Menurut laporan NASA, sedikitnya akan ada empat kali fenomena gerhana yang terjadi pada 2025. (Sumber gambar: Ryan Stone/Unsplash)

Daftar Fenomena Gerhana Sepanjang 2025, Kapan Jadwalnya di Indonesia?

07 January 2025   |   17:22 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah merilis daftar fenomena gerhana yang akan terjadi sepanjang 2025. Sejumlah fenomena gerhana yang akan muncul pada tahun ini terdiri dari gerhana matahari dan bulan, dengan berbagai jenis mulai dari sebagian hingga total.

Menurut laporan NASA, sedikitnya akan ada empat kali fenomena gerhana yang terjadi pada 2025, yakni dua kali gerhana bulan total dan dua kali gerhana matahari sebagian.

Baca juga: Daftar Fenomena Astronomi Hujan Meteor Sepanjang 2025

Tak hanya daftar jenis gerhana yang akan terjadi, NASA juga memberikan tanggal munculnya fenomena astronomi tersebut, termasuk daftar wilayah mana saja yang bisa menikmatinya.

Di antara sejumlah fenomena pada tahun ini, ada gerhana yang bisa dilihat dari wilayah Indonesia, yaitu gerhana bulan total yang terjadi pada September 2025. Hal ini tentunya bisa menjadi fenomena menarik khususnya bagi pencinta astronomi yang ingin menyaksikan secara langsung gerhana di Tanah Air pada tahun ini.

Berikut adalah daftar fenomena gerhana yang akan terjadi sepanjang tahun 2025, sebagaimana dilansir dari situs resmi NASA.


1. Gerhana Bulan Total 14 Maret 2025

Fenomena gerhana pertama yang akan terjadi pada tahun ini yaitu gerhana Bulan total yang diprakirakan terjadi pada 14 Maret 2025. Menurut laporan NASA, wilayah-wilayah geografis yang dapat melihat fenomena ini adalah di Pasifik, Amerika, Eropa Barat, Afrika Barat.


2. Gerhana Matahari Sebagian 29 Maret 2025

Kedua, akan ada fenomena gerhana Matahari sebagian yang diprakirakan terjadi pada 29 Maret 2025. Menurut laporan NASA, wilayah-wilayah yang bisa melihat fenomena ini ada di Eropa, Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Samudra Atlantik, Samudra Arktik.


3. Gerhana Bulan Total 7 September 2025

Kemudian fenomena yang ketiga, akan kembali terjadi gerhana Bulan total yang diprakirakan berlangsung pada 7 September 2025. Menurut Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), fenomena gerhana Bulan total ini dapat dilihat dari wilayah Indonesia. Selain itu juga di Eropa, Afrika, Asia, Australia.


4. Gerhana Matahari Sebagian 21 September 2025

Terakhir, akan ada fenomena gerhana Matahari sebagian yang diprakirakan terjadi pada 21 September 2025. Menurut NASA, wilayah-wilayah yang bisa melihat fenomena ini adalah di Australia, Antartika, Samudra Pasifik, Samudra Atlantik.


Apa Itu Gerhana Bulan & Gerhana Matahari?

Dilansir dari situs resmi BRIN, gerhana bulan adalah fenomena terhalangnya cahaya matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan. 

Penyebab gerhana bulan total terjadi akibat pergerakan posisi bulan-matahari-Bumi sejajar. Peristiwa ini membuat bulan masuk ke umbra Bumi yang mengakibatkan saat puncak gerhana terjadi, bulan akan terlihat berwarna merah.

Peneliti BRIN Andi Pangerang menjelaskan saat bulan memasuki umbra, warna umbra cenderung hitam. Seiring bulan seluruhnya berada di dalam umbra, warna bulan akan menjadi kemerahan. Hal ini dikarenakan oleh mekanisme hamburan Rayleigh yang terjadi pada atmosfer Bumi.

Hamburan Rayleigh yang terjadi ketika gerhana bulan, sama seperti mekanisme ketika matahari maupun bulan tampak berwarna kemerahan saat berada di ufuk rendah dan langit yang mempunyai rona jingga ketika matahari terbit maupun terbenam.

Saat terjadi gerhana spektrum, warna dengan panjang gelombang lebih pendek seperti ungu, biru dan hijau dihamburkan ke angkasa lepas, sedangkan spektrum dengan panjang gelombang lebih panjang seperti merah, jingga dan kuning diteruskan ke pengamat.

Andi menambahkan saat gerhana, tidak ada cahaya matahari yang dapat dipantulkan oleh bulan sebagaimana ketika fase bulan Purnama. Gerhana dapat berwarna menjadi lebih kecokelatan bahkan hitam pekat jika partikel seperti debu vulkanik ikut menghamburkan cahaya.

“Dampak dari Gerhana Bulan Total bagi kehidupan manusia adalah pasang naik air laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya ketika tidak terjadi gerhana, Purnama maupun Bulan Baru,” terangnya.

Sementara itu, gerhana matahari terjadi saat sinar matahari terhalang oleh bulan, bayangan bulan akan jatuh di Bumi. Daerah di Bumi yang berada di bawah bayangan inti (umbra) bulan, akan mengalami gerhana matahari total, sementara itu, daerah di Bumi yang berada di bawah penumbra akan mengalami gerhana matahari sebagian.

Mengutip dari situs resmi Observatorium Bosscha, wilayah di permukaan Bumi yang berada di dalam penumbra akan dapat menyaksikan Gerhana Matahari Sebagian (GMS), yaitu saat piringan matahari tidak tertutup sepenuhnya oleh piringan bulan ketika fase maksimum gerhana.

Sementara wilayah lain di permukaan Bumi di luar penumbra tidak akan dapat menyaksikan gerhana matahari. Ada kalanya bayangan umbra tidak sampai di permukaan Bumi. Hal ini membuat hanya bayangan penumbra yang jatuh sampai ke permukaan Bumi, sehingga akan terjadi Gerhana Matahari Sebagian tanpa ada Gerhana Matahari Total.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

G-Dragon Dikabarkan Siap Rilis Album Studio Baru pada Februari 2025

BERIKUTNYA

Pameran Tale Within Threads: Saat Seni Tekstil Menggugat Isu Lingkungan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: