Penonton di pertunjukan seni (Sumber gambar: Unsplash/ Laura Wielo)

Fenomena Streisand Effect, Saat yang Dilarang Justru Makin Viral

21 February 2025   |   20:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Upaya penghapusan karya seni pada era digital dan keterbukaan informasi kerap kali menghasilkan fenomena unik bernama Streisand effect. Alih-alih membuat orang menjadi tidak tahu, penghapusan itu justru bikin publik makin penasaran dengan hal tersebut, dan akhirnya viral. 

Semakin sesuatu dirahasiakan atau bahkan dilarang, makin banyak pula orang yang akhirnya kepo dan penasaran. Mungkin inilah penjelasan singkat dari fenomena Streisand effect tersebut.

Streisand effect menjadi semacam paradoks di dunia digital. Sebab, saat ini akses informasi pada era digital sudah sangat mudah dan murah. Tak mengherankan, bila ada sesuatu yang justru dirahasiakan dan dilarang, orang justru akan memburu hal tersebut. 

Baca juga: Profil Sukatani, Band Punk Asal Purbalingga yang Viral Usai Minta Maaf pada Polri

Streisand effect merupakan istilah yang mengacu pada upaya untuk menyembunyikan, melarang, atau mengalihkan perhatian publik pada sesuatu yang dilakukan baik dilakukan seseorang maupun sekelompok orang, dengan alasan tertentu.

Umumnya, upaya untuk menyembunyikan ini bertujuan agar makin sedikit orang tahu akan sesuatu tersebut. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Akibat Streisand effect, justru makin banyak publik yang menaruh perhatian terhadap hal tersebut.

Mengutip Britannica, istilah Streisand effect mulai populer sebagai sebuah fenomena di dunia digital sejak 2003. Sebutan streisand diambil dari nama aktris asal Amerika Serikat, Barbra Streisand, yang menjadi contoh kasus besar dari fenomena ini.

Pada 2003, Barbra Streisand menggugat seorang fotografer ternama Kenneth Adelman. Kala itu, Adelman tengah memotret garis pantai di California dari helikopter dan mengunggahnya ke internet.

Foto-foto jepretan Adelman dibagikan secara gratis kepada publik dan bebas digunakan untuk kepentingan nirlaba maupun penelitian ilmiah. Masalahnya, di antara 12.000 foto garis pantai di California itu, terdapat satu potret yang menampilkan rumah besar milik Streisand.

Sang artis yang sebelumnya punya pengalaman dilecehkan dan dikuntit oleh penggemar, akhirnya menggugat Adelman. Gugatannya cukup besar, yakni mencapai US$50 juta. Dia merasa privasinya terganggu akibat foto Adelman.

Di sinilah terjadi hal yang menarik. Sebelumnya, publik sama sekali tidak tahu terkait keberadaan rumah Streisand. Meski foto itu diunggah ke publik, kala itu yang mengunduh foto tersebut pun baru enam orang, itu termasuk pengacara Streisand sendiri.

Namun, setelah Streisand menggugat foto itu, orang justru menjadi tahu lokasi rumahnya. Pada akhirnya, banyak orang makin penasaran dengan bentuk maupun keberadaan rumah pribadinya. Sekitar satu bulan setelah pengajuan gugatan, foto itu telah dilihat lebih dari 400.000 kali dan diunggah ulang di situs berita maupun situs lain. Paradoks Streisand effect pun terjadi.

Alih-alih foto rumahnya disembunyikan, gugatan tersebut justru membuatnya makin terekspos. Di pengadilan, Streisand juga kalah dalam gugatannya dan diminta membayar biaya hukum atas kasus itu. Hingga kini, fotonya masih dipublikasikan di internet. 

Namun, saat kasus tersebut viral, publik belum menggunakan istilah Streisand effect. Istilah ini justru baru dipakai dua tahun setelah kejadian tersebut. Sebab, tak lama setelah itu, ada fenomena yang mirip terjadi lagi. Dalam kasus ini, situs Urinal.net diperintah untuk menghapus sebuah foto urinoir hotel tertentu. Sebab, hal itu dianggap melanggar undang-undang.

Namun, situs tersebut berkilah. Mereka menyatakan bahwa urinoir itu sendiri sebenarnya bisa dilihat dari tempat publik, yakni dari lobi hotel. Pada akhirnya, permintaan penghapusan justru memancing orang penasaran dan makin banyak orang yang melihat urinoir hotel tersebut.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum para pengacara menyadari bahwa tindakan sederhana untuk mencoba menekan sesuatu yang tidak mereka sukai secara daring kemungkinan besar akan membuat sesuatu yang tidak akan pernah dilihat oleh kebanyakan orang… kini dilihat oleh lebih banyak orang? Sebut saja efek Streisand," Ucap pendiri Mike Masnick

Namun, sebenarnya jika ditarik ke belakang, fenomena Streisand effect telah ada sejak puluhan tahun lalu. Misalnya, masyarakat di China telah mengenal lama istilah ini dengan nama Yu Gai Mi Zhang.

Istilah ini secara bebas diterjemahkan menjadi "mencoba menutupi sesuatu hanya akan membuatnya lebih jelas." Akan tetapi, munculnya Internet turut menyebabkan efek ini menyebar luas. 

Para cendekiawan dunia telah mencatat bahwa penyensoran sering kali menjadi bumerang, ketika masyarakat melihat adanya upaya oleh orang atau organisasi yang berkuasa untuk menekan kebebasan berbicara.

Hal itu dapat memicu kemarahan publik, terutama jika cerita pelarangan tersebut melibatkan pihak yang tidak diunggulkan. Selain itu, upaya penyensoran dapat memicu rasa ingin tahu lebih.

Pelarangan buku, situs web, lagu, maupun karya seni lain misalnya, sering kali mendorong minat lebih lanjut terhadapnya. Orang cenderung ingin menilai sendiri apa yang tidak menyenangkan dari sesuatu yang telah ditetapkan untuk ditekan. 

Baca juga: Trend #KaburAjaDulu Viral di Medsos: Berikut 8 Negara Favorit Orang Indonesia untuk Bekerja

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Profil Ali Syakieb, Bintang Sinetron yang Kini Jadi Wakil Bupati Bandung

BERIKUTNYA

Ayu Dyah Andari Hadirkan Koleksi Busana Modest ala Baroque di MUFFEST+ 2025

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: