Kaum Muda Asia Pasifik Punya Cara Membuat Hari Lebih Baik Kala Pandemi
17 February 2022 |
14:29 WIB
Plan Internasional dalam laporan berjudul Better Today mendapati bahwa kaum muda di Asia Pasifik menemukan cara untuk membuat kondisi menjadi lebih baik meskipun pandemi Covid-19 masih ada hingga saat ini. Tahun kedua pandemi juga menantang kaum muda di seluruh Asia Pasifik dalam banyak hal.
Laporan tersebut mengumpulkan wawasan para kaum muda yang ada di Asia Pasifik untuk berkumpul mendengarkan cerita dan pengalaman pribadi setiap orang selama pandemi virus Covid-19.
Kemudian para kaum muda itu juga menulis dan berbagi surat empati dan pemberian semangat, serta melihat dunia yang ingin dikunjungi melalui koleksi foto.
Mereka berbicara tentang kehilangan dan rasa sakit yang mereka rasakan sebagai akibat dari dampak Covid-19 pada kehidupan muda mereka. Namun tekad dan semangat juang mereka juga muncul.
“Kaum muda di Asia Pasifik ingin mulai membangun hari ini yang lebih baik,” demikian tertulis dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.
Masih dalam rilis yang sama, disebutkan bahwa tahun kedua pandemi menantang kaum muda di seluruh Asia Pasifik dalam banyak hal. Pandemi Covid-19 merusak kesehatan fisik dan mental kaum muda dengan membuat orang sakit dan meningkatkan stres mereka dengan lockdown yang berkepanjangan dan prospek yang pesimistis.
Kondisi ini juga menyebabkan tantangan ekonomi yang parah, pembatasan kesempatan pendidikan, dan peningkatan kekerasan berbasis gender secara daring dan luring.
“Cerita dan surat yang dimuat dalam Better Today melukiskan gambaran tentang apa yang sebenarnya berarti bagi individu kaum muda di seluruh Asia Pasifik pada tahun 2021,” tulis rilis tersebut.
Bhagyashri Dengle, Direktur Eksekutif Plan International untuk Asia Pasifik, menuturkan dirinya khawatir pandemi membuat kaum muda di seluruh wilayah masih berjuang dengan beberapa dampak negatif yang sama dari Covid-19 yang terjadi pada 2020 ditambah stres tambahan dan kompleks.
Anak-anak perempuan, khususnya, dia menuturkan sangat membutuhkan dukungan yang lebih kuat dari pemerintah dan penyedia layanan sosial.
Plan International memperkirakan ada 13 juta lebih anak perempuan yang berisiko terkena CEFM, dan kemungkinan meningkatnya kehamilan remaja karena COVID-19.
Editor: M R Purboyo
Laporan tersebut mengumpulkan wawasan para kaum muda yang ada di Asia Pasifik untuk berkumpul mendengarkan cerita dan pengalaman pribadi setiap orang selama pandemi virus Covid-19.
Kemudian para kaum muda itu juga menulis dan berbagi surat empati dan pemberian semangat, serta melihat dunia yang ingin dikunjungi melalui koleksi foto.
Mereka berbicara tentang kehilangan dan rasa sakit yang mereka rasakan sebagai akibat dari dampak Covid-19 pada kehidupan muda mereka. Namun tekad dan semangat juang mereka juga muncul.
“Kaum muda di Asia Pasifik ingin mulai membangun hari ini yang lebih baik,” demikian tertulis dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.
Masih dalam rilis yang sama, disebutkan bahwa tahun kedua pandemi menantang kaum muda di seluruh Asia Pasifik dalam banyak hal. Pandemi Covid-19 merusak kesehatan fisik dan mental kaum muda dengan membuat orang sakit dan meningkatkan stres mereka dengan lockdown yang berkepanjangan dan prospek yang pesimistis.
Kondisi ini juga menyebabkan tantangan ekonomi yang parah, pembatasan kesempatan pendidikan, dan peningkatan kekerasan berbasis gender secara daring dan luring.
“Cerita dan surat yang dimuat dalam Better Today melukiskan gambaran tentang apa yang sebenarnya berarti bagi individu kaum muda di seluruh Asia Pasifik pada tahun 2021,” tulis rilis tersebut.
Bhagyashri Dengle, Direktur Eksekutif Plan International untuk Asia Pasifik, menuturkan dirinya khawatir pandemi membuat kaum muda di seluruh wilayah masih berjuang dengan beberapa dampak negatif yang sama dari Covid-19 yang terjadi pada 2020 ditambah stres tambahan dan kompleks.
Anak-anak perempuan, khususnya, dia menuturkan sangat membutuhkan dukungan yang lebih kuat dari pemerintah dan penyedia layanan sosial.
Plan International memperkirakan ada 13 juta lebih anak perempuan yang berisiko terkena CEFM, dan kemungkinan meningkatnya kehamilan remaja karena COVID-19.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.