer. Buku itu menguraikan pemikiran filsuf terkemuka Hippocrates tentang empat kepribadian manusia yakni Sanguinis, Melankolis, Koleris dan Plegmatis.
Namun, Erwin mengaku kesulitan untuk mencerna buku tersebut meski menurutnya buku itu cukup reflektif dan kontekstual. Pembacaannya itu pun memunculkan pertanyaan pada Erwin apakah kepribadian seseorang ada kaitannya dengan cara mereka berkomunikasi.
“Menurut pengamatan saya, orang yang ekstrovert itu cenderung gaya bicaranya juga ekstrovert. Begitupun dengan orang-orang introvert yang gaya bicaranya cenderung tertutup,” katanya.
Berangkat dari pertanyaan tersebut, akhirnya dia melakukan sebuah riset yang mendalam kaitan antara kepribadian dan gaya komunikasi seseorang. Pada tahun 2009, dia memulai penelitian dengan beberapa psikolog, menyebarkan 100 angket, serta melakukan forum group discussion (FGD).
Akhirnya, pada 2011, penelitiannya itu berhasil diterbitkan dalam buku berjudul Click! dan disempurnakan lagi dalam buku Understand-inc People. “Ternyata hasil observasi saya betul bahwa kepribadian manusia sama dengan cara mereka berkomunikasi,” terangnya.
Lantas, dia menamai keempat tipe kepribadian tadi dengan GKRD yakni si Gesit (Sanguinis), si Kuat (Koleris), si Rinci (Melankolis), dan si Damai (Plegmatis). Erwin menjelaskan bahwa si Kuat bicaranya cenderung straight to the point tanpa basa-basi, intonasinya kencang serta kalimatnya yang lebih pendek.
Si Gesit biasanya cara bicaranya tidak terstruktur, spontanitas, sangat ekspresif dan kreatif. Pada si Rinci, gaya bicaranya cenderung tertata, terstruktur, intonasi dan bahasa tubuhnya teratur serta sangat perfeksionis. Sementara si Damai, cenderung memiliki gaya bicara yang tenang dan selalu menghindari konfrontasi atau perdebatan.
(Baca juga: Belajar Jadi Ambivert dalam Buku Terbaru Erwin Parengkuan "Understand-Inc People 2.0")
Meski demikian, Erwin juga menuturkan bahwa ada orang-orang yang tidak terlalu ekstrover juga introver. Hal ini, katanya, pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog tahun 1940-an bernama Carl Jung. Orang-orang seperti ini yang dinamakan ambiver.
Menurut Erwin, ambiver adalah orang-orang yang senang di keramaian dan mudah beradaptasi dengan orang lain, tetapi juga sangat menikmati kesendirian. Dengan kata lain, pada orang-orang tipe ambiver, mereka memiliki kepribadian ekstrover dan introver secara seimbang. “Mereka akan lebih sukses dalam menjalani kehidupan dan pekerjaan karena lebih adaptif,” terangnya.
Dengan demikian, melalui bukunya ini, Erwin mencoba membantu orang-orang untuk bisa memaksimalkan keempat kepribadian tersebut yang sebenarnya ada di dalam diri tiap orang. Dengan begitu, kita akan mampu menyelesaikan masalah dan konflik, berpikir kreatif, mencintai proses dengan berpikiran kritis, serta menjadi pribadi yang tenang dan pendengar yang baik.
“Kita tidak boleh terjebak dengan emosi dan pola pikir kita yang mungkin belum bertumbuh. Kita harus meninggalkan diri yang lama untuk menjadi pribadi yang baru. Jadi buku ini membantu dan memaksakan setiap orang untuk menjadi ambiver,” ujar Erwin.
Editor: Gita
Dalam bukunya itu, Erwin memperdalam pembagian empat kepribadian yang digagas Hippocrates yakni Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis, dengan menyusun sebuah instrumen penghubung antara kepribadian dengan gaya komunikasi. Dia mempelajari bahwa dengan memahami dua hal ini akan dapat memaksimalkan keahlian komunikasi seseorang.
Dalam acara peluncuran bukunya yang diadakan secara virtual, Jumat (4/3/2022), Erwin menjelaskan bahwa buku ini merupakan lanjutan dari dua bukunya yang telah diterbitkan sebelumnya yakni Click! (2011) dan Understand-inc People (2017).
Ide menerbitkan bukunya berawal dari pertemuannya dengan salah satu buku yang berjudul Personality Plus karya Florence Littauer. Buku itu menguraikan pemikiran filsuf terkemuka Hippocrates tentang empat kepribadian manusia yakni Sanguinis, Melankolis, Koleris dan Plegmatis.
Namun, Erwin mengaku kesulitan untuk mencerna buku tersebut meski menurutnya buku itu cukup reflektif dan kontekstual. Pembacaannya itu pun memunculkan pertanyaan pada Erwin apakah kepribadian seseorang ada kaitannya dengan cara mereka berkomunikasi.
“Menurut pengamatan saya, orang yang ekstrovert itu cenderung gaya bicaranya juga ekstrovert. Begitupun dengan orang-orang introvert yang gaya bicaranya cenderung tertutup,” katanya.
Dok. Gramedia Pustaka Utama
Akhirnya, pada 2011, penelitiannya itu berhasil diterbitkan dalam buku berjudul Click! dan disempurnakan lagi dalam buku Understand-inc People. “Ternyata hasil observasi saya betul bahwa kepribadian manusia sama dengan cara mereka berkomunikasi,” terangnya.
Lantas, dia menamai keempat tipe kepribadian tadi dengan GKRD yakni si Gesit (Sanguinis), si Kuat (Koleris), si Rinci (Melankolis), dan si Damai (Plegmatis). Erwin menjelaskan bahwa si Kuat bicaranya cenderung straight to the point tanpa basa-basi, intonasinya kencang serta kalimatnya yang lebih pendek.
Si Gesit biasanya cara bicaranya tidak terstruktur, spontanitas, sangat ekspresif dan kreatif. Pada si Rinci, gaya bicaranya cenderung tertata, terstruktur, intonasi dan bahasa tubuhnya teratur serta sangat perfeksionis. Sementara si Damai, cenderung memiliki gaya bicara yang tenang dan selalu menghindari konfrontasi atau perdebatan.
(Baca juga: Belajar Jadi Ambivert dalam Buku Terbaru Erwin Parengkuan "Understand-Inc People 2.0")
Meski demikian, Erwin juga menuturkan bahwa ada orang-orang yang tidak terlalu ekstrover juga introver. Hal ini, katanya, pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog tahun 1940-an bernama Carl Jung. Orang-orang seperti ini yang dinamakan ambiver.
Menurut Erwin, ambiver adalah orang-orang yang senang di keramaian dan mudah beradaptasi dengan orang lain, tetapi juga sangat menikmati kesendirian. Dengan kata lain, pada orang-orang tipe ambiver, mereka memiliki kepribadian ekstrover dan introver secara seimbang. “Mereka akan lebih sukses dalam menjalani kehidupan dan pekerjaan karena lebih adaptif,” terangnya.
Dengan demikian, melalui bukunya ini, Erwin mencoba membantu orang-orang untuk bisa memaksimalkan keempat kepribadian tersebut yang sebenarnya ada di dalam diri tiap orang. Dengan begitu, kita akan mampu menyelesaikan masalah dan konflik, berpikir kreatif, mencintai proses dengan berpikiran kritis, serta menjadi pribadi yang tenang dan pendengar yang baik.
“Kita tidak boleh terjebak dengan emosi dan pola pikir kita yang mungkin belum bertumbuh. Kita harus meninggalkan diri yang lama untuk menjadi pribadi yang baru. Jadi buku ini membantu dan memaksakan setiap orang untuk menjadi ambiver,” ujar Erwin.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.