Ilustrasi brand image. (Sumber foto: Freepik/Macro Vector)

4 Cara Membangun Citra Brand Melalui Storytelling

22 November 2024   |   06:17 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Di era digital yang semakin kompetitif, persaingan antar merek semakin ketat. Dalam menghadapi tantangan tersebut, penting bagi brand untuk membangun storytelling sebagai strategi utama. Storytelling yang efektif tidak hanya dapat memperkuat citra merek, tetapi juga membantu membangun hubungan emosional yang lebih dalam dengan audiens.

Plt. Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif RI, Agustini Rahayu menegaskan bahwa narasi yang kuat dan otentik adalah kunci dalam mengangkat identitas dan citra sebuah brand.

Baca juga: 6 Cara Branding untuk Bangun Loyalitas Pelanggan dan Dongkrak Pertumbuhan Bisnis

“Dengan mengedepankan unsur education, network, entertainment, dan charity; event ini menjadi platform yang tepat bagi mahasiswa dan profesional muda untuk mengasah kecakapan komunikasi, khususnya dalam storytelling yang efektif,” jelasnya saat membuka Kelas Humas Muda Vol 2

Berikut adalah empat cara utama yang dapat dilakukan brand untuk menciptakan citra kuat melalui storytelling seperti yang disampaikan oleh sejumlah narasumber dalam Kelas Humas Muda (KHM) Vol. 2, yang mengangkat topik Good Story Good Brand.

 

1. Cerita yang Otentik dan Relevan dengan Audiens

Storytelling yang efektif dimulai dari memahami siapa audiens yang akan dituju. Narasi yang otentik, humanis, dan sesuai dengan pengalaman hidup audiens biasanya aka menciptakan koneksi emosional yang kuat.

Mutiara Kamila Athiyya, founder Thenblank mengatakan, brand harus menyoroti keunikan dan nilai-nilai yang mereka tawarkan. Misalnya, jika sebuah produk dirancang dengan prinsip keberlanjutan, cerita tersebut harus diceritakan dengan cara yang menunjukkan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Story yang baik itu goals-nya berbeda-beda, tapi kalau untuk enterpreneur khususnya di bidang retail yang saat ini persaingannya sangat ketat, tentu targetnya adalah sales yang baik dan berdampak positif bagi brand,” ujarnya.


2. Manfaatkan Media Sosial untuk Menguatkan Narasi

Di era digital, media sosial menjadi salah satu alat utama untuk membangun citra melalui storytelling. Platform seperti Instagram, TikTok, atau LinkedIn dapat digunakan untuk berbagi cerita, baik itu kisah di balik layar pembuatan produk, testimoni pelanggan, atau cerita inspiratif dari pendiri brand.

Ditya Metharani, influencer sekaligus content creator menekankan pentingnya menciptakan narasi yang personal di media sosial. Menurutnya, konsistensi dalam menyampaikan cerita yang menarik dan relatable akan meningkatkan loyalitas audiens terhadap brand.


3. Fokus pada Nilai dan Dampak Positif

Storytelling bukan sekadar tentang menjual produk, tetapi juga menyampaikan nilai yang lebih besar. Nugroho Agung Prasetyo, Assistant Vice President Public Relations NET TV, berbagi pandangannya tentang pentingnya membangun cerita yang mencerminkan kontribusi brand terhadap masyarakat.

Misalnya, brand dapat menonjolkan inisiatif sosial atau kegiatan filantropi yang mereka lakukan, seperti mendukung pendidikan atau keberlanjutan lingkungan. Cerita-cerita ini tidak hanya menciptakan citra positif tetapi juga memperkuat kepercayaan audiens terhadap brand.


4. Gunakan Visual dan Media Kreatif untuk Menyampaikan Pesan

Cerita yang kuat memerlukan elemen visual yang mendukung. Mulai dari foto hingga video, elemen visual membantu audiens memahami cerita dengan lebih mudah dan emosional.

Sebagai contoh, dokumentasi tentang perjalanan sebuah produk, mulai dari pembuatan hingga sampai di tangan pelanggan, dapat menjadi cara yang menarik untuk memperkuat narasi brand. Infografis dan video pendek juga bisa digunakan untuk menjelaskan nilai atau misi brand secara efektif.

Storytelling merupakan seni yang menggabungkan kreativitas, empati, dan strategi untuk membangun citra brand yang tak hanya kuat tetapi juga berkesan. Dengan cerita yang otentik, relevan, dan berdampak, sebuah brand dapat menonjol di tengah persaingan dan menciptakan hubungan yang mendalam dengan audiensnya.

Inisiator Kelas Humas Muda, Reylando Eka Putra mengatakan, seiring bergulirnya era globalisasi dan digitalisasi, tantangan yang dihadapi praktisi humas kian komplek, dari menangani krisis reputasi, menjaga kepercayaan publik, hingga menciptakan strategi komunikasi yang tepat.

“Maka penting untuk selalu memperbarui pengetahuan dan keterampilan agar tetap relevan. Kelas Humas Muda ini dapat menjadi ajang berbagi wawasan, kesempatan, pengalaman, serta menjembati kolaborasi berbagai pemangku kepentingan,” tuturnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Horor Mencekam di Pabrik Batik dalam Teaser Poster & Trailer Hutang Nyawa

BERIKUTNYA

Kenali Apa itu Menopause Dini yang Dialami Jo Jae Mi dalam Drama Romkom Mr. Plankton

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: