Ilustrasi remaja (Sumber gambar: freestocks/Unsplash)

Ini Alasan Pentingnya Memahami Jejak Digital Sejak Remaja

23 October 2024   |   21:39 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Pada umumnya, anak akan melalui tiga masa krusial dalam hidupnya yang dimulai dari masa memulai hidup di kandungan, 1.000 hari pertama kehidupan, hingga masa pubertas. Masa pubertas yang dialami remaja merupakan salah satu tahap yang kerap dianggap sepele. Padahal, mengawal remaja untuk sehat secara fisik dan mental merupakan tantangan pelik, utamanya di era globalisasi yang kian kompleks.
 
Founder SEJIWA Foundation Diena Haryana menjelaskan, orang tua bak dipaksa mengerti kebutuhan anak yang jelas makin berbeda dengan era remaja dahulu. “Justru ini merupakan tantangan, bagaimana orang tua mau tak mau juga masuk untuk mengerti kebutuhan anak di tengah distraksi digital,” jelasnya.

Baca juga: Apa itu Jejak Digital, Bahaya, & Cara Menghapusnya untuk Genhype
 
Dalam konteks perkembangan anak, Diena menekankan betapa pentingnya orang tua untuk mempersiapkan anak-anak mereka sebelum memasuki fase remaja. Dia mengatakan, bahkan orang tua bisa mengambil persiapan matang sebelum anak jatuh pada usia remaja.

Membekali diri dengan berbagai pengetahuan sesuai kebutuhan anak dilakukan dalam menyambut usia remaja ini menunjukkan keseriusan orang tua dalam membantu anak beradaptasi di masa pubertasnya.

“Pendidikan yang tepat berperan krusial dan menunjukkan kepedulian orang tua bahwa tantangan yang remaja hadapi sendiri memang kompleks,” imbuhnya.
 
Menurut Diena, dibutuhkan langkah khusus untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam mengawal mental sehat remaja. “Perlu digarisbawahi adalah kita menjaga, bukan membatasi,” katanya.

Dalam konteks digital yang memang sudah menjadi keseharian remaja, orang tua disarankan untuk  belajar dan memahami teknologi yang digunakan oleh anak-anak mereka.

Selain itu,memberikan batasan yang jelas mengenai jenis konten tontonan, waktu layar, dan lainnya juga dapat didiskusikan dengan anak. “Saya menyebutnya kebebasan dalam batas, bisa membantu anak tetap mengeksplorasi dunia digital tanpa mereka kehilangan arah,” imbuhnya.
 
Tak kalah penting, orang tua harus mendorong diskusi terbuka tentang apa saja yang dilalui anak baik dalam dunia maya. Tanyakan anak tentang interaksi mereka di dunia maya, kemudian dengarkan dan validasi perasaan anak apabila diperlukan. Hal ini, menurut Diena, akan membantu membangun kepercayaan dan pemahaman antara orang tua dan anak.

Hal penting yang tak kalah luput adalah mulai menyadarkan anak usia remaja tentang konsekuensi yang bisa mereka hadapi di dunia nyata meski hanya berinteraksi di dunia maya.

Misalnya dengan sembarang berkomentar yang bisa menyebabkan kemungkinan tersandung kasus yang berkaitan dengan pidana, atau interaksi dengan oknum tak dikenal yang menjurus pada perilaku sekstorsi dan sebagainya. 
 
Sebab, Diena mengatakan salah satu masalah utama yang dihadapi remaja adalah perilaku impulsif yang dapat mengarah pada tindakan yang berbahaya. Menurutnya, banyak remaja tidak sepenuhnya menyadari konsekuensi dari tindakan mereka ini dalam jejak digital.

Baca juga: 5 Cara Menghapus Jejak Digital di Internet

“Remaja-remaja yang sering galau, emosinya masih labil. Ini membuat kadang-kadang mereka tidak cukup berpikir matang. Peran orang tua sangat membantu remaja mengurai masalah mereka,” ujarnya.

Dampak dari perilaku impulsif ini bisa sangat besar, mulai dari pengabaian di lingkungan sekolah hingga jejak digital yang buruk yang dapat mempengaruhi reputasi mereka di masa depan.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Cara Cek Ranking dan Jumlah Pesaing SKD CPNS 2024

BERIKUTNYA

Jadi Utusan Khusus Presiden, Segini Perkiraan Pendapatan Raffi Ahmad dari Youtube dan Instagram

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: