Kontroversi Beige Mom, Tren Ibu Minimalis yang Disebut Batasi Stimulasi Anak
11 December 2024 |
14:51 WIB
Tren Beige Mom dalam beberapa waktu terakhir menjadi perdebatan di banyak platform media sosial sepeti TikTok, Instagram hingga YouTube. Kontroversinya muncul dari perbedaan pendapat antara pengguna penganut konsep beige mom dan pengguna lain yang tidak mendukungnya.
Dilansir dari Today.com, konsep beige mom yang dimaksud merujuk pada tindakan yang kerap kali dilakukan ibu muda. Mereka memegang prinsip estetika minimalis untuk keseluruhan pakaian maupun perabotan di sekitarnya. Keteguhan akan prinsip estetika minimalis ini membuat beberapa ibu muda cenderung memilih beragam warna netral untuk mengisi perabot di rumah mereka.
Baca juga: Kontroversi Penggunaan Apple Vision Pro di Ruang Publik, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?
Termasuk pemilihan pakaian, mainan, hingga peralatan bayi yang umumnya erat dengan warna-warna kontras (merah, kuning, hijau, oranye) justru ditentang keras oleh individu penganut konsep beige mom.
Para ibu seperti Natalie Powell yang termasuk ke dalam kelompok ini menghadapi reaksi keras karena mengubah warna mainan anak-anak mereka agar sesuai dengan konsep warna netral yang dianutnya, yakni warna krem, cokelat maupun putih.
Natalie dalam sebuah video bahkan mengecat ulang pohon Natal yang umumnya berwarna-warni dengan warna netral yang tidak terlalu mencolok. Beberapa pengguna lain menyebut tindakannya sebagai tindakan yang merusak kesenangan dan stimulasi emosional anaknya.
Piccalio, sebuah merek perabotan bayi dan anak mencatat salah satu pengguna yang kemudian viral karena berani menyampaikan gagasannya adalah Hayley Deroche. Dia menganggap tren beige mom sudah berlebihan, yang kemudian membuat video satir balasan serta mengganti istilah baige mom menjadi sad baige mom.
Dia menyerukan bahwa selayaknya mainan anak sengaja memiliki warna-warna terang untuk mestimulasi otak anak pada masa tumbuh kembang, dan bukannya dicat dengan warna netral seperti krem maupun cokelat muda.
Dilansir dari AD Media, sisi pendukung tren beige mom berpendapat bahwa tren ini mewakili keinginan akan konsep kesederhanaan dan kenyamanan. Maya McNeal, seorang pengguna akun TikTok yang mendeskripsikan dirinya sebagai beige mom, menekankan bahwa pilihannya mencerminkan selera pribadinya dan tidak ada dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak-anaknya.
Dia menyanggah anggapan satir terhadap dirinya dan menyebut bahwa menjadi beige mom membuatnya dapat lebih memprioritaskan fungsionalitas dan kemudahan dalam proses pemeliharaan rumahnya.
Selain itu, beberapa pendukungnya berpendapat bahwa penggunaan warna yang minimalis di dalam rumah, berpotensi untuk menciptakan suasana yang lebih tenang dan kondusif untuk belajar dan bersantai.
Sementara pengguna lain yang menentang tren beige mom beralasan bahwa hal ini membatasi paparan anak-anak terhadap elemen-elemen penting dari lingkungan yang penuh warna dan rangsangan yang menarik.
AD Media turut mencatat secara psikologis, anak-anak mampu mendapatkan manfaat yang signifikan dari pengalaman sensorik yang beragam. Hal ini termasuk berbagai warna dan tekstur di sekitarnya. Netizen yang kontra berpendapat bahwa dominasi warna netral di sekitar anak dapat menghambat perkembangan kognitif dan kreativitas anak.
Selain itu, ada anggapan pula bahwa penganut beige mom adalah mereka yang terlalu fokus pada penampilan di media sosial daripada kesejahteraan anak-anak mereka.
Baca juga: Mengenal The Portal: Jendela Penghubung New York-Dublin yang Sempat Kontroversial
Salah satu pembuat konten di YouTube, Salem Tovar bahkan membuat video yang membahas hal ini dengan judul satir berupa "Sad Beige Moms on TikTok Are Ruining Their Kids Chilhood For The ‘Aeshthetic’” yang telah mendapat lebih dari 1,3 juta penonton.
Kontroversi beige mom lebih dalam dapat dibahas dalam lanskap perubahan budaya konsumen hingga pengaruh tren digital terhadap preferensi pola asuh orang tua. Tren ini menyoroti bagaimana media sosial membentuk persepsi dan ekspresi pribadi dalam konteks menjadi orang tua modern.
Bagaimana dengan Genhype, apakah tergolong sebagai tim yang pro atau kontra terhadap tren beige mom?
Editor: Fajar Sidik
Dilansir dari Today.com, konsep beige mom yang dimaksud merujuk pada tindakan yang kerap kali dilakukan ibu muda. Mereka memegang prinsip estetika minimalis untuk keseluruhan pakaian maupun perabotan di sekitarnya. Keteguhan akan prinsip estetika minimalis ini membuat beberapa ibu muda cenderung memilih beragam warna netral untuk mengisi perabot di rumah mereka.
Baca juga: Kontroversi Penggunaan Apple Vision Pro di Ruang Publik, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?
Termasuk pemilihan pakaian, mainan, hingga peralatan bayi yang umumnya erat dengan warna-warna kontras (merah, kuning, hijau, oranye) justru ditentang keras oleh individu penganut konsep beige mom.
Para ibu seperti Natalie Powell yang termasuk ke dalam kelompok ini menghadapi reaksi keras karena mengubah warna mainan anak-anak mereka agar sesuai dengan konsep warna netral yang dianutnya, yakni warna krem, cokelat maupun putih.
Natalie dalam sebuah video bahkan mengecat ulang pohon Natal yang umumnya berwarna-warni dengan warna netral yang tidak terlalu mencolok. Beberapa pengguna lain menyebut tindakannya sebagai tindakan yang merusak kesenangan dan stimulasi emosional anaknya.
Piccalio, sebuah merek perabotan bayi dan anak mencatat salah satu pengguna yang kemudian viral karena berani menyampaikan gagasannya adalah Hayley Deroche. Dia menganggap tren beige mom sudah berlebihan, yang kemudian membuat video satir balasan serta mengganti istilah baige mom menjadi sad baige mom.
Dia menyerukan bahwa selayaknya mainan anak sengaja memiliki warna-warna terang untuk mestimulasi otak anak pada masa tumbuh kembang, dan bukannya dicat dengan warna netral seperti krem maupun cokelat muda.
Dilansir dari AD Media, sisi pendukung tren beige mom berpendapat bahwa tren ini mewakili keinginan akan konsep kesederhanaan dan kenyamanan. Maya McNeal, seorang pengguna akun TikTok yang mendeskripsikan dirinya sebagai beige mom, menekankan bahwa pilihannya mencerminkan selera pribadinya dan tidak ada dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak-anaknya.
Dia menyanggah anggapan satir terhadap dirinya dan menyebut bahwa menjadi beige mom membuatnya dapat lebih memprioritaskan fungsionalitas dan kemudahan dalam proses pemeliharaan rumahnya.
Selain itu, beberapa pendukungnya berpendapat bahwa penggunaan warna yang minimalis di dalam rumah, berpotensi untuk menciptakan suasana yang lebih tenang dan kondusif untuk belajar dan bersantai.
Sementara pengguna lain yang menentang tren beige mom beralasan bahwa hal ini membatasi paparan anak-anak terhadap elemen-elemen penting dari lingkungan yang penuh warna dan rangsangan yang menarik.
AD Media turut mencatat secara psikologis, anak-anak mampu mendapatkan manfaat yang signifikan dari pengalaman sensorik yang beragam. Hal ini termasuk berbagai warna dan tekstur di sekitarnya. Netizen yang kontra berpendapat bahwa dominasi warna netral di sekitar anak dapat menghambat perkembangan kognitif dan kreativitas anak.
Selain itu, ada anggapan pula bahwa penganut beige mom adalah mereka yang terlalu fokus pada penampilan di media sosial daripada kesejahteraan anak-anak mereka.
Baca juga: Mengenal The Portal: Jendela Penghubung New York-Dublin yang Sempat Kontroversial
Salah satu pembuat konten di YouTube, Salem Tovar bahkan membuat video yang membahas hal ini dengan judul satir berupa "Sad Beige Moms on TikTok Are Ruining Their Kids Chilhood For The ‘Aeshthetic’” yang telah mendapat lebih dari 1,3 juta penonton.
Kontroversi beige mom lebih dalam dapat dibahas dalam lanskap perubahan budaya konsumen hingga pengaruh tren digital terhadap preferensi pola asuh orang tua. Tren ini menyoroti bagaimana media sosial membentuk persepsi dan ekspresi pribadi dalam konteks menjadi orang tua modern.
Bagaimana dengan Genhype, apakah tergolong sebagai tim yang pro atau kontra terhadap tren beige mom?
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.