Suasana di Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby Fathan)

Kenalan dengan Istilah-Istilah Seni Biar Paham Karya-karya di Art Jakarta Gardens 2025

24 April 2025   |   14:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Memasuki hari ketiga pelaksanaannya, pekan seni bergengsi Art Jakarta Gardens terus menyedot perhatian publik. Bursa seni ini kembali menampilkan senarai karya seni patung dan instalasi dari galeri ternama di tengah nuansa hijaunya Hutan Kota by Plataran.

Sejak dihelat pada 2022, Art Jakarta Gardens memang terus mencari bentuk dan inovasi-inovasi baru bagi penikmat seni. Kini, acara tahunan itu juga menghadirkan pertunjukan musik dan teater agar acara bursa seni ini semakin semarak.

Baca juga: 4 Instalasi Seni yang Mencuri Perhatian di Art Jakarta Gardens 2025

Art Jakarta Gardens 2025 menonjolkan interaksi antara karya seni dan alam, termasuk sejumlah instalasi besar yang memang dirancang khusus untuk merespons ruang terbuka.
 

Patung karya Iwan Suastika  bertajuk Keep Rolling! di Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran (Sumber gambar:

Patung karya Iwan Suastika bertajuk Keep Rolling! di Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby Fathan)


Namun, di tengah semarak ini, penting bagi para pengunjung untuk memahami istilah-istilah seni yang kerap muncul saat pameran. Hal ini penting agar pengalaman yang didapat tidak berhenti pada visual semata.

Sebab, istilah yang jarang muncul di publik, seperti site-specific installation, performance art, hingga mixed media sering kali muncul dalam label karya maupun materi kuratorial. Tanpa pemahaman dasar terhadap istilah-istilah ini, banyak makna dalam karya seni bisa terlewatkan.

Berikut adalah beberapa istilah seni yang perlu dipahami sebelum mengunjungi pameran seni:
  1. Kurator: Seorang yang bertugas mengorganisir dan mengelola pameran, termasuk seleksi karya seni, penataan, serta penyusunan narasi atau pesan yang ingin disampaikan kepada publik.
  2. Teks kuratorial: Pernyataan tertulis yang menjelaskan tema, konsep, dan ideologi di balik pameran tersebut. Teks ini berfungsi untuk memberikan konteks kepada penonton, membantu mereka memahami makna dan tujuan pameran, serta memandu mereka dalam menikmati karya seni yang ditampilkan.
  3. Katalog: Publikasi yang menyajikan informasi rinci tentang karya seni yang dipamerkan, seniman, dan pameran itu sendiri.
  4. Seniman: Pencipta karya seni yang dipamerkan.
  5. Provenance: Sejarah kepemilikan sebuah karya seni, mulai dari saat karya tersebut diciptakan hingga saat ini. Dalam pameran, informasi provenance sering digunakan untuk meningkatkan kepercayaan dan nilai karya seni, serta untuk memahami konteks sejarah dan budaya di balik karya tersebut.
  6. COA: Certificate of Authenticity atau Sertifikat Keaslian. Sertifikat ini merupakan dokumen yang diberikan oleh seniman atau pihak yang berwenang, untuk menjamin dan mengonfirmasi bahwa karya seni yang ditawarkan adalah asli dan sah.
  7. Panil: Berfungsi sebagai media untuk menampilkan karya seni dua dimensi, seperti lukisan atau foto. Selain itu, panil juga dapat digunakan untuk membagi atau menyekat ruang pameran.
  8. Apresiasi: Kegiatan menilai, menghargai, dan menghayati karya seni yang dipamerkan.
  9. Apresiator: Orang yang menghargai, menikmati, dan memahami karya seni yang ditampilkan.
  10. Estetika: Kajian dan aplikasi prinsip-prinsip keindahan dalam penyusunan dan tampilan karya seni, serta pengalaman yang dirasakan oleh penonton.
  11. Galeri: Tempat atau institusi yang berfungsi untuk memamerkan dan menampilkan karya seni kepada publik.
  12. Art talk: Sesi diskusi atau percakapan yang diadakan di samping pameran seni, yang bertujuan untuk memberikan informasi lebih mendalam tentang karya seni yang dipamerkan, proses kreatif di baliknya.
  13. Lelang seni: Kegiatan dimana karya seni dipamerkan dan kemudian dijual melalui proses penawaran.
  14. Mixed Media: Karya seni yang dibuat dengan menggabungkan berbagai jenis media atau bahan, seperti cat, kertas, foto, benda-benda alam, dan lainnya dalam satu karya. Ini adalah bentuk seni yang tidak terbatas pada satu media tunggal, memungkinkan seniman untuk bereksperimen dan menciptakan tekstur, tampilan, dan pengalaman visual yang unik.
  15. Triptych: Karya seni yang terdiri dari tiga panel lukisan, foto, atau gambar yang disatukan untuk membentuk satu kesatuan visual. Tiga panel ini biasanya terkait tema dan dapat saling mendukung untuk menceritakan sebuah narasi atau menyampaikan pesan tertentu.
  16. Installation art: Karya seni tiga dimensi yang dirancang untuk mengubah persepsi suatu ruang dan menciptakan pengalaman yang mendalam bagi penonton. Instalasi ini sering kali dibuat untuk memenuhi ruang pameran tertentu, menggabungkan berbagai media seperti lukisan, patung, objek temuan, cahaya, suara, dan interaksi dengan pengunjung.
  17. Video Mapping: Karya yang menggunakan teknik proyeksi video untuk menciptakan efek visual pada permukaan objek tiga dimensi, seperti patung, arsitektur, atau instalasi seni.
  18. Sketsa:  Gambar awal dari sebuah karya seni, dapat menjadi bagian penting dalam pameran seni.
  19. Patung kinetik: Bentuk seni yang memadukan gerakan sebagai elemen penting dalam desainnya. berbeda dengan patung statis tradisional,  patung kinetik memberikan pengalaman unik dan dinamis bagi pengunjung, karena gerakan dan interaksi yang diciptakan dapat menarik perhatian dan menciptakan efek visual yang menarik.
  20. Site-specitic art: Karya seni yang dirancang khusus untuk lokasi tertentu, dengan mempertimbangkan karakteristik ruang dan lingkungan di sekitarnya. Karya seni ini tidak hanya dipajang, tetapi juga berinteraksi dengan ruang dan lingkungan secara fisik dan konseptual.
  21. Abstrak: Karya seni yang tidak menggambarkan objek atau subjek dunia nyata secara realistis, melainkan menggunakan garis, bentuk, warna, dan tekstur untuk menciptakan komposisi yang menekankan emosi, ide, atau pengalaman.
  22. Abbozzo: Umumnya, abbozzo mengacu pada sketsa awal atau draft karya seni yang belum selesai, tetapi juga bisa merujuk pada proses awal pembuatan karya atau bahkan karya seni itu sendiri yang bersifat sementara atau tidak sempurna.
  23. Dimensi: Merujuk pada ukuran karya seni, baik dua dimensi (2D) maupun tiga dimensi (3D). Karya 2D, seperti lukisan atau gambar, memiliki panjang dan lebar, sementara karya 3D, seperti patung, memiliki panjang, lebar, dan tinggi.
  24. Ecolin: Sebuah cat air cair yang terkenal karena fleksibilitasnya, sering digunakan dalam pameran seni karena memungkinkan teknik seperti blok, arsir, dan gradasi warna.
  25. Kanvas: Salah satu media dalam pameran seni rupa, terutama dalam pameran lukisan. Kanvas, yang biasanya terbuat dari bahan seperti linen atau katun, berfungsi sebagai bidang atau permukaan tempat pelukis menuangkan ide dan kreativitas mereka.
  26. Arkilik: Salah satu jenis bahan lukis yang terkenal karena fleksibilitasnya, warna yang cerah, dan waktu pengeringan yang cepat.
  27. Montase: Karya seni yang dibuat dengan menggabungkan potongan-potongan gambar, foto, atau objek dari berbagai sumber menjadi satu kesatuan yang baru dan bermakna.
  28. Performance art: Bentuk seni yang dinamis dan langsung melibatkan penonton. Seni ini melibatkan aksi yang dilakukan oleh seniman atau kelompok seniman, seringkali di ruang pameran atau ruang publik, untuk menciptakan pengalaman seni yang unik dan interaktif.
  29. Cat air: Media lukis yang sering digunakan dalam pameran seni karena sifat-sifatnya yang unik, seperti transparan, mudah dicampur, dan memungkinkan ekspresi spontan
  30. Gradasi: Prinsip penggunaan warna yang bervariasi secara bertahap, dari warna terang ke gelap atau sebaliknya, untuk menciptakan efek visual yang menarik dan dinamis dalam sebuah karya seni
  31. Retrospeksi: Menampilkan kembali karya-karya seniman dalam perjalanan kariernya, seringkali secara kronologis.
  32. Karya komisi: Karya seni yang dibuat atas permintaan atau pesanan dari pihak lain, seperti individu, organisasi, atau pemerintah.
  33. Seni kontemporer: Karya seni yang diciptakan dan ditampilkan pada masa kini, yang seringkali bersifat eksperimental, inovatif, dan mencerminkan dialog sosial. 
  34. Ekspresionisme: Mengacu pada karya seni yang berfokus pada ekspresi emosi dan perasaan subjektif seniman, bukan pada representasi realitas objektif.
  35. Realisme: Menggambarkan dunia apa adanya, tanpa manipulasi atau idealisasi. Fokus pada kehidupan sehari-hari secara objektif dan jujur.
  36. Naturalisme: Turunan dari realisme, tapi lebih ekstrem. Menekankan determinisme biologis dan lingkungan; manusia digambarkan sebagai makhluk yang tunduk pada alam dan insting.
  37. Romantisme: Menonjolkan emosi, imajinasi, dan kebebasan individual. Sering menggambarkan keindahan alam, kisah cinta, dan tema-tema heroik atau tragis.
  38. Kubisme: Mengurai objek menjadi bentuk-bentuk geometris. Perspektif ganda atau simultan ditampilkan dalam satu bidang gambar.
  39. Impresionisme: Menangkap kesan sesaat dari cahaya dan warna. Sering melukis suasana luar ruangan dengan sapuan kuas cepat dan warna cerah.
  40. Surealisme: Mengeksplorasi alam bawah sadar dan dunia mimpi. Menggabungkan elemen realitas dan imajinasi secara tak logis tapi memikat.
 

Patung karya Budi Santoso bertajuk Life for Love di Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby Fathan)

Patung karya Budi Santoso bertajuk Life for Love di Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby Fathan)

SEBELUMNYA

Lagi Diburu, Ini Alasan Emas Fisik Jadi Alternatif Investasi yang Aman

BERIKUTNYA

First Timer? Pahami Do & Don’t Saat Berkunjung ke Art Jakarta Gardens 2025

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: