Sumber gambar : tangkapan layar youtube Rekata Studio

Penyalin Cahaya, Menyuarakan Darurat Kekerasan & Pelecehan Seksual

04 September 2021   |   08:01 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Bagi Sutradara Wregas Bhanuteja, Indonesia saat ini mengalami darurat kekerasan seksual. Melalui film Penyalin Cahaya, dia ingin menyampaikan pesan ini kepada seluruh masyarakat, baik di Indonesia maupun dunia dalam Festival Film Internasional Busan yang akan diikuti oleh film Penyalin Cahaya.

Film Penyalin Cahaya secara garis besar bercerita tentang seorang mahasiswi yang kehilangan beasiswa karena foto selfie ketika sedang mabuk dalam suatu pesta beredar. Mahasiswi tersebut tidak ingat apa yang terjadi semalam saat berada di pesta karena itu pengalaman pertama berpesta.

"Dan sekarang dia berusaha menginvestigasi dengan meminta bantuan teman masa kecil yang bekerja di foto copy di kampus bernama Amin," kata Wregas.

Melalui fillm Penyalin Cahaya, Wregas ingin menyampaikan pesan bahwa masyarakat Indonesia sangat perlu untuk mengetahui bahwa saat ini Indonesia mengalami darurat kekerasan seksual.

Banyak sekali penyintas kekerasan seksual yang tidak mendapatkan keadilan dalam kasus-kasus yang dialaminya. Banyak sekali penyintas yang memendam kisahnya karena sistem atau pun lingkungan yang tidak mendukung.

Bahkan, keluarga sebagai lingkungan terdekat saja sudah alpa menjadi sitem pendukung utama bagi penyintas kekerasan seksual.

"Saya rasa film ini harus hadir untuk membangkitkan awareness dari masyarakat akan pentingnya kita melawan bersama kekerasan dan pelecehan seksual," katanya.

Dia ingin membawa kegelisahan tentang sistem atau lingkungan yang kadang menyepelekan kasus kekerasan dan pelecehan seksual melalui film Penyalin Cahaya. Apa yang dialami oleh penyintas sering kali membawa banyak hal yang menyakitkan bagi penyintas, kesehatan mental, trauma, dan depresi.

Kondisi-kondisi itu banyak muncul karena penyintas tidak dipercaya. Ketika penyintas mau bercerita, maka dia tidak mendapatkan dukungan. Penyintas tersebut diragukan, seolah-olah apa yang dialami oleh penyintas diada-ada.

Tidak hanya itu, kekerasan dan pelecehan seksual kerap dianggap menjadi bagian dari kewajaran karena pakaian yang digunakan atau makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh penyintas.

"Ini sebenarnya tidak tepat. Kita harus bicara, kita harus bersama dengan penyintas, temani dan dampingi melawan pelaku atau orang-orang yang menyebabkan kekerasan seksual," tambahnya.

Festival film adalah pengeras gaung dari pesan yang ingin disampaikan, dan Busan Internationl Film Festival adalah salah satu film festival terbesar di dunia. Di festival ini, seluruh orang datang dari seluruh dunia untuk merepresentasikan karya.

Kondisi ini berarti film Penyalin Cahaya juga ditonton oleh internasional sehingga tidak hanya dilihat penonton di dalam negeri. Busan Internastional Film Festival juga membuka ruang untuk distribusi-distribusi berikutnya.

Selain itu juga ada kerja sama penayangan di bioskop-bioskop internasional, funding, atau co-produksi. Kondisi ini membuat pesan tentang kekerasan dan pelecehan seksual dalam film dapat disuarakan ke seluruh dunia. Kekerasan seksual adalah kondisi yang harus menjadi perhatian oleh seluruh dunia, tidak hanya Indonesia.



Editor: Indyah Sutriningrum
 

SEBELUMNYA

Apa Saja Nutrisi yang Harus Ada Selama Pandemi Covid-19? Ini Kata Ahli Gizi

BERIKUTNYA

Yuk Kenali Karakter Kamu dari Jam Tangan yang Dipakai

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: