Harga Rumah Makin Mahal, Co-Living Jadi Pilihan Banyak Keluarga Muda di Jabodetabek
19 November 2024 |
18:57 WIB
Pilihan tempat tinggal menjadi salah satu faktor krusial bagi pasangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apalagi, di tengah tantangan kepemilikan rumah yang kian mahal di kawasan Jabodetabek, banyak pasangan muda yang mulai memikirkan alternatif hunian lain sebagai tempat tinggal.
Hal itu terbukti dari laporan terbaru Cove dan Populix yang menemukan bahwa 1 dari 5 pasangan di Jabodetabek memilih untuk menyewa co-living. Riset ini juga mengungkapkan bahwa ekonomi, kondisi bangunan, lokasi yang strategis, dan keberadaan ruang sosial adalah beberapa pertimbangan utama yang mempengaruhi pasangan dalam memilih tempat tinggal.
Baca juga: Coliving, Konsep Hunian yang Digemari Kaum Urban
Sebagai pusat ekonomi Indonesia, Jabodetabek memiliki tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Laporan Cove dan Populix menyebut jumlah penduduk Jabodetabek diperkirakan mencapai 30,2 juta orang dengan laju pertumbuhan sekitar 1,47-1,5% per tahun pada 2023.
Imbasnya, kepadatan ini menyebabkan permintaan akan hunian makin melonjak. Selain rumah kontrakan dan apartemen, co-living kini menjadi pilihan bagi lebih dari 20% pasangan di Jabodetabek. Pasangan dengan rentang usia 21-40 tahun, khususnya, paling banyak memilih untuk menyewa co-living di Jakarta, diikuti oleh Bogor dan Depok.
Country Director of Growth dan Regional VP of Online Marketing Cove Dian Paskalis mengatakan, aspek ekonomi sangat berpengaruh dalam keputusan memilih tempat tinggal pasangan muda. Sekitar 50% pasangan yang tinggal di co-living mengaku bahwa alasan utama mereka memilih untuk menyewa adalah karena kondisi finansial yang belum memungkinkan untuk membeli rumah. Mereka berencana untuk terus menyewa dalam waktu 5 hingga 10 tahun ke depan.
“Dari seluruh unit Cove yang dihuni oleh pasangan, 70% di antaranya merupakan pasangan muda. Ini menunjukkan bahwa co-living bisa menjadi alternatif hunian yang fleksibel bagi pasangan urban di Jabodetabek sambil merencanakan kepemilikan rumah,” ungkap Dian.
Kondisi bangunan menjadi faktor penting yang memengaruhi kenyamanan tempat tinggal. Berdasarkan riset, sekitar 37,5% pasangan di Jabodetabek menilai bahwa kondisi bangunan yang terawat baik eksterior maupun interior sangat menentukan keputusan mereka dalam memilih co-living. Kualitas fasilitas seperti lobby, kamar tidur, serta kelengkapan fasilitas lainnya menjadi hal yang tak kalah penting untuk menunjang kenyamanan sehari-hari.
Dian mengatakan, mayoritas pasangan di Jabodetabek yang merupakan segmen menengah ke atas dengan kisaran pengeluaran 3-4 juta rupiah per bulan cenderung memilih co-living dengan kondisi estetika yang baik dan siap huni. Mereka bahkan bersedia membayar lebih jika mendapatkan unit co-living yang modern, bersih, serta dilengkapi dengan perabot seperti kulkas dan TV.
Selain kelengkapan fasilitas, lokasi juga menjadi salah satu faktor penting bagi pasangan dalam memilih co-living. Riset mengungkapkan bahwa pasangan di Jabodetabek sangat memperhatikan jarak ke tempat kerja, pusat hiburan, dan akses ke transportasi umum. Keamanan lingkungan dan kemudahan mobilitas tanpa kemacetan juga menjadi pertimbangan utama mereka.
“Riset kami menunjukkan betapa pentingnya aspek komunitas dalam kehidupan pasangan, baik di luar rumah maupun di sekitar tempat tinggal mereka," imbuh Dian. Meskipun banyak pasangan yang sibuk dengan aktivitas kerja dan rekreasi, mereka tetap mengutamakan interaksi dengan komunitas di tempat tinggal.
Dengan konsep co-living, mereka lebih suka menghabiskan waktu di area bersama, baik untuk bersantai, bekerja, atau memasak dan makan bersama. Dengan demikian, keutamaan faktor lokasi yang strategis dan fasilitas ruang sosial dalam co-living dinilai penting untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasangan muda.
Baca juga: 41 Juta Generasi Sandwich di Indonesia Ingin Punya Rumah Sendiri, Begini Preferensinya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Hal itu terbukti dari laporan terbaru Cove dan Populix yang menemukan bahwa 1 dari 5 pasangan di Jabodetabek memilih untuk menyewa co-living. Riset ini juga mengungkapkan bahwa ekonomi, kondisi bangunan, lokasi yang strategis, dan keberadaan ruang sosial adalah beberapa pertimbangan utama yang mempengaruhi pasangan dalam memilih tempat tinggal.
Baca juga: Coliving, Konsep Hunian yang Digemari Kaum Urban
Sebagai pusat ekonomi Indonesia, Jabodetabek memiliki tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Laporan Cove dan Populix menyebut jumlah penduduk Jabodetabek diperkirakan mencapai 30,2 juta orang dengan laju pertumbuhan sekitar 1,47-1,5% per tahun pada 2023.
Imbasnya, kepadatan ini menyebabkan permintaan akan hunian makin melonjak. Selain rumah kontrakan dan apartemen, co-living kini menjadi pilihan bagi lebih dari 20% pasangan di Jabodetabek. Pasangan dengan rentang usia 21-40 tahun, khususnya, paling banyak memilih untuk menyewa co-living di Jakarta, diikuti oleh Bogor dan Depok.
Country Director of Growth dan Regional VP of Online Marketing Cove Dian Paskalis mengatakan, aspek ekonomi sangat berpengaruh dalam keputusan memilih tempat tinggal pasangan muda. Sekitar 50% pasangan yang tinggal di co-living mengaku bahwa alasan utama mereka memilih untuk menyewa adalah karena kondisi finansial yang belum memungkinkan untuk membeli rumah. Mereka berencana untuk terus menyewa dalam waktu 5 hingga 10 tahun ke depan.
“Dari seluruh unit Cove yang dihuni oleh pasangan, 70% di antaranya merupakan pasangan muda. Ini menunjukkan bahwa co-living bisa menjadi alternatif hunian yang fleksibel bagi pasangan urban di Jabodetabek sambil merencanakan kepemilikan rumah,” ungkap Dian.
Kondisi bangunan menjadi faktor penting yang memengaruhi kenyamanan tempat tinggal. Berdasarkan riset, sekitar 37,5% pasangan di Jabodetabek menilai bahwa kondisi bangunan yang terawat baik eksterior maupun interior sangat menentukan keputusan mereka dalam memilih co-living. Kualitas fasilitas seperti lobby, kamar tidur, serta kelengkapan fasilitas lainnya menjadi hal yang tak kalah penting untuk menunjang kenyamanan sehari-hari.
Dian mengatakan, mayoritas pasangan di Jabodetabek yang merupakan segmen menengah ke atas dengan kisaran pengeluaran 3-4 juta rupiah per bulan cenderung memilih co-living dengan kondisi estetika yang baik dan siap huni. Mereka bahkan bersedia membayar lebih jika mendapatkan unit co-living yang modern, bersih, serta dilengkapi dengan perabot seperti kulkas dan TV.
Selain kelengkapan fasilitas, lokasi juga menjadi salah satu faktor penting bagi pasangan dalam memilih co-living. Riset mengungkapkan bahwa pasangan di Jabodetabek sangat memperhatikan jarak ke tempat kerja, pusat hiburan, dan akses ke transportasi umum. Keamanan lingkungan dan kemudahan mobilitas tanpa kemacetan juga menjadi pertimbangan utama mereka.
“Riset kami menunjukkan betapa pentingnya aspek komunitas dalam kehidupan pasangan, baik di luar rumah maupun di sekitar tempat tinggal mereka," imbuh Dian. Meskipun banyak pasangan yang sibuk dengan aktivitas kerja dan rekreasi, mereka tetap mengutamakan interaksi dengan komunitas di tempat tinggal.
Dengan konsep co-living, mereka lebih suka menghabiskan waktu di area bersama, baik untuk bersantai, bekerja, atau memasak dan makan bersama. Dengan demikian, keutamaan faktor lokasi yang strategis dan fasilitas ruang sosial dalam co-living dinilai penting untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasangan muda.
Baca juga: 41 Juta Generasi Sandwich di Indonesia Ingin Punya Rumah Sendiri, Begini Preferensinya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.