Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo telah berdiri Hotel Meruorah Komodo yang dikembangkan Indonesia Ferry Properti (Foto: dok. ASDP)

Mercusuar Baru Wisata Bahari Nusantara

31 May 2025   |   19:24 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 17.504 pulau dan garis pantai sepanjang 81.290 kilometer, memiliki potensi wisata bahari yang sangat besar. Laut Indonesia tidak hanya kaya akan keindahan alam bawah laut, tetapi juga merupakan jalur penting dalam perdagangan global hingga pergerakan wisata. 

Potensi besar itu pun terus dioptimalkan melalui penguatan ekosistem wisata bahari, salah satunya pengembangan destinasi wisata berbasis pelabuhan sebagai ‘mercusuar baru’ di sektor pariwisata.

Layaknya bandara, pelabuhan pada dasarnya merupakan gerbang utama sekaligus etalase negeri yang dapat menambah daya pikat bagi para pendatang. Selain jalur vital bagi kelancaran arus distribusi barang, fungsi pelabuhan juga sangat strategis dalam memompa wisata bahari terus berdenyut.

Baca juga: Menyemai Asa di Dasar Laut Waecicu Labuan Bajo

Selain tempat bongkar muat logistik, pelabuhan terus dioptimalkan sebagai terminal wisata yang menghubungkan berbagai destinasi pulau dan pesisir, baik domestik maupun internasional. Upaya itu, antara lain digulirkan lewat pengembangan terminal penumpang berstandar internasional, tersedianya zona wisata di sekitar pelabuhan, serta memperluas konektivitas transportasi laut dari dan ke berbagai destinasi Nusantara dan dunia.

Hal yang menarik, upaya penguatan wisata maritim berbasis pelabuhan kini tengah digencarkan oleh perusahaan pelat merah di sektor transportasi laut, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Tak lagi sekadar perusahaan layanan penyeberangan, ASDP mengambil peran strategis dalam pengembangan destinasi wisata bahari berkonsep waterfront tourism destination

“Pelabuhan kini bukan hanya gerbang logistik, melainkan gerbang pengalaman pertama bagi wisatawan. Melalui pendekatan waterfront yang holistik, kami mendorong pelabuhan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, pemberdaya UMKM, dan pengungkit daya saing pariwisata nasional,” ungkap Heru Widodo, Direktur Utama ASDP Indonesia Ferry saat Press Tour ASDP di Labuan Bajo, belum lama ini.

Dengan menyinergikan konektivitas maritim, efisiensi logistik, dan pengembangan kawasan wisata strategis, ASDP memperkuat perannya sebagai garda terdepan dalam pembangunan berkelanjutan dari laut untuk Indonesia.

Heru menegaskan bahwa ASDP terus memperkuat konektivitas maritim dari Sabang hingga Merauke, menjangkau wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta mendorong pengembangan destinasi wisata berbasis waterfront yang terintegrasi berkelas dunia.

“ASDP hadir sebagai bagian dari solusi besar dalam memperkuat konektivitas nasional, mendukung kelancaran logistik, membuka isolasi wilayah 3T, serta mengakselerasi tumbuhnya destinasi wisata berdaya saing global,” tegas Heru.

Selama ini, ASDP telah mengoperasikan lebih dari 300 lintasan ferry jarak pendek yang menyambungkan berbagai daerah strategis, termasuk rute vital Merak–Bakauheni, yang menjadi poros utama pergerakan logistik dan mobilitas masyarakat antara Jawa dan Sumatera. Ada pula dua lintasan Long Distance Ferry (LDF), yakni Balikpapan–Parepare dan Jangkar–Lembar, sebagai bagian dari dukungan terhadap konsolidasi logistik nasional antarwilayah. 

“ASDP kini mengembangkan konsep ekosistem pariwisata terintegrasi (integrated tourism ecosystem) berbasis pelabuhan, guna mengoptimalkan potensi pariwisata daerah dan memberdayakan ekonomi lokal. Proyek unggulan yang akan dikembangkan adalah Bakauheni Harbour City (BHC) di Lampung Selatan, dan Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur,” ungkap Heru.

Rio Lasse, Direktur Operasi & Transformasi ASDP Indonesia Ferry menjelaskan bahwa melalui pendekatan ekosistem pariwisata terintegrasi, ASDP menghadirkan konsep kawasan pelabuhan, yang bukan hanya sebagai simpul mobilitas, tetapi juga sebagai medan magnet yang dapat memacu arus wisatawan. 

Saat ini, dua proyek strategis tengah dikembangkan sebagai mercusuar baru di dua wilayah pelabuhan di Bakauheni, Lampung, dan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Bakauheni Harbour City (BHC) disebut akan menjadi wajah baru pelabuhan yang selama ini dikenal sebagai penyeberangan tersibuk yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera. 

Mengusung konsep waterfront tourism destination, Bakauheni Harbour City akan dikembangkan sebagai sistem penundaan (delaying system) bagi pemudik yang akan menyeberang ke Jawa sekaligus menjadi destinasi wisata dengan berbagai fasilitas yang menarik.

Mengutip pemaparannya dalam Press Tour ASDP, kawasan BHC seluas 160 hektare ini bakal dikembangkan menjadi tiga distrik. Yakni, Distrik 1 sebagai Siger Market yang akan menghadirkan 28 tenant UMKM lokal di bidang kuliner, kerajinan, hingga oleh-oleh khas Lampung Selatan.

Lalu, Distrik 2 akan disiapkan Art Gallery yang menjadi pusat pelestarian budaya dan alam Lampung, serta menawarkan pengalaman edukatif bagi wisatawan. Tak ketinggalan, Amphitheater akan dibangun di Distrik 3 sebagai area pertunjukan berskala besar berkapasitas 10.000 pengunjung, dengan panorama langsung ke arah Selat Sunda.

Rio optimistis Bakauheni Harbour City akan menjadi penggerak ekonomi dan membuka ruang tumbuhnya sektor kreatif, perdagangan, dan pariwisata, yang terintegrasi dengan akses Jalan Tol Trans-Sumatera.

“Ke depan, karena kapal-kapal kecenderungan size-nya lebih besar, terus teknologinya baru, kita ada ide juga untuk Bakauheni itu bisa sandar kapal pesiar (cruise), seperti Bali Benoa Marina yang disiapkan jadi pusat wisata bahari. Jadi kalau Bali jadi home port, itu harus ada satu titik lagi yang jangkauannya bisa satu hari dari Singapura,” ungkap Rio.


Simpul Wisata Kelas Dunia

Transformasi bisnis ASDP juga diwujudkan melalui PT Indonesia Ferry Properti (IFPRO), anak usaha yang membangun Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo. Proyek ini merupakan pioner dalam pengembangan kawasan properti berkonsep waterfront tourism destination yang memadukan pelabuhan, marina, hotel, ruang publik, dan area komersial.

Menurut ??Ferry Snyders, Direktur Utama PT Indonesia Ferry Properti, dengan visi menjadi mitra dalam investasi dan layanan properti waterfront, IFPRO mengembangkan kawasan ini sebagai pusat layanan kapal wisata, yacht internasional, dan kapal perintis yang menegaskan posisi Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas nasional dan sebagai "Bali Baru".

Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo merupakan zona wisata kelas dunia, terintegrasi dengan Hotel Meruorah Komodo, hotel bintang 5 dengan fasilitas total akan mencapai 145 kamar, multifunction hall berkapasitas 1.000 orang, dan area komersial.  Adapun fasilitas yang telah berdiri mencakup Hotel Meruorah (14.577 m2), area komersial fase 1 (4.850 m2), Multifunction Hall (1.172 m2), dan Promenade Interface.

“Perinciannya, mencakup 105 kamar hotel tahap 1 dan 40 kamar hotel tahap 2, dengan fasilitas shopping arcade, infinity pool, spa, wedding chapel, moon bar, promenade, dan executive lounge, hingga zona publik seperti Plaza Marina, Promenade Bukit Pramuka, dan Kampung Air,” jelas Ferry.

Saat ini, kawasan terpadu tengah dalam fase pengembangan secara berkelanjutan antara lain Sky Bone Rooftop Bar (berkapasitas 124 orang), Commercial Area fase 2 (10 tenant), Social Club (berkapasitas 450 orang), dan Hotel Mid-Tier (160 kamar). Lalu, disiapkan juga rencana pengembangan lanjutan untuk pembangunan Floating Resort @Phinisi (30 kamar), dan transformasi dermaga penyeberangan menjadi Marina Village.

Baca juga: Cek 4 Alasan Mengapa Labuan Bajo Wajib Jadi Tujuan Destinasi saat Melancong

Ferry optimistis bahwa dengan status Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang diatur dalam Permenko RI No. 7/2021, kehadiran Kawasan Terpadu Marina ini akan pusat pertumbuhan ekonomi dan pengalaman baru dalam berwisata.

Labuan Bajo juga akan terus berkembang menjadi pusat ekonomi kreatif, ruang sosial budaya, yang berpadu dengan bentang alamnya yang indah. Keberlanjutan kawasan ini pun bertumpu pada sinergi antara pengembangan infrastruktur modern dan pemberdayaan komunitas lokal.

“Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo menjadi ikon baru pariwisata Indonesia. Kawasan ini terintegrasi dengan Hotel Meruorah Komodo, Plaza Marina, dan dermaga marina berkapasitas 135 kapal yacht,” tutur Ferry. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Paris Baguette Hadirkan Chocolat de Luxe, Paduan Cokelat & Kombinasi Pistachio

BERIKUTNYA

Begini Perbedaan Gejala dan Ciri-ciri Kasus Hipertiroid & Hipotiroid

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: