Perayaan Tahun Baru China atau Imlek akan jatuh pada 29 Januari 2025. (Sumber gambar: Arisa Chattasa/Unsplash)

Kenapa Imlek Selalu Identik dengan Hujan? Ini Penjelasan & Maknanya

26 January 2025   |   15:23 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Perayaan Tahun Baru China atau Imlek akan jatuh pada 29 Januari 2025. Imlek menjadi momentum yang ditunggu-tunggu khususnya bagi masyarakat Tionghoa, untuk menyampaikan syukur atas rezeki selama setahun terakhir, termasuk memanjatkan harapan tahun baru yang lebih baik.

Dalam kalender China, 2025 akan memasuki tahun Ular Kayu. Ular menggambarkan simbol kecerdikan, kebijaksanaan, dan kemampuan beradaptasi. Sementara elemen kayu melambangkan pertumbuhan, pembaruan dan kreativitas.

Pada Imlek 2025, diperkirakan kombinasi shio ular dan elemen kayu akan menciptakan energi unik yang mendorong refleksi, perencanaan, dan langkah-langkah baru.

Baca juga:  Makna Tahun Ular Kayu Imlek 2025 dan Pengaruhnya pada Karier & Keberuntungan

Di Indonesia, perayaan Imlek seringkali diiringi dengan turunnya hujan. Fenomena ini pun membuat hujan menjadi salah satu hal yang identik dengan perayaan Imlek di Tanah Air. Lantas mengapa fenomena ini terjadi?

Berdasarkan penjelasan ilmiah, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), perayaan Tahun Baru Imlek yang selalu jatuh antara akhir Januari dan awal Februari bertepatan dengan puncak musim hujan dan curah hujan yang tinggi di sebagian besar wilayah di Indonesia.

Letak geografis Indonesia yang dilewati garis ekuator atau khatulistiwa menjadi penyebab Indonesia mengalami hujan pada Januari. Oleh karena itu, potensi hujan hampir ada sepanjang tahun di Tanah Air. Hal ini bisa berbeda dengan negara-negara lain di belahan Bumi lain yang mungkin mengalami musim salju atau kering.

Potensi Hujan di Indonesia saat Imlek 2025
Lantas, wilayah mana saja yang akan mengalami hujan tepat saat perayaan Imlek pada 29 Januari 2025? Berdasarkan data prakiraan hujan BMKG, berikut adalah daftar lokasi dan tingkat potensi curah hujan saat perayaan Imlek pada 29 Januari 2025.

1. Hujan dengan intensitas sedang berpotensi terjadi di wilayah: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, D.I Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo,  Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat.

2. Hujan dengan intensitas lebat berpotensi terjadi di wilayah: Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua.

3. Hujan dengan intensitas sangat lebat berpotensi terjadi di wilayah: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Barat.

Lebih spesifik, berikut adalah daftar lokasi dan tingkat potensi curah hujan di wilayah Jabodetabek saat perayaan Imlek pada 29 Januari 2025.

1. Hujan dengan intensitas lebat berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Selatan, Kepulauan Seribu, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Tangerang Selatan.

2. Hujan dengan intensitas sangat lebat berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Bekasi, dan Kota Tangerang.

Adapun, BMKG memprediksi potensi hujannya dimulai pada Rabu, 29 Januari 2025 pukul 07.00 WIB dengan prediksi akumulasi curah hujan selama 24 jam.

Makna Hujan dalam Kepercayaan Tionghoa
Menurut kepercayaan Tionghoa, hujan dianggap sebagai simbol keberuntungan. Artinya, hujan yang turun jelang Hari Raya Imlek atau pada saat perayaannya merupakan tanda keberuntungan dan kemakmuran di tahun yang akan datang. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa semakin banyak hujan maka semakin berlimpah kemakmuran yang akan datang.

Melansir dari Sino Cultural, hujan merupakan pertanda awal musim semi, menandai periode ketika suhu mulai meningkat, es dan salju mencair, serta curah hujan meningkat, sehingga menghadirkan kelembapan yang dibutuhkan untuk kegiatan pertanian.

Dengan begitu, hujan merupakan waktu penting bagi petani untuk mempersiapkan musim tanam, karena air hujan menyegarkan tanah dan membangkitkan benih untuk tumbuh. Hewan-hewan bangkit dari hibernasi, sungai mengalir lebih deras, dan kuncup-kuncup mulai tumbuh di pohon-pohon, menandakan pembaruan kehidupan.

Oleh karena itu, meningkatnya curah hujan dianggap melambangkan transisi alam yang lembut menuju musim semi, yang mendorong keseimbangan dan pertumbuhan. Selain itu, hujan yang datang juga menyuburkan tanah, sehingga hujan pada awal musim semi dianggap sebagai awal dari rejeki dan kemakmuran.

Baca juga: Jejak Sejarah Imlek di Indonesia, Dari Tradisi Tionghoa hingga Simbol Keberagaman

Editor: Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Sinopsis dan Daftar Pemeran Drakor Motel California, Dibintangi Na In-woo & Lee Se-young

BERIKUTNYA

Attack on Titan: The Last Attack Hadir di Bioskop Indonesia, Ini Jadwal Tayangnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: