Lebih Dekat dengan Para Penyair Terkenal Indonesia & Karya Terbaiknya
28 April 2025 |
10:48 WIB
Setiap tanggal 28 April, Indonesia merayakan Hari Puisi Nasional. Pemilihan tanggal ini memiliki makna khusus, karena bertepatan dengan hari wafatnya salah satu sastrawan besar Indonesia, Chairil Anwar, yang meninggal pada 28 April 1949.
Chairil Anwar dikenal sebagai pelopor puisi modern Indonesia. Lewat karya-karyanya yang penuh semangat, emosi, dan pemberontakan terhadap bentuk-bentuk lama, Chairil menghadirkan warna baru dalam puisi.
Penetapan 28 April sebagai Hari Puisi Nasional menjadi bentuk penghargaan terhadap kontribusi besar Chairil Anwar sekaligus pengakuan terhadap pentingnya puisi dalam membentuk identitas bangsa.
Sebab, puisi, dengan keindahan bahasanya, mampu merangkum perasaan kolektif masyarakat, dari gejolak kemerdekaan hingga refleksi kehidupan sehari-hari. Dalam memperingati Hari Puisi Nasional, yuk sejenak menengok ke belakang dan berkenalan dengan beberapa penyair terkenal Indonesia dan karya-karya terbaiknya:
Baca juga: Mengenal Penyair Chairil Anwar, Sosok Penting Di Balik Hari Puisi Nasional
Chairil Anwar adalah salah satu tokoh puisi terkenal di Indonesia. Lahir di Medan, Sumatera Utara, Chairil adalah anak dari pasangan Saleha dan Toeloes. Chairil diketahui masih memiliki ikatan keluarga dengan Soetan Sjahrir, yang merupakan perdana menteri pertama Indonesia.
Namanya dikenal sebagai salah satu pelopor sastra angkatan 45. Selain karena itu adalah tahun produktifnya dalam berkarya, gaya bersyairnya kala itu juga dikenal banyak melahirkan puisi dengan tema perlawanan. Beberapa puisi ciptaannya yang paling terkenal adalah "Aku", "Krawang-Bekasi", "Lagu Siul", "Nisan", "Sia-sia", "Tak Sepadan", hingga "Suara Malam".
W.S Rendra lahir di Solo pada 7 November 1935 dari pasangan R Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Rendra pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada 1952 di majalah Siasat. Setelahnya, puisinya makin sering terbit di berbagai koran dan majalah pada saat itu.
Pria bernama asli Willibrordus Surendra Broto ini sempat mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa. Beberapa karya terkenalnya ialah "Doa seorang Serdadu sebelum Perang", "Sajak-sajak Cinta", dan "Mazmur Mawar".
Sapardi Djoko Damono merupakan seorang penyair kontemporer yang lahir pada 1940-an. Sejak muda, dia mulai rajin melahirkan banyak puisi dan diterbitkan di berbagai majalah. Jiwa sastranya makin terpupuk ketika Sapardi mengenyam pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.
Puisinya sering berbicara tentang hal-hal yang sangat dekat dan manusiawi, dari perasaan cinta, kesepian, hujan, waktu, hingga kehilangan. Hal inilah yang membuat puisi Sapardi tidak hanya terkenal, tetapi juga legendaris melintas dekade. Beberapa karyanya tersebut misalnya "Aku Ingin", "Yang Fana adalah Waktu", "Duka-Mu Abadi", "Sementara Kita Saling Berbisik", "Hujan di Bulan Juni" hingga "Gerimis Jatuh".
Wiji Widodo atau lebih dikenal dengan nama WIji Thukul merupakan penyair Indonesia yang terkenal kritis. Lahir pada 26 Agustus 1963 di Kampung Sorogenen, Solo, Wiji diketahui hanya mengenyam pendidikan sampai Sekolah Menengah Karawitan saja. Dia mengambil jurusan tari, tetapi itupun tak tamat.
Wiji Thukul lalu bekerja sebagai tukang pelitur. Dia lalu mulai merangkai puisi dan membacakannya di depan teman-temannya. Saat itulah, dia mulai dikenal dengan penyair cadel. Wiji banyak melahirkan puisi bertema kehidupan, keluarga, hingga kondisi Indonesia. Wiji adalah salah satu orang yang hilang pada 1998 hingga sekarang. Beberapa puisinya terkenalnya adalah "Nyanyian Akar Rumput", "Tentang Sebuah Gerakan", "Sajak Suara", "Peringatan", hingga "Bunga dan Tembok".
Sitor Situmorang dikenal sebagai penyair asal Sumatera Utara. Lahir pada 2 Oktober 1924, dia adalah sastrawan dan wartawan Indonesia yang menghasilkan banyak karya, dari puisi, cerpen, naskah drama, sampai naskah film. Pria keturunan Batak dikenal sebagai sastrawan Angkatan 45 yang memiliki pengaruh besar di dunia sastra Indonesia.
Pada awal kariernya, Sitor banyak terinspirasi oleh Chairil Anwar. Karya-karyanya hingga kini dinilai berkontribusi terhadap pencerahan dan pembaruan seni dan budaya Indonesia, karena mampu mengangkat kekayaan batin dari berbagai pemikiran. Beberapa puisi terkenalnya adalah "Malam Lebaran", "Surat Kertas Hijau", "Dalam Sajak", hingga "Wajah Tak Bernama".
Joko Pinurbo atau Jokpin lahir di Sukabumi pada 1962. Dia telah menggemari puisi sejak masih duduk di SMA. Dia melanjutkan kuliahnya di IKIP Yogyakarta mengambil Pendidikan Bahasa dan Sastra. Jokpin dikenal dengan gaya tulisannya yang terkadang tak biasa, tetapi tetap mampu menyentuh persoalan kehidupan sehari-hari.
Terkadang, dia bermain-main dengan humor dan ironi, sehingga puisinya mudah untuk masuk ke hati banyak orang. Beberapa puisi terkenalnya adalah "Pacar Kecilku", "Pacar Senja", "Di Bawah Kibaran Sarung", "Doa Seorang Pesolek", hingga "Aku Tidak Bisa Berjanji".
Taufiq Ismail merupakan salah satu penyair kontemporer terkemuka di Indonesia. Lahir pada 1935, dia dibesarkan di Pekalongan. Kariernya dimulai saat kegiatannya menulis puisi demonstran. Dirinya memang dikenal sebagai penyair partisipan di dalam aksi demonstran medio 1966.
Pada 1970, diterbitkan kumpulan Puisi-Puisi Sepi. Dua tahun kemudian, pada 1972, karya tersebut disusun ulang bersama Buku Tamu Musium Perjuangan. Beberapa karya terkenalnya adalah "Dengan Puisi", "Aku", "Karangan Bunga", "Kembalikan Indonesia Padaku", hingga "Doa".
Baca juga: Penyair Goenawan Mohamad Terima Penghargaan dari Raja Spanyol Felipe VI
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Chairil Anwar dikenal sebagai pelopor puisi modern Indonesia. Lewat karya-karyanya yang penuh semangat, emosi, dan pemberontakan terhadap bentuk-bentuk lama, Chairil menghadirkan warna baru dalam puisi.
Penetapan 28 April sebagai Hari Puisi Nasional menjadi bentuk penghargaan terhadap kontribusi besar Chairil Anwar sekaligus pengakuan terhadap pentingnya puisi dalam membentuk identitas bangsa.
Sebab, puisi, dengan keindahan bahasanya, mampu merangkum perasaan kolektif masyarakat, dari gejolak kemerdekaan hingga refleksi kehidupan sehari-hari. Dalam memperingati Hari Puisi Nasional, yuk sejenak menengok ke belakang dan berkenalan dengan beberapa penyair terkenal Indonesia dan karya-karya terbaiknya:
Baca juga: Mengenal Penyair Chairil Anwar, Sosok Penting Di Balik Hari Puisi Nasional
1. Chairil Anwar
Chairil Anwar adalah salah satu tokoh puisi terkenal di Indonesia. Lahir di Medan, Sumatera Utara, Chairil adalah anak dari pasangan Saleha dan Toeloes. Chairil diketahui masih memiliki ikatan keluarga dengan Soetan Sjahrir, yang merupakan perdana menteri pertama Indonesia. Namanya dikenal sebagai salah satu pelopor sastra angkatan 45. Selain karena itu adalah tahun produktifnya dalam berkarya, gaya bersyairnya kala itu juga dikenal banyak melahirkan puisi dengan tema perlawanan. Beberapa puisi ciptaannya yang paling terkenal adalah "Aku", "Krawang-Bekasi", "Lagu Siul", "Nisan", "Sia-sia", "Tak Sepadan", hingga "Suara Malam".
2. W.S Rendra
W.S Rendra lahir di Solo pada 7 November 1935 dari pasangan R Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Rendra pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada 1952 di majalah Siasat. Setelahnya, puisinya makin sering terbit di berbagai koran dan majalah pada saat itu. Pria bernama asli Willibrordus Surendra Broto ini sempat mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa. Beberapa karya terkenalnya ialah "Doa seorang Serdadu sebelum Perang", "Sajak-sajak Cinta", dan "Mazmur Mawar".
3. Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono merupakan seorang penyair kontemporer yang lahir pada 1940-an. Sejak muda, dia mulai rajin melahirkan banyak puisi dan diterbitkan di berbagai majalah. Jiwa sastranya makin terpupuk ketika Sapardi mengenyam pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Puisinya sering berbicara tentang hal-hal yang sangat dekat dan manusiawi, dari perasaan cinta, kesepian, hujan, waktu, hingga kehilangan. Hal inilah yang membuat puisi Sapardi tidak hanya terkenal, tetapi juga legendaris melintas dekade. Beberapa karyanya tersebut misalnya "Aku Ingin", "Yang Fana adalah Waktu", "Duka-Mu Abadi", "Sementara Kita Saling Berbisik", "Hujan di Bulan Juni" hingga "Gerimis Jatuh".
4. Wiji Thukul
Wiji Widodo atau lebih dikenal dengan nama WIji Thukul merupakan penyair Indonesia yang terkenal kritis. Lahir pada 26 Agustus 1963 di Kampung Sorogenen, Solo, Wiji diketahui hanya mengenyam pendidikan sampai Sekolah Menengah Karawitan saja. Dia mengambil jurusan tari, tetapi itupun tak tamat.Wiji Thukul lalu bekerja sebagai tukang pelitur. Dia lalu mulai merangkai puisi dan membacakannya di depan teman-temannya. Saat itulah, dia mulai dikenal dengan penyair cadel. Wiji banyak melahirkan puisi bertema kehidupan, keluarga, hingga kondisi Indonesia. Wiji adalah salah satu orang yang hilang pada 1998 hingga sekarang. Beberapa puisinya terkenalnya adalah "Nyanyian Akar Rumput", "Tentang Sebuah Gerakan", "Sajak Suara", "Peringatan", hingga "Bunga dan Tembok".
5. Sitor Situmorang
Sitor Situmorang dikenal sebagai penyair asal Sumatera Utara. Lahir pada 2 Oktober 1924, dia adalah sastrawan dan wartawan Indonesia yang menghasilkan banyak karya, dari puisi, cerpen, naskah drama, sampai naskah film. Pria keturunan Batak dikenal sebagai sastrawan Angkatan 45 yang memiliki pengaruh besar di dunia sastra Indonesia.Pada awal kariernya, Sitor banyak terinspirasi oleh Chairil Anwar. Karya-karyanya hingga kini dinilai berkontribusi terhadap pencerahan dan pembaruan seni dan budaya Indonesia, karena mampu mengangkat kekayaan batin dari berbagai pemikiran. Beberapa puisi terkenalnya adalah "Malam Lebaran", "Surat Kertas Hijau", "Dalam Sajak", hingga "Wajah Tak Bernama".
6. Joko Pinurbo
Joko Pinurbo atau Jokpin lahir di Sukabumi pada 1962. Dia telah menggemari puisi sejak masih duduk di SMA. Dia melanjutkan kuliahnya di IKIP Yogyakarta mengambil Pendidikan Bahasa dan Sastra. Jokpin dikenal dengan gaya tulisannya yang terkadang tak biasa, tetapi tetap mampu menyentuh persoalan kehidupan sehari-hari. Terkadang, dia bermain-main dengan humor dan ironi, sehingga puisinya mudah untuk masuk ke hati banyak orang. Beberapa puisi terkenalnya adalah "Pacar Kecilku", "Pacar Senja", "Di Bawah Kibaran Sarung", "Doa Seorang Pesolek", hingga "Aku Tidak Bisa Berjanji".
7. Taufiq Ismail
Taufiq Ismail merupakan salah satu penyair kontemporer terkemuka di Indonesia. Lahir pada 1935, dia dibesarkan di Pekalongan. Kariernya dimulai saat kegiatannya menulis puisi demonstran. Dirinya memang dikenal sebagai penyair partisipan di dalam aksi demonstran medio 1966.Pada 1970, diterbitkan kumpulan Puisi-Puisi Sepi. Dua tahun kemudian, pada 1972, karya tersebut disusun ulang bersama Buku Tamu Musium Perjuangan. Beberapa karya terkenalnya adalah "Dengan Puisi", "Aku", "Karangan Bunga", "Kembalikan Indonesia Padaku", hingga "Doa".
Baca juga: Penyair Goenawan Mohamad Terima Penghargaan dari Raja Spanyol Felipe VI
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.