Gunung erupsi (Sumber gambar: Unsplash/ Yosh Ginsu)

Fakta Gunung Lewotobi Laki-Laki yang Meletus di NTT, Punya Sejarah Erupsi yang Panjang

05 November 2024   |   15:55 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengalami erupsi pada Minggu (3/11/2024) malam. Dalam erupsi yang cukup besar itu, gunung memuntahkan lahar panas juga hempasan abu vulkanik ke sejumlah daerah di sekitarnya.

Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kini telah menaikan status Gunung Lewotobi Laki-laki menjadi awas (IV). Masyarakat pun diimbau tetap waspada dan menjauh dari titik lokasi erupsi, setidaknya hingga 7 kilometer.

Letusan yang terjadi telah membawa dampak besar, dari bandara ditutup hingga evakuasi masyarakat ke tempat aman. Namun, di balik itu, Lewotobi memang punya rekam jejak letusan yang panjang. Mengutip dari BPBD, Debhub, dan Volcano Edu, berikut adalah fakta menarik dari Gunung Lewotobi. 

Baca juga: Gunung Fuji Tak Bersalju untuk Pertama Kalinya dalam 130 Tahun Akibat Cuaca Panas


1. Lewotobi adalah gunung api kembar

Gunung Lewotobi merupakan gunung api kembar yang berada di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Komplek gunung ini punya dua puncak, yang keduanya sering disebut sebagai suami dan istri.

Keduanya pun dinamai Gunung lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan. Puncak gunung keduanya terpisah 2 km. Gunung Lewotobi Laki-Laki memiliki ketinggian 1584 mdpls, sedangkan Gunung Lewotobi Perempuan memiliki puncak setinggi 1703 mdpl. 
 

2. Sejarah erupsi yang panjang

Gunung Lewotobi masih termasuk gunung berapi aktif. Gunung ini pun punya sejarah letusan yang panjang. Laman Volcano.si.edu, mencatat erupsi terkonfirmasi gunung ini dimulai pada 1675. Kemudian, dalam 1800-an, gunung ini pun beberapa kali meletus.

Memasuki media 1900-an, gunung Lewotobi masih terus tercatat mengalami beberapa erupsi. Salah satu yang terpanjang pada 28 Januari 1990 sampai 16 Juni 1990. Sebelum sekarang meletus lagi, setahun yang lalu gunung ini pun sempat mengalami letusan, tepatnya pada Desember 2023.
 

3. Erupsi pada 3 November 2024 

Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Operasi BPBD NTT, erupsi Gunung Lewotobi terjadi pada 3 November 2024 pukul 23.57 WITA. Tinggi kolom erupsi kala itu tak teramati, tetapi getaran akibat erupsi terekam dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi 1.450 detik.

Dampak erupsi ini membuat sekitar 2.734 kepala keluarga atau setara dengan 10.295 jiwa terdampak. Sebagian besar warga yang terdampak berasal dari Kecamatan Wulanggitang, Ile Bura, dan Titehena. Saat ini, pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait terus berupaya pada penanganan bencana, termasuk evakuasi warga, pendistribusian bantuan logistik, dan pemulihan setelah bencana.
 

4. Status awas dengan radius aman 7 KM 

Pemda setempat telah menetapkan status siaga darurat bencana alam Gunung Lewotobi Laki-Laki. PVMBG juga telah menaikkan status aktivitas gunung berapi ini dari level III (Siaga) menjadi level IV (Awas).

Masyarakat pun diimbau untuk tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 7 kilometer dari pusat erupsi. Selain itu, masyarakat diminta mewaspadai banjir lahar hujan. Kemudian, masyarakat yang terdampak hujan abu vulkanik juga diminta terus menggunakan masker untuk menghindari gangguan pernapasan.
 

5. Bandara sekitar terdampak 

Setelah erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki terjadi, sejumlah bandara di sekitar pulau NTT terdampak. Beberapa melakukan penutupan sementara demi menjaga keselamatan penerbangan.

AirNav Indonesia telah memperingatkan penyebaran abu vulkanik di wilayah udara sekitar Bandara Fransiskus Xaverius Seda serta bandara-bandara terdekat lainnya seperti Bandara Soa, Bandara Haji Hasan Aroeboesman, Bandara Frans Sales Lega, Bandara Komodo, Bandara Gewayantana, Bandara Wunopito, dan Bandara Kabir.

Sesuai dengan Tata Cara Collaborative Decision Making (CDM) dalam penanganan dampak abu vulkanik, sejumlah bandara melakukan paper test. Sampai Senin pukul 16.00 WITA, seluruh bandara menunjukan hasil tes negatif, kecuali Bandara Komodo Labuan Bajo menunjukkan aktivitas debu tipis. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Fenomena La Nina Telah Terjadi di Indonesia, Begini Dampak Terhadap Kondisi Cuaca

BERIKUTNYA

Profil Sahila Hisyam yang Berhasil Finis di New York City Marathon 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: