2025 Tahun Penuh Harapan dan Tantangan untuk Industri Konser Musik Indonesia
11 January 2025 |
18:23 WIB
Lampu-lampu panggung kembali dinyalakan. Amplifier pun sudah dipanaskan. Industri konser musik di Indonesia memang seolah tak mengenal kata berhenti. Meski masih awal tahun, arena konser musik di Jakarta dan daerah-daerah lain sudah mulai bergeliat kembali.
Pada bulan Januari 2025 saja, puluhan konser dan festival musik, baik musisi lokal maupun internasional, telah siap digelar. Hampir setiap pekan, selalu ada pertunjukan musik besar yang menjadi ajang hiburan masyarakat.
Meski geliatnya masih mumpuni, 2025 dipandang akan jadi tahun yang berbeda. Tentu saja, 2025 adalah tahun yang penuh harapan. Namun, dengan berbagai dinamika ekonomi yang terjadi, 2025 juga tahun perhitungan.
Baca juga: Sejumlah Konser & Fan Meeting Artis Korsel Batal Digelar di Indonesia
Founder Konsorsium Anak Nusantara Ryan Sofyan mengatakan 2025 menjadi tahun berbeda bagi industri musik. Melanjutkan tren yang terjadi pada 2024, tahun ini industri konser di Indonesia dirasa masih akan menggeliat.
Namun, menurutnya, harus ada perhitungan-perhitungan yang lebih tepat terkait dengan pasar. Pasalnya, sekarang tidak bisa lagi asal produksi pertunjukan, tanpa ada pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang.
“Kalau dibilang sangat menarik, menarik. Cuman bisa dibilang kita masih butuh riset, analisa pasar, analisa musisi, analisa penonton. Kalau salah-salah dalam analisa, hasilnya jelek juga kan,” ungkap Ryan kepada Hypeabis.id.
Setelah begitu menggeliat dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi mereda, penonton tentu saja membutuhkan sesuatu yang baru dalam konser. Kondisi-kondisi tersebut mesti menjadi perhatian bagi para promotor agar produksi yang dijalankan bisa disambut antusias oleh konsumen.
Menurutnya, saat ini konser musik tak lagi bisa hanya menjual nama-nama besar belaka tanpa ada pertimbangan yang matang. Dalam hal ini, proses riset dan analisa menjadi begitu penting. Dengan demikian, ada titik temu antara konsep yang diusung oleh promotor dan selera penonton.
Riset, lanjutnya, juga punya nilai penting lain untuk membuat industri konser ke depan lebih berwarna. Dengan demikian, setiap IP konser di Indonesia punya ciri khas masing-masing yang menjadi daya tarik utamanya.
Ryan masih optimistis industri konser di Indonesia bakal bertumbuh lebih baik ke depan. Saat ini, konser memang masih cukup menjanjikan. Hal itu terbukti dari makin banyaknya promotor-promotor baru yang bermunculan.
“Saya ada beberapa teman dari luar yang juga menyoroti pertumbuhan promotor di Indonesia itu cukup dahsyat. Jadi, secara industri ini memang masih menarik. Namun, supaya bisa sustain di sini, ya itu pentingnya riset-riset tadi,” imbuhnya.
Promotor Konsorsium ini akan membuka awal tahun 2025 dengan menggelar konser Super Diva yang bakal digelar di Indonesia Arena, GBK. Konser ini sebelumnya dijadwalkan pada 2 November 2024, tetapi akhirnya ditunda dan baru akan digelar pada 17 Januari 2025.
Super Diva adalah konser yang menggabungkan grup 3 Diva (Kris Dayanti, Ruth Sahanaya, Titi DJ) dan Super Girls (Lyodra, Tiara Andini, dan Ziva Magnolya) dalam satu panggung pertunjukan.
Dalam konser ini, pihaknya menggandeng komponis Erwin Gutawa sebagai music director dan Jay Subyakto sebagai art director. Konser direncanakan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam. Nantinya, akan ada sekitar 44 lagu yang akan dibawakan dengan konsep yang berbeda-beda.
Selain konser ini, Konsorsium akan menggelar beberapa pertunjukan lain yang tak kalah megah. Namun, Ryan masih merahasiakan jumlah konser yang dipromotori tahun ini.
Laporan dari Populix bertajuk Beyond Borders: A Study Of Indonesian Concert-Goers 'Behavior' mengungkap bahwa antusiasme masyarakat Indonesia terhadap konser memang masih tinggi. Pada 2023, tercatat sebanyak 42 persen responden mengaku telah menghadiri konser dan 32 persen di antaranya bahkan datang ke konser lebih dari tiga kali setahun.
Lebih dari 50 persen responden lebih memilih konser musik dalam bentuk festival sedangkan 43 persen memilih konser musik tur. Musisi lokal jadi pilihan utama responden 51 persen, disusul penyanyi atau grup band K-Pop sebanyak 26 persen.
Sementara itu, Menurut survei pembayaran digital Visa, masyarakat Indonesia menduduki peringkat tiga di Asia Pasifik pada 2023. Indonesia punya persentasi 40 persen dan hanya kalah dari Vietnam yang mendapat 41 persen dan India dengan angka 45 persen.
Meski tampak menggeliat, sejumlah preseden kurang menyenangkan mewarnai awal 2025 ini. Sejumlah konser dan fan meeting di Indonesia diketahui batal digelar pada Januari ini. Dimulai dari Billlie World Tour 'Our FLOWERLD (Belllie've You), Taeyang 2025 Tour in Jakarta, TripleS Come True in Jakarta, dan Joongi's Day: FESTIVAL in Jakarta.
Baca juga: Cerita di Balik Ide Panggung 360 Derajat ala Jay Subyakto di Konser Super Diva
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pada bulan Januari 2025 saja, puluhan konser dan festival musik, baik musisi lokal maupun internasional, telah siap digelar. Hampir setiap pekan, selalu ada pertunjukan musik besar yang menjadi ajang hiburan masyarakat.
Meski geliatnya masih mumpuni, 2025 dipandang akan jadi tahun yang berbeda. Tentu saja, 2025 adalah tahun yang penuh harapan. Namun, dengan berbagai dinamika ekonomi yang terjadi, 2025 juga tahun perhitungan.
Baca juga: Sejumlah Konser & Fan Meeting Artis Korsel Batal Digelar di Indonesia
Pertunjukan drone bertuliskan I LOVE JKT saat malam pergantian tahun baru 2025 di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu (1/1/2025). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
Founder Konsorsium Anak Nusantara Ryan Sofyan mengatakan 2025 menjadi tahun berbeda bagi industri musik. Melanjutkan tren yang terjadi pada 2024, tahun ini industri konser di Indonesia dirasa masih akan menggeliat.
Namun, menurutnya, harus ada perhitungan-perhitungan yang lebih tepat terkait dengan pasar. Pasalnya, sekarang tidak bisa lagi asal produksi pertunjukan, tanpa ada pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang.
“Kalau dibilang sangat menarik, menarik. Cuman bisa dibilang kita masih butuh riset, analisa pasar, analisa musisi, analisa penonton. Kalau salah-salah dalam analisa, hasilnya jelek juga kan,” ungkap Ryan kepada Hypeabis.id.
Setelah begitu menggeliat dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi mereda, penonton tentu saja membutuhkan sesuatu yang baru dalam konser. Kondisi-kondisi tersebut mesti menjadi perhatian bagi para promotor agar produksi yang dijalankan bisa disambut antusias oleh konsumen.
Menurutnya, saat ini konser musik tak lagi bisa hanya menjual nama-nama besar belaka tanpa ada pertimbangan yang matang. Dalam hal ini, proses riset dan analisa menjadi begitu penting. Dengan demikian, ada titik temu antara konsep yang diusung oleh promotor dan selera penonton.
Riset, lanjutnya, juga punya nilai penting lain untuk membuat industri konser ke depan lebih berwarna. Dengan demikian, setiap IP konser di Indonesia punya ciri khas masing-masing yang menjadi daya tarik utamanya.
Ryan masih optimistis industri konser di Indonesia bakal bertumbuh lebih baik ke depan. Saat ini, konser memang masih cukup menjanjikan. Hal itu terbukti dari makin banyaknya promotor-promotor baru yang bermunculan.
“Saya ada beberapa teman dari luar yang juga menyoroti pertumbuhan promotor di Indonesia itu cukup dahsyat. Jadi, secara industri ini memang masih menarik. Namun, supaya bisa sustain di sini, ya itu pentingnya riset-riset tadi,” imbuhnya.
Promotor Konsorsium ini akan membuka awal tahun 2025 dengan menggelar konser Super Diva yang bakal digelar di Indonesia Arena, GBK. Konser ini sebelumnya dijadwalkan pada 2 November 2024, tetapi akhirnya ditunda dan baru akan digelar pada 17 Januari 2025.
Super Diva adalah konser yang menggabungkan grup 3 Diva (Kris Dayanti, Ruth Sahanaya, Titi DJ) dan Super Girls (Lyodra, Tiara Andini, dan Ziva Magnolya) dalam satu panggung pertunjukan.
Dalam konser ini, pihaknya menggandeng komponis Erwin Gutawa sebagai music director dan Jay Subyakto sebagai art director. Konser direncanakan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam. Nantinya, akan ada sekitar 44 lagu yang akan dibawakan dengan konsep yang berbeda-beda.
Selain konser ini, Konsorsium akan menggelar beberapa pertunjukan lain yang tak kalah megah. Namun, Ryan masih merahasiakan jumlah konser yang dipromotori tahun ini.
Konser (Sumber gambar: Unsplash/Kaleb Nimz)
Laporan dari Populix bertajuk Beyond Borders: A Study Of Indonesian Concert-Goers 'Behavior' mengungkap bahwa antusiasme masyarakat Indonesia terhadap konser memang masih tinggi. Pada 2023, tercatat sebanyak 42 persen responden mengaku telah menghadiri konser dan 32 persen di antaranya bahkan datang ke konser lebih dari tiga kali setahun.
Lebih dari 50 persen responden lebih memilih konser musik dalam bentuk festival sedangkan 43 persen memilih konser musik tur. Musisi lokal jadi pilihan utama responden 51 persen, disusul penyanyi atau grup band K-Pop sebanyak 26 persen.
Sementara itu, Menurut survei pembayaran digital Visa, masyarakat Indonesia menduduki peringkat tiga di Asia Pasifik pada 2023. Indonesia punya persentasi 40 persen dan hanya kalah dari Vietnam yang mendapat 41 persen dan India dengan angka 45 persen.
Meski tampak menggeliat, sejumlah preseden kurang menyenangkan mewarnai awal 2025 ini. Sejumlah konser dan fan meeting di Indonesia diketahui batal digelar pada Januari ini. Dimulai dari Billlie World Tour 'Our FLOWERLD (Belllie've You), Taeyang 2025 Tour in Jakarta, TripleS Come True in Jakarta, dan Joongi's Day: FESTIVAL in Jakarta.
Baca juga: Cerita di Balik Ide Panggung 360 Derajat ala Jay Subyakto di Konser Super Diva
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.