Penonton Arthouse Cinema (Sumber gambar: Goethe-Institut Indonesien)

Daftar Film yang Akan Tayang di Arthouse Cinema GoetheHaus Jakarta 2025

14 March 2025   |   19:20 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Goethe-Institut Indonesien kembali menyelenggarakan program pemutaran film Arthouse Cinema pada Maret-November 2025. Dalam program ini, satu film Jerman rilisan antara 1929 hingga 2022 akan tayang di GoetheHaus Jakarta setiap bulannya.

Kepala Program Budaya Goethe-Institut Indonesien Dr. Ingo Schoningh mengatakan bahwa film yang akan diputar dalam Arthouse Cinema akan mengingatkan Genhype bahwa sejarah tidak selalu soal peristiwa besar.

“Sejarah juga menyangkut momen-momen yang terkadang luput dari perhatian, insiden-insiden kecil yang secara perlahan mengubah dan membentuk dunia kita, dan mengantarkan kita kepada peristiwa-peristiwa lebih besar yang kita ketahui. Kisah-kisah ini mendefinisikan siapa kita dan bagaimana hubungan kita dengan sesama,” katanya dikutip Hypeabis.id, Jumat (14/3/2025). 

Baca juga: Film Jumbo Tayang di 17 Negara, Mayoritas Sasar Bioskop Eropa

Para penonton akan memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi babak-babak sejarah yang kerap terlupakan melalui deretan film yang telah mengalami proses kurasi secara ketat. Setiap film yang diputar akan menyediakan lensa personal untuk meninjau kembali masa lalu. 

Schoningh menuturkan, Arthouse Cinema akan dimulai pada Sabtu, 22 Maret 2025 pukul 14.30 WIB di GoetheHaus Jakarta dengan penayangan film Rabiye Kurnaz gegen George W. Bush (2022) dari sutradara Andreas Dresen. 

Film tersebut menyajikan kisah seputar perjuangan seorang ibu untuk membebaskan putranya dari Guantanamo Bay. Karakter Rabiye Kurnaz muncul sebagai sosok kuat yang tidak disangka dan sekaligus melambangkan pertaruhan pribadi dalam sebuah kasus yang sangat politis sekalipun menghadapi bermacam rintangan.

Selain Rabiye Kurnaz gegen George W. Bush (2022), berikut daftar film yang akan diputar dalam program Arthouse Cinema: 
 

1. Menschen am Sonntag (1929, Robert Siodmak) 

Film ini menangkap momen-momen singkat dalam kehidupan sehari-hari di Berlin sebelum perang pada suatu Sabtu sore dan menghadirkan potret sekilas mengenai dinamika masyarakat dan impian pribadi di ambang pergolakan sejarah yang besar. Tidak ada kejadian penting; para tokoh bertemu, bepergian, berjalan-jalan, tidur. Kota dan para protagonis pada gilirannya bisa saling bertukar tempat. 
 

2. o.k. (1970, Michael Verhoeven) 

o.k. adalah film anti perang dari Jerman Barat. Karya ini bercerita tentang empat anggota regu militer Amerika Serikat pada masa perang Vietnam yang menangkap dan melakukan penganiayaan brutal terhadap seorang gadis Vietnam.

Pengambilan gambar film o.k. berlangsung di sebuah hutan di Bavaria dan para aktor berbicara dengan aksen Bavaria yang kental meskipun berlatar perang. Sineas di balik karya berjudul o.k. memilih para aktor dengan aksen Bavaria untuk menciptakan efek alienasi khas Brecht. 
 

3. Lieber Thomas (2021, Andreas Kleinert) 

Karya ini bercerita tentang karakter bernama Thomas Brasch, yakni seorang penulis dan pembuat film Jerman Timur yang bergulat dengan realitas kehidupan di bawah rezim Stasi yang sarat dengan penindasan.

Sang karakter memutuskan untuk menentang sistem dan mengejar kebebasan kreatif. Film ini menyoroti beban emosional yang harus ditanggung dalam masyarakat yang terpecah, tempat identitas pribadi dan perlawanan politik berbenturan.


4. Wir sind jung, wir sind stark (2014, Burhan Qurbani) 

Wir sind jung, wir sind stark membidik bentuk ketegangan sosial yang berbeda pada masa sesudah keruntuhan Tembok Berlin. Film ini menyajikan bentrokan penuh kekerasan antara kelompok pemuda neo-Nazi dan komunitas imigran di Rostok pada 1990-an. Penonton akan mengeksplorasi kebangkitan nasionalisme dan xenofobia setelah reunifikasi Jerman. 
 

5. Die Brucke am Ibar (2012, Michaela Kezele) 

Die Brucke am Ibar adalah film yang memiliki latar pada masa menjelang akhir perang Yugoslavia dan menampilkan pendekatan yang lebih intim terhadap tema rekonsiliasi.

Karya ini mengisahkan karakter bernama Danica, yakni seorang ibu tunggal berkebangsaan Serbia yang terperangkap di rumah bersama anak-anak di tengah konflik berdarah antara orang Serbia, orang Albania, dan pasukan NATO.

Jembatan sungai Ibar menjadi simbol yang menyentuh untuk perjuangan mereka dalam menyintas dan mempertahankan kemanusiaan saat menghadapi perang dan perpecahan. 
 

6. Als Hitler das Rosa Kaninchen stahl (2019, Caroline Link)

Als Hitler das Rosa Kaninchen stahl adalah karya yang menggambarkan hilangnya kepolosan ketika keluarga Kemper – sebuah keluarga Yahudi kelas atas – terpaksa melarikan diri dari Jerman yang dikuasai oleh kaum Nazi. Keluarga itu harus menghadapi tantangan emosional terkait pengungsian dan pengasingan. 
 

7. Sputnik (2020, Markus Dietrich) 

Sputnik merupakan karya yang mengeksplorasi kehebohan secara berbeda. Berlatar di Jerman Timur pada masa Perang Dingin, ilmuwan cilik bernama Rike dan gengnya berusaha memahami konsekuensi yang misterius dan meresahkan yang timbul ketika orang meninggalkan desa mereka.

Baca juga: 10 Film Horor Paling Menakutkan dalam 50 Tahun Terakhir

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Atria Furnishings & Mattress Hadir di Bandung, Pengalaman Belanja Furnitur Premium

BERIKUTNYA

Profil dan Perjalanan Karier Kim Ji-won, Hampir Debut Sebagai Penyanyi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: