Proses Penjurian Lomba Foto Gelora Membangun Negeri Rampung, Ini Tantangan Para Juri
05 December 2024 |
20:30 WIB
Lomba fotografi dengan tema besar Gelora Membangun Negeri telah menarik perhatian banyak peserta tahun ini. Agenda tahunan yang diselenggarakan Hypeabis.id dan Bisnis Indonesia ini makin diminati, dengan total 183 peserta dan lebih dari 1.000 karya foto yang dikirim.
Tantangan juri menyeleksi karya-karya autentik pun makin besar. Ketua Pelaksana Lomba Foto Gelora Membangun Negeri Fanny Kusumawardhani menjelaskan, ada dinamika yang menarik dalam proses penjurian.
Setiap peserta lomba diberi kesempatan untuk mengirimkan hingga 10 karya yang membuat jumlah total karya sangat besar. Fanny mencatat bahwa pengorganisasian karya dari peserta cukup membuat proses seleksi berjalan alot, terutama dalam menentukan karya mana yang benar-benar sesuai dengan tema.
Baca juga:
Namun, pada akhirnya, dewan juri berhasil menemukan kesatuan suara untuk memilih 3 pemenang yang mewakili tema lomba dengan baik. "Ke depannya, saya berhadap peserta terus berkarya dan mengeksplorasi teknik fotografi mereka dan tetap semangat berkreasi dan mengumpulkan koleksi foto yang makin banyak," kata Fanny.
Adapun proses penjurian dilakukan 3 dewan juri yakni Chief Photographer untuk Associated Press Jakarta Bureau Dita Alangkara, Fotografer Senior dan Visual Storyteller Beawiharta, serta Content Manager Foto Bisnis Indonesia Yayus Yuswoprihanto. Ketiganya melakukan proses penjurian dengan memperhatikan berbagai aspek fotografi mulai dari teknis hingga kedalaman cerita di balik potret gambar.
Proses seleksi pun tidak mudah, sebab setiap peserta memiliki interpretasi yang berbeda terhadap tema yang sama. Oleh karena itu, para juri bekerja sama untuk memberikan penilaian yang sevariatif mungkin guna memastikan bahwa pemenang benar-benar mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam tema lomba.
Menurut Yayus, tema Gelora Membangun Negeri ini bisa mencakup berbagai aspek dalam konteks bahu membahu mendorong kemajuan negeri. Tidak hanya dalam pembangunan dan infrastruktur, tetapi tema ini juga bisa menyentuh dunia politik, budaya, dan lingkungan.
"Tema politik, seperti Pilpres dan Pilkada menjadi salah satu fokus yang muncul dalam karya foto peserta tahun ini. Ini cukup memberikan kesegaran baru dibandingkan dengan lomba tahun sebelumnya," jelas Yayus.
Berkaitan dengan nilai sosial dan kemanusiaan, Yayus menekankan bahwa juri selalu mempertimbangkan relevansi karya dengan tema besar lomba yaitu pembangunan negeri. Baginya, foto yang dinilai baik harus mampu mengkomunikasikan pesan tentang proses pembangunan dengan kualitas visual yang mumpuni.
Yayus juga mengingatkan bahwa dunia fotografi akan terus berkembang, terutama dengan adanya alat yang semakin canggih dan mudah diakses oleh banyak orang. Hal ini membuka peluang bagi para fotografer muda untuk terus berkembang dan berinovasi dalam cara mereka menyampaikan pesan melalui gambar.
Di sisi lan, juri lainnya, Beawiharta menyampaikan pandangannya mengenai aspek penilaian yang lebih kompleks. Selain teknik dan kesesuaian tema, pria yang akrab disapa Bea ini juga menilai apakah foto tersebut dapat mewakili berbagai sektor pembangunan seperti energi terbarukan, pelestarian budaya, atau pendidikan.
Proses pemilihan pemenang melibatkan pencermatan yang seksama terhadap berbagai aspek ini untuk memastikan keberagaman dan keterwakilan tema lomba dalam karya yang terpilih.
Dari segi teknis, Bea mengingatkan bahwa meskipun foto boleh di-setting, tetapi momen yang ditangkap harus tetap alami dan memiliki keotentikan. Naluri fotografer dalam menangkap cerita melalui gambar ini dapat dituangkan dalam berbagai lomba fotografi merupakan sarana bagi fotografer untuk terus berkembang.
Menurut Bea, peserta yang sering berpartisipasi dalam lomba dapat memperbaiki kemampuan mereka, belajar dari kesalahan, dan makin tajam dalam menyampaikan pesan melalui foto. “Terus berkarya dan jangan berhenti belajar, karena dunia fotografi selalu memberikan hal baru yang menarik untuk dieksplorasi," tegas Bea.
Juri lainnya, Dita menambahkan pandangannya tentang pentingnya kualitas visual dalam sebuah foto. Dia mengungkapkan bahwa visual yang menarik adalah hal pertama yang harus dimiliki oleh sebuah foto untuk menarik perhatian juri. Namun, lebih dari itu, foto tersebut harus dapat menyampaikan pesan yang jelas.
“Foto itu tidak hanya sekadar gambar indah, tapi juga harus bisa menyampaikan sebuah cerita atau pesan yang mendalam,” ujar Dita.
Sebagai juri, Dita juga menilai kemampuan peserta dalam mengungkapkan makna dan ide di balik gambar sudah cukup baik. Seperti yang dia katakan, foto harus lebih dari sekadar teknik sebab gambar yang kuat mampu mengkomunikasikan ide atau pesan kepada penontonnya.
Dita menekankan bahwa kualitas teknis hanya salah satu aspek dalam penilaian. Lebih jauh, bagaimana sebuah foto mampu memberikan dampak emosional atau sosial kepada penontonnya juga menambah aspek penilaian yang melengkapi keseluruhan penilaian.
"Pesan yang ingin disampaikan haruslah mampu membangun emosi yang sesuai dengan tema besar," ungkap Dita.
Menurut Dita, untuk membuat foto yang benar-benar berdampak, seorang fotografer perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang ide atau pesan yang ingin disampaikan. Dengan memperkaya pengetahuan dan referensi, seorang fotografer akan lebih mudah untuk memvisualisasikan ide-idenya dalam sebuah foto. “Fotografi itu bukan hanya soal teknik, tetapi juga soal bercerita melalui visual,” tegas Dita.
Dari ribuan foto yang diterima, dewan juri telah menyeleksi 3 juara utama, 10 nominasi, dan 5 juara favorit. Aspek-aspek seperti kemampuan teknis, kualitas visual, relevansi tema, dan kedalaman cerita di balik gambar menjadi fokus utama penilaian juri.
Nantikan pengumuman pemenangnya pada Sabtu (14/12/2024) di Instagram @hypeabis.id ya Genhype!
Baca juga: Penjurian Lomba Foto Gelora Membangun Negeri Dimulai, Ratusan Karya Bersaing Jadi yang Terbaik
Editor: Puput Ady Sukarno
Tantangan juri menyeleksi karya-karya autentik pun makin besar. Ketua Pelaksana Lomba Foto Gelora Membangun Negeri Fanny Kusumawardhani menjelaskan, ada dinamika yang menarik dalam proses penjurian.
Setiap peserta lomba diberi kesempatan untuk mengirimkan hingga 10 karya yang membuat jumlah total karya sangat besar. Fanny mencatat bahwa pengorganisasian karya dari peserta cukup membuat proses seleksi berjalan alot, terutama dalam menentukan karya mana yang benar-benar sesuai dengan tema.
Baca juga:
Namun, pada akhirnya, dewan juri berhasil menemukan kesatuan suara untuk memilih 3 pemenang yang mewakili tema lomba dengan baik. "Ke depannya, saya berhadap peserta terus berkarya dan mengeksplorasi teknik fotografi mereka dan tetap semangat berkreasi dan mengumpulkan koleksi foto yang makin banyak," kata Fanny.
Suasana Proses Penjurian Lomba Foto Gelora Membangun Negeri
Adapun proses penjurian dilakukan 3 dewan juri yakni Chief Photographer untuk Associated Press Jakarta Bureau Dita Alangkara, Fotografer Senior dan Visual Storyteller Beawiharta, serta Content Manager Foto Bisnis Indonesia Yayus Yuswoprihanto. Ketiganya melakukan proses penjurian dengan memperhatikan berbagai aspek fotografi mulai dari teknis hingga kedalaman cerita di balik potret gambar.
Proses seleksi pun tidak mudah, sebab setiap peserta memiliki interpretasi yang berbeda terhadap tema yang sama. Oleh karena itu, para juri bekerja sama untuk memberikan penilaian yang sevariatif mungkin guna memastikan bahwa pemenang benar-benar mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam tema lomba.
Menurut Yayus, tema Gelora Membangun Negeri ini bisa mencakup berbagai aspek dalam konteks bahu membahu mendorong kemajuan negeri. Tidak hanya dalam pembangunan dan infrastruktur, tetapi tema ini juga bisa menyentuh dunia politik, budaya, dan lingkungan.
"Tema politik, seperti Pilpres dan Pilkada menjadi salah satu fokus yang muncul dalam karya foto peserta tahun ini. Ini cukup memberikan kesegaran baru dibandingkan dengan lomba tahun sebelumnya," jelas Yayus.
Berkaitan dengan nilai sosial dan kemanusiaan, Yayus menekankan bahwa juri selalu mempertimbangkan relevansi karya dengan tema besar lomba yaitu pembangunan negeri. Baginya, foto yang dinilai baik harus mampu mengkomunikasikan pesan tentang proses pembangunan dengan kualitas visual yang mumpuni.
Yayus juga mengingatkan bahwa dunia fotografi akan terus berkembang, terutama dengan adanya alat yang semakin canggih dan mudah diakses oleh banyak orang. Hal ini membuka peluang bagi para fotografer muda untuk terus berkembang dan berinovasi dalam cara mereka menyampaikan pesan melalui gambar.
Di sisi lan, juri lainnya, Beawiharta menyampaikan pandangannya mengenai aspek penilaian yang lebih kompleks. Selain teknik dan kesesuaian tema, pria yang akrab disapa Bea ini juga menilai apakah foto tersebut dapat mewakili berbagai sektor pembangunan seperti energi terbarukan, pelestarian budaya, atau pendidikan.
Proses pemilihan pemenang melibatkan pencermatan yang seksama terhadap berbagai aspek ini untuk memastikan keberagaman dan keterwakilan tema lomba dalam karya yang terpilih.
Dari segi teknis, Bea mengingatkan bahwa meskipun foto boleh di-setting, tetapi momen yang ditangkap harus tetap alami dan memiliki keotentikan. Naluri fotografer dalam menangkap cerita melalui gambar ini dapat dituangkan dalam berbagai lomba fotografi merupakan sarana bagi fotografer untuk terus berkembang.
Menurut Bea, peserta yang sering berpartisipasi dalam lomba dapat memperbaiki kemampuan mereka, belajar dari kesalahan, dan makin tajam dalam menyampaikan pesan melalui foto. “Terus berkarya dan jangan berhenti belajar, karena dunia fotografi selalu memberikan hal baru yang menarik untuk dieksplorasi," tegas Bea.
Para juri sedang menilai hasil karya peserta lomba foto Gelora Membangun Negeri
Juri lainnya, Dita menambahkan pandangannya tentang pentingnya kualitas visual dalam sebuah foto. Dia mengungkapkan bahwa visual yang menarik adalah hal pertama yang harus dimiliki oleh sebuah foto untuk menarik perhatian juri. Namun, lebih dari itu, foto tersebut harus dapat menyampaikan pesan yang jelas.
“Foto itu tidak hanya sekadar gambar indah, tapi juga harus bisa menyampaikan sebuah cerita atau pesan yang mendalam,” ujar Dita.
Sebagai juri, Dita juga menilai kemampuan peserta dalam mengungkapkan makna dan ide di balik gambar sudah cukup baik. Seperti yang dia katakan, foto harus lebih dari sekadar teknik sebab gambar yang kuat mampu mengkomunikasikan ide atau pesan kepada penontonnya.
Dita menekankan bahwa kualitas teknis hanya salah satu aspek dalam penilaian. Lebih jauh, bagaimana sebuah foto mampu memberikan dampak emosional atau sosial kepada penontonnya juga menambah aspek penilaian yang melengkapi keseluruhan penilaian.
"Pesan yang ingin disampaikan haruslah mampu membangun emosi yang sesuai dengan tema besar," ungkap Dita.
Menurut Dita, untuk membuat foto yang benar-benar berdampak, seorang fotografer perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang ide atau pesan yang ingin disampaikan. Dengan memperkaya pengetahuan dan referensi, seorang fotografer akan lebih mudah untuk memvisualisasikan ide-idenya dalam sebuah foto. “Fotografi itu bukan hanya soal teknik, tetapi juga soal bercerita melalui visual,” tegas Dita.
Dari ribuan foto yang diterima, dewan juri telah menyeleksi 3 juara utama, 10 nominasi, dan 5 juara favorit. Aspek-aspek seperti kemampuan teknis, kualitas visual, relevansi tema, dan kedalaman cerita di balik gambar menjadi fokus utama penilaian juri.
Nantikan pengumuman pemenangnya pada Sabtu (14/12/2024) di Instagram @hypeabis.id ya Genhype!
Baca juga: Penjurian Lomba Foto Gelora Membangun Negeri Dimulai, Ratusan Karya Bersaing Jadi yang Terbaik
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.