Seperti Apa Tren Investasi Film & Antusiasme Penonton Pascapandemi?
20 November 2021 |
22:40 WIB
Perubahan perilaku konsumer karena terjadinya pandemi membuat sebuah tren baru di industri perfilman Indonesia. Sejak bioskop kembali beroperasi, film lokal yang sempat tertunda penayangannya kini dapat disaksikan langsung. Namun ke depan, seperti apa tren produksi film dan ekspektasi penonton agar mau kembali menonton film dari layar lebar?
Diskusi yang diselenggarakan sebagai bagian dari perhelatan Jakarta Film Week hari ini, Sabtu (20/11), membahas tren investasi film dan antusiasme penonton pasca pandemi mengingat sekarang investor dan sineas harus bergerak dengan strategi baru untuk menarik dan memuaskan penonton.
Investasi pada industri film tidak melulu membahas soal uang atau pembiayaan proyek sinema melainkan pengayaan sumber daya manusia yang hingga kini masih menjadi masalah signifikan di industri perfilman Indonesia.
Pendiri Kathanika Entertainment Studio Rahardian Agung mengatakan dua tahun terakhir secara personal dia melihat tren konten yang diminati meliputi high-concept movie, bukan hanya drama sederhana tapi ada faktor unik yang bisa membuat orang tertarik untuk menonton langsung ke bioskop.
"Produser tidak hanya melihat skala produksi namun juga mempertimbangkan berbagai konsep yang belakangan ini banyak diminati oleh penonton yang sudah atau akan kembali ke bioskop untuk proyek mereka selanjutnya," ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan secara hybrid.
Ketua Bidang Fasilitasi Pembiayaan Film Badan Perfilman Indonesia dan Pendiri Aktara Agung Sentusa mengutarakan bahwa realita di lapangan menunjukkan bahwa dengan interupsi digital dan keberadaan platform over-the-top (OTT) di antara bioskop dan televisi sebenarnya mendorong sineas untuk menciptakan lebih banyak konten original.
Kesempatan ini datang dengan tantangan yang tak kalah besar pula karena ketika sineas Indonesia ingin masuk ke ranah OTT atau perfilman global, ada standar yang harus mereka tingkatkan dan hal ini tidak dapat terwujud jika SDM kita tidak bisa beradaptasi.
Perkembangan konten original yang kita lihat sekarang, baik di platform OTT maupun bioskop, tumbuh begitu cepat dan tidak sedikit datang dari sineas Indonesia yang menantang dirinya untuk membuat sesuatu yang baru.
"Untuk teman-teman sineas, ini adalah masa kejayaan bagi mereka untuk memproduksi film bioskop maupun konten film OTT. Peluangnya besar sekali dan bagaimana mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini sebagai ajang latihan untuk memperkaya keterampilan dan meningkatkan daya saing SDM," katanya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan ini di antaranya dengna memperbanyak sekolah film, menginisiasi pelatihan untuk semua tingkat keahlian, serta lokakarya-lokakarya untuk pembuat film amatir.
Selain itu, dari segi investasi dalam aspek bisnis, menurut Agung yang diperlukan adalah munculnya para pengusaha film atau filmpreneurs untuk mendukung pengembangan ide-ide dari para sineas.
"Saat ini kita memiliki banyak rumah produksi yang bergerak dalam skala kecil dan menengah. Harus ada solusi tepat untuk meningkatkan usaha-usaha di kelas ini, karena mungkin mereka punya ambisi tapi tidak ada modal yang cukup. Ini di mana pembiayaan dari pemerintah snagat dibutuhkan," katanya.
Lanskap media yang kita hadapi sekarang akan sangat berpengaruh terhadap perilaku penonton.
Head of Marketing & Sales CGV Indonesia Diana Abbas turut melihat ini sudah saatnya industri perfilman bangkit dan menunjukkan semangat untuk kembali produktif pasca pandemi.
"Dari segi bisnis, meskipun kita harus hidup berdampingan dengan pandemi ini ada banyak solusi adaptif yang bisa diterapkan. Sementara itu bagi penonton, bioskop kini sudah beradaptasi dengan pandemi dan saya rasa ini saat yang tepat bagi kita untuk kembali ke bioskop," ujarnya.
Adapun, Pendiri Cinepoint Sigit Prabowo (@bicaraboxoffice) mengatakan pandemi yang mendisrupsi industri film sudah berlalu dan kita sekarang sedang bergerak menuju era baru dan dalam konteks bioskop dirinya percaya penonton akan kembali.
"Penjualan tiket yang meningkat pesat dua bulan terakhir menunjukkan adanya antusiasme dari penonton untuk kembali ke bioskop," katanya.
Pada periode pertama pembukaan bioskop selama sembilan bulan tercatat penjualan tiket mencapai 10 juta tiket. Kemudian, di periode pembukaan kedua dengan kondisi yang sudah lebih kondusif, dalam waktu tidak sampai dua bulan angka penjualan mencapai 5 juta tiket.
Diskusi yang diselenggarakan sebagai bagian dari perhelatan Jakarta Film Week hari ini, Sabtu (20/11), membahas tren investasi film dan antusiasme penonton pasca pandemi mengingat sekarang investor dan sineas harus bergerak dengan strategi baru untuk menarik dan memuaskan penonton.
Investasi pada industri film tidak melulu membahas soal uang atau pembiayaan proyek sinema melainkan pengayaan sumber daya manusia yang hingga kini masih menjadi masalah signifikan di industri perfilman Indonesia.
Pendiri Kathanika Entertainment Studio Rahardian Agung mengatakan dua tahun terakhir secara personal dia melihat tren konten yang diminati meliputi high-concept movie, bukan hanya drama sederhana tapi ada faktor unik yang bisa membuat orang tertarik untuk menonton langsung ke bioskop.
"Produser tidak hanya melihat skala produksi namun juga mempertimbangkan berbagai konsep yang belakangan ini banyak diminati oleh penonton yang sudah atau akan kembali ke bioskop untuk proyek mereka selanjutnya," ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan secara hybrid.
Ketua Bidang Fasilitasi Pembiayaan Film Badan Perfilman Indonesia dan Pendiri Aktara Agung Sentusa mengutarakan bahwa realita di lapangan menunjukkan bahwa dengan interupsi digital dan keberadaan platform over-the-top (OTT) di antara bioskop dan televisi sebenarnya mendorong sineas untuk menciptakan lebih banyak konten original.
Kesempatan ini datang dengan tantangan yang tak kalah besar pula karena ketika sineas Indonesia ingin masuk ke ranah OTT atau perfilman global, ada standar yang harus mereka tingkatkan dan hal ini tidak dapat terwujud jika SDM kita tidak bisa beradaptasi.
Perkembangan konten original yang kita lihat sekarang, baik di platform OTT maupun bioskop, tumbuh begitu cepat dan tidak sedikit datang dari sineas Indonesia yang menantang dirinya untuk membuat sesuatu yang baru.
"Untuk teman-teman sineas, ini adalah masa kejayaan bagi mereka untuk memproduksi film bioskop maupun konten film OTT. Peluangnya besar sekali dan bagaimana mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini sebagai ajang latihan untuk memperkaya keterampilan dan meningkatkan daya saing SDM," katanya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan ini di antaranya dengna memperbanyak sekolah film, menginisiasi pelatihan untuk semua tingkat keahlian, serta lokakarya-lokakarya untuk pembuat film amatir.
Selain itu, dari segi investasi dalam aspek bisnis, menurut Agung yang diperlukan adalah munculnya para pengusaha film atau filmpreneurs untuk mendukung pengembangan ide-ide dari para sineas.
"Saat ini kita memiliki banyak rumah produksi yang bergerak dalam skala kecil dan menengah. Harus ada solusi tepat untuk meningkatkan usaha-usaha di kelas ini, karena mungkin mereka punya ambisi tapi tidak ada modal yang cukup. Ini di mana pembiayaan dari pemerintah snagat dibutuhkan," katanya.
Lanskap media yang kita hadapi sekarang akan sangat berpengaruh terhadap perilaku penonton.
Head of Marketing & Sales CGV Indonesia Diana Abbas turut melihat ini sudah saatnya industri perfilman bangkit dan menunjukkan semangat untuk kembali produktif pasca pandemi.
"Dari segi bisnis, meskipun kita harus hidup berdampingan dengan pandemi ini ada banyak solusi adaptif yang bisa diterapkan. Sementara itu bagi penonton, bioskop kini sudah beradaptasi dengan pandemi dan saya rasa ini saat yang tepat bagi kita untuk kembali ke bioskop," ujarnya.
Adapun, Pendiri Cinepoint Sigit Prabowo (@bicaraboxoffice) mengatakan pandemi yang mendisrupsi industri film sudah berlalu dan kita sekarang sedang bergerak menuju era baru dan dalam konteks bioskop dirinya percaya penonton akan kembali.
"Penjualan tiket yang meningkat pesat dua bulan terakhir menunjukkan adanya antusiasme dari penonton untuk kembali ke bioskop," katanya.
Pada periode pertama pembukaan bioskop selama sembilan bulan tercatat penjualan tiket mencapai 10 juta tiket. Kemudian, di periode pembukaan kedua dengan kondisi yang sudah lebih kondusif, dalam waktu tidak sampai dua bulan angka penjualan mencapai 5 juta tiket.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.