The Most Beautiful Girl in the World: Kisah Cinta, Kecantikan, dan Kritik Sosial dalam Balutan Rom-Com
14 February 2025 |
12:12 WIB
Bertepatan dengan Hari Kasih Sayang, Netflix meluncurkan film The Most Beautiful Girl in the World yang disutradarai oleh Robert Ronny. Mengisahkan tentang pertemuan pria dan wanita dari status sosial yang berbeda, film ini membawa makna dalam yang dikemas ringan melalui genre komedi romantis.
Dengan premis sederhana, di mana karakter utama bernama Reuben harus menikahi wanita paling cantik di dunia demi mendapatkan warisan ayahnya, Robert menuangkan makna yang lebih jauh daripada itu. Seperti judulnya, film ini mencoba mencari perspektif cantik yang sesungguhnya.
Robert berupaya menghadirkan refleksi yang mendalam tentang bagaimana kecantikan wanita sering kali dipandang secara dangkal terutama di era digital yang didominasi oleh media sosial.
Baca juga: Romansa Benci Jadi Cinta di Film The Most Beautiful Girl in the World
Walaupun menyajikan kisah romantis yang penuh komedi, The Most Beautiful Girl in the World menjadi wadah bagi Robert untuk mengkritisi standar kecantikan yang berkembang di masyarakat modern. Robert menggambarkan bahwa kecantikan bukanlah sesuatu yang dapat diukur hanya dari penampilan luar.
Dalam film ini, dia berusaha untuk menghapuskan penghubung antara kecantikan dan cinta yang selama ini menjadi pembatas dalam hubungan antarmanusia. Apalagi, Ronny mengungkapkan bahwa standar kecantikan yang ada saat ini telah bergeser jauh terutama dengan adanya media sosial.
“Pada era di mana sosial media, di mana standar kecantikan muncul begitu mudah di timeline. Standar kecantikan zaman sekarang ini, menurut saya, sudah bergeser jauh dan memberikan tekanan yang enggak realistis terhadap semua perempuan modern," jelasnya.
Baginya, sosial media telah menciptakan standar kecantikan yang akhirnya memaksa perempuan untuk memenuhi ekspektasi yang hampir mustahil. Hal ini, menurut Robert, memberikan tekanan mental yang besar bagi perempuan di era modern.
Dia menekankan bahwa perempuan tidak perlu merasa tertekan untuk memenuhi standar kecantikan yang ditetapkan oleh media sosial atau masyarakat. Sebagai sutradara, ia menyampaikan pesan ini dengan menggambarkan perempuan secara lebih manusiawi dan realistis, tanpa terjebak pada klise kecantikan fisik.
Kekhawatiran Robert terhadap pengaruh besar media sosial terhadap persepsi diri perempuan ini dikemas menarik dalam atmosfer komedi dengan sentuhan romantis, menunjukkan bahwa kritik bisa dikemas dengan nuansa apa saja. Genre ini memberikan kesempatan kepada penonton untuk terhibur sambil tetap merenungkan pesan yang ada di balik cerita.
Dalam dunia yang sangat tergantung pada gambar dan video, penampilan fisik seringkali menjadi ukuran utama seseorang, bahkan lebih penting daripada kualitas internal atau kepribadian mereka. Dalam pandangan Robert, hal ini tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga menyesatkan dalam hal apa yang seharusnya menjadi ukuran kecantikan sejati.
Salah satu kritik terbesar yang diungkapkan oleh Robert adalah hubungan yang seringkali dibentuk antara kecantikan fisik dengan cinta. Menurutnya, masyarakat modern sering kali menganggap bahwa cinta itu hanya bisa ditemukan jika seseorang memenuhi standar kecantikan tertentu.
Namun, Robert sangat tegas dalam menyatakan bahwa kecantikan dan cinta tidaklah saling berhubungan. Dalam pandangannya, cinta sejati seharusnya tidak dinilai berdasarkan penampilan fisik, melainkan lebih pada kepribadian dan koneksi emosional yang terjadi antara dua individu.
Pernyataan ini menjadi inti dari pesan moral dalam The Most Beautiful Girl in the World. Robert dengan jelas ingin menyampaikan bahwa cinta yang sejati adalah tentang menemukan seseorang yang memahami kita, yang menerima kita apa adanya, tanpa terjebak pada penilaian fisik yang dangkal.
Hal ini terlihat dalam interaksi antara dua karakter utama, Reuben dan Kiara yang datang dari latar belakang sosial yang sangat berbeda. Meskipun mereka terlihat saling tidak suka pada awalnya, mereka akhirnya menemukan kesamaan dan cinta setelah mengesampingkan status sosial dan penampilan mereka.
Sebagaimana diketahui, dalam film ini, Robert menghadirkan dua karakter utama yang datang dari dunia yang sangat berbeda. Reuben, seorang anak dari keluarga kaya raya, dan Kiara merupakan seorang pegawai TV yang berjuang di dunia kerja. Keduanya dipertemukan dalam situasi yang sangat menguji.
Mereka tampak sangat berbeda dari sisi sosial dan ekonomi, tetapi Robert dengan bijak menyajikan perjalanan mereka yang memperlihatkan bahwa perbedaan itu hanyalah konstruksi sosial.
Melalui cerita ini, Robert ingin menunjukkan bahwa perbedaan status sosial, pekerjaan, atau kekayaan bukanlah hal yang seharusnya menjadi penghalang dalam hubungan. Dalam dunia nyata, Robert acap kali melihat orang menilai orang lainnya dari jabatannya, latar belakang keluarganya, atau prestasinya. Namun, dalam hubungan cinta yang sejati, Robert percaya bahwa semua itu harusnya tetap berdasar pada kepribadian dan pemahaman satu sama lain.
Pesan ini makin ditekankan ketika kedua karakter utama terdampar di pulau tak berpenghuni, di mana mereka harus menghilangkan segala bentuk status sosial dan berinteraksi sebagai dua manusia biasa. “Mereka melihat satu sama lain sebagai pribadi manusia yang seutuhnya tanpa semua embel-embel status sosial,” ungkapnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dengan premis sederhana, di mana karakter utama bernama Reuben harus menikahi wanita paling cantik di dunia demi mendapatkan warisan ayahnya, Robert menuangkan makna yang lebih jauh daripada itu. Seperti judulnya, film ini mencoba mencari perspektif cantik yang sesungguhnya.
Robert berupaya menghadirkan refleksi yang mendalam tentang bagaimana kecantikan wanita sering kali dipandang secara dangkal terutama di era digital yang didominasi oleh media sosial.
Baca juga: Romansa Benci Jadi Cinta di Film The Most Beautiful Girl in the World
Walaupun menyajikan kisah romantis yang penuh komedi, The Most Beautiful Girl in the World menjadi wadah bagi Robert untuk mengkritisi standar kecantikan yang berkembang di masyarakat modern. Robert menggambarkan bahwa kecantikan bukanlah sesuatu yang dapat diukur hanya dari penampilan luar.
Dalam film ini, dia berusaha untuk menghapuskan penghubung antara kecantikan dan cinta yang selama ini menjadi pembatas dalam hubungan antarmanusia. Apalagi, Ronny mengungkapkan bahwa standar kecantikan yang ada saat ini telah bergeser jauh terutama dengan adanya media sosial.
“Pada era di mana sosial media, di mana standar kecantikan muncul begitu mudah di timeline. Standar kecantikan zaman sekarang ini, menurut saya, sudah bergeser jauh dan memberikan tekanan yang enggak realistis terhadap semua perempuan modern," jelasnya.
Baginya, sosial media telah menciptakan standar kecantikan yang akhirnya memaksa perempuan untuk memenuhi ekspektasi yang hampir mustahil. Hal ini, menurut Robert, memberikan tekanan mental yang besar bagi perempuan di era modern.
Dia menekankan bahwa perempuan tidak perlu merasa tertekan untuk memenuhi standar kecantikan yang ditetapkan oleh media sosial atau masyarakat. Sebagai sutradara, ia menyampaikan pesan ini dengan menggambarkan perempuan secara lebih manusiawi dan realistis, tanpa terjebak pada klise kecantikan fisik.
Kekhawatiran Robert terhadap pengaruh besar media sosial terhadap persepsi diri perempuan ini dikemas menarik dalam atmosfer komedi dengan sentuhan romantis, menunjukkan bahwa kritik bisa dikemas dengan nuansa apa saja. Genre ini memberikan kesempatan kepada penonton untuk terhibur sambil tetap merenungkan pesan yang ada di balik cerita.
Dalam dunia yang sangat tergantung pada gambar dan video, penampilan fisik seringkali menjadi ukuran utama seseorang, bahkan lebih penting daripada kualitas internal atau kepribadian mereka. Dalam pandangan Robert, hal ini tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga menyesatkan dalam hal apa yang seharusnya menjadi ukuran kecantikan sejati.
Salah satu kritik terbesar yang diungkapkan oleh Robert adalah hubungan yang seringkali dibentuk antara kecantikan fisik dengan cinta. Menurutnya, masyarakat modern sering kali menganggap bahwa cinta itu hanya bisa ditemukan jika seseorang memenuhi standar kecantikan tertentu.
Namun, Robert sangat tegas dalam menyatakan bahwa kecantikan dan cinta tidaklah saling berhubungan. Dalam pandangannya, cinta sejati seharusnya tidak dinilai berdasarkan penampilan fisik, melainkan lebih pada kepribadian dan koneksi emosional yang terjadi antara dua individu.
Pernyataan ini menjadi inti dari pesan moral dalam The Most Beautiful Girl in the World. Robert dengan jelas ingin menyampaikan bahwa cinta yang sejati adalah tentang menemukan seseorang yang memahami kita, yang menerima kita apa adanya, tanpa terjebak pada penilaian fisik yang dangkal.
Hal ini terlihat dalam interaksi antara dua karakter utama, Reuben dan Kiara yang datang dari latar belakang sosial yang sangat berbeda. Meskipun mereka terlihat saling tidak suka pada awalnya, mereka akhirnya menemukan kesamaan dan cinta setelah mengesampingkan status sosial dan penampilan mereka.
Sebagaimana diketahui, dalam film ini, Robert menghadirkan dua karakter utama yang datang dari dunia yang sangat berbeda. Reuben, seorang anak dari keluarga kaya raya, dan Kiara merupakan seorang pegawai TV yang berjuang di dunia kerja. Keduanya dipertemukan dalam situasi yang sangat menguji.
Mereka tampak sangat berbeda dari sisi sosial dan ekonomi, tetapi Robert dengan bijak menyajikan perjalanan mereka yang memperlihatkan bahwa perbedaan itu hanyalah konstruksi sosial.
Melalui cerita ini, Robert ingin menunjukkan bahwa perbedaan status sosial, pekerjaan, atau kekayaan bukanlah hal yang seharusnya menjadi penghalang dalam hubungan. Dalam dunia nyata, Robert acap kali melihat orang menilai orang lainnya dari jabatannya, latar belakang keluarganya, atau prestasinya. Namun, dalam hubungan cinta yang sejati, Robert percaya bahwa semua itu harusnya tetap berdasar pada kepribadian dan pemahaman satu sama lain.
Pesan ini makin ditekankan ketika kedua karakter utama terdampar di pulau tak berpenghuni, di mana mereka harus menghilangkan segala bentuk status sosial dan berinteraksi sebagai dua manusia biasa. “Mereka melihat satu sama lain sebagai pribadi manusia yang seutuhnya tanpa semua embel-embel status sosial,” ungkapnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.