Pin Merah Para Bintang di Ajang Academy Awards dan Darurat Gencatan Senjata di Gaza
13 March 2024 |
09:17 WIB
Penjajahan Israel ke Palestina mendapatkan perhatian dari para bintang dalam acara Academy Awards 2024. Banyak para selebritas dalam ajang penghargaan Piala Oscar tersebut menggunakan pin merah sebagai bentuk dukungan terhadap kemanusiaan yang terjadi di Palestina.
Dikutip dari laman Business Insider, para bintang yang menggunakan pin merah di ajang Academy Awards termasuk nama-nama besar dalam industri hiburan dunia, terpantau menggunakan pin simbol darurat kemanusiaan itu, seperti aktor dan sutradara Mark Ruffalo serta penyanyi dan aktris Billie Eilish.
Baca juga: Mark Ruffalo sampai Billie Eilish Pakai Pin Merah di Ajang Piala Oscar 2024, Apa Maknanya?
Pin yang digunakan oleh para bintang dalam industri hiburan Hollywood itu bukan sekadar aksesori. Pin berwarna merah dengan gambar tangan dan hati berwarna hitam di tengahnya merupakan bentuk aksi dorongan terhadap pemerintah Amerika Serikat untuk bertindak atas penjajahan Israel yang brutal dan berbau genosida.
Mereka mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk turun tangan dalam menghentikan aksi penjajahan Israel di Palestina yang telah meluluhlantakan negara dan rakyat tidak berdosa. Pin yang tersemat di dada sebelah kanan para bintang itu juga bertuliskan Artist4Ceasfire.
Dikutip dari laman Artists4Ceasfire, puluhan artis dunia tercatat menandatangani pernyataan terbuka yang ditujukan untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Dalam surat tersebut, Juru bicara UNICEF James Elder mengungkapkan bahwa para individu yang menandatangani pernyataan ini dan mendesak Biden dan kongres AS segera turun tangan untuk menyerukan deeskalasi dan gencatan senjata di Gaza. “Sebelum ada korban jiwa lebih banyak lagi,” katanya.
Mereka mendesak pemerintah AS lantaran pada saat ini lebih dari 30.000 orang terbunuh selama 5 bulan terakhir dan lebih dari 69.000 orang terluka, termasuk perempuan dan anak-anak. Jumlah ini adalah sebuah bencana besar bagi kemanusiaan yang mencederai hati nurani.
Pada petisi ini tertulis mereka percaya bahwa semua kehidupan adalah suci, tidak peduli agama atau etnisnya. Jadi, mereka mengutuk pembunuhan warga sipil yang terjadi sampai dengan saat ini.
“Kami mendesak pemerintahan, kongres, dan semua pemimpin dunia untuk menghormati semua nyawa di Tanah Suci dan menyerukan serta memfasilitasi gencatan senjata tanpa penundaan, dengan diakhirinya pengeboman di Gaza dan pembebasan sandera secara aman.”
Dalam surat terbuka itu, para pihak yang membubuhkan tanda tangan mengingatkan bahwa setengah dari 2 juta penduduk di Gaza adalah anak-anak. Kemudian, lebih dari dua per tiganya merupakan pengungsi yang terpaksa kehilangan rumah.
Dengan begitu, para korban harus mendapatkan bantuan kemanusiaan. Dia percaya negara yang dikenal dengan sebutan Paman Sam itu dapat memainkan peran diplomatik penting dalam mengakhiri penderitaan mereka.
“Kami juga menyuarakan pendapat kami kepada Kongres AS, UNICEF, Doctors Without Borders, Komite Internasional Palang Merah, dan banyak pihak lainnya,” tulisnya.
Bagi Elder dan juga individu yang menandantangani surat itu, menyelamatkan nyawa adalah keharusan moral yang dengan pernyataan UNICEF bahwa kasih sayang dan hukum internasional harus diutamakan.
Sejak 7 Oktober, tercatat ada lebih dari 45.000 bom dan rudal telah dijatuhkan di Gaza oleh Israel, sehingga mengakibatkan satu anak harus kehilangan nyawa setiap 10 menit.
“Anak-anak dan keluarga di Gaza praktis kehabisan makanan, air, listrik, obat-obatan dan akses aman ke rumah sakit, setelah berhari-hari terjadi serangan udara dan terputusnya semua jalur pasokan,” katanya.
Kemudian, satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kehabisan bahan bakar, sehingga listrik, dan pengolahan air limbah tutup. Kebanyakan warga tidak bisa lagi mendapatkan air minum dari penyedia layanan atau air rumah tangga melalui pipa.
Dengan kata lain, situasi kemanusiaan telah mencapai titik terendah, tetapi semua laporan menunjukkan adanya serangan lebih lanjut. Sejatinya, kasih sayang dan hukum internasional tidak boleh diabaikan.
“Di luar rasa sakit dan duka kami terhadap semua orang di sana dan orang-orang yang mereka cintai di seluruh dunia, kami termotivasi oleh kemauan yang teguh untuk membela kemanusiaan kita bersama. Kami memperjuangkan kebebasan, keadilan, martabat dan perdamaian bagi semua orang – dan keinginan mendalam untuk menghentikan lebih banyak pertumpahan darah,” tulisnya.
Baca juga: 8 Fakta Menarik Oscar 2024, Penampilan Ryan Gosling hingga Kembalinya Ariana Grande
Surat itu juga menegaskan bahwa mereka yang menjadi bagian dalam pernyataan ini menolak untuk menceritakan kisah diam kepada generasi mendatang. Mereka tidak ingin generasi nanti mendapati bahwa diri mereka berdiam dan tidak melakukan apa-apa.
Editor: Fajar Sidik
Dikutip dari laman Business Insider, para bintang yang menggunakan pin merah di ajang Academy Awards termasuk nama-nama besar dalam industri hiburan dunia, terpantau menggunakan pin simbol darurat kemanusiaan itu, seperti aktor dan sutradara Mark Ruffalo serta penyanyi dan aktris Billie Eilish.
Baca juga: Mark Ruffalo sampai Billie Eilish Pakai Pin Merah di Ajang Piala Oscar 2024, Apa Maknanya?
Pin yang digunakan oleh para bintang dalam industri hiburan Hollywood itu bukan sekadar aksesori. Pin berwarna merah dengan gambar tangan dan hati berwarna hitam di tengahnya merupakan bentuk aksi dorongan terhadap pemerintah Amerika Serikat untuk bertindak atas penjajahan Israel yang brutal dan berbau genosida.
Mereka mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk turun tangan dalam menghentikan aksi penjajahan Israel di Palestina yang telah meluluhlantakan negara dan rakyat tidak berdosa. Pin yang tersemat di dada sebelah kanan para bintang itu juga bertuliskan Artist4Ceasfire.
Dikutip dari laman Artists4Ceasfire, puluhan artis dunia tercatat menandatangani pernyataan terbuka yang ditujukan untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Dalam surat tersebut, Juru bicara UNICEF James Elder mengungkapkan bahwa para individu yang menandatangani pernyataan ini dan mendesak Biden dan kongres AS segera turun tangan untuk menyerukan deeskalasi dan gencatan senjata di Gaza. “Sebelum ada korban jiwa lebih banyak lagi,” katanya.
Mereka mendesak pemerintah AS lantaran pada saat ini lebih dari 30.000 orang terbunuh selama 5 bulan terakhir dan lebih dari 69.000 orang terluka, termasuk perempuan dan anak-anak. Jumlah ini adalah sebuah bencana besar bagi kemanusiaan yang mencederai hati nurani.
Pada petisi ini tertulis mereka percaya bahwa semua kehidupan adalah suci, tidak peduli agama atau etnisnya. Jadi, mereka mengutuk pembunuhan warga sipil yang terjadi sampai dengan saat ini.
“Kami mendesak pemerintahan, kongres, dan semua pemimpin dunia untuk menghormati semua nyawa di Tanah Suci dan menyerukan serta memfasilitasi gencatan senjata tanpa penundaan, dengan diakhirinya pengeboman di Gaza dan pembebasan sandera secara aman.”
Dalam surat terbuka itu, para pihak yang membubuhkan tanda tangan mengingatkan bahwa setengah dari 2 juta penduduk di Gaza adalah anak-anak. Kemudian, lebih dari dua per tiganya merupakan pengungsi yang terpaksa kehilangan rumah.
Dengan begitu, para korban harus mendapatkan bantuan kemanusiaan. Dia percaya negara yang dikenal dengan sebutan Paman Sam itu dapat memainkan peran diplomatik penting dalam mengakhiri penderitaan mereka.
“Kami juga menyuarakan pendapat kami kepada Kongres AS, UNICEF, Doctors Without Borders, Komite Internasional Palang Merah, dan banyak pihak lainnya,” tulisnya.
Bagi Elder dan juga individu yang menandantangani surat itu, menyelamatkan nyawa adalah keharusan moral yang dengan pernyataan UNICEF bahwa kasih sayang dan hukum internasional harus diutamakan.
Sejak 7 Oktober, tercatat ada lebih dari 45.000 bom dan rudal telah dijatuhkan di Gaza oleh Israel, sehingga mengakibatkan satu anak harus kehilangan nyawa setiap 10 menit.
“Anak-anak dan keluarga di Gaza praktis kehabisan makanan, air, listrik, obat-obatan dan akses aman ke rumah sakit, setelah berhari-hari terjadi serangan udara dan terputusnya semua jalur pasokan,” katanya.
Kemudian, satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kehabisan bahan bakar, sehingga listrik, dan pengolahan air limbah tutup. Kebanyakan warga tidak bisa lagi mendapatkan air minum dari penyedia layanan atau air rumah tangga melalui pipa.
Dengan kata lain, situasi kemanusiaan telah mencapai titik terendah, tetapi semua laporan menunjukkan adanya serangan lebih lanjut. Sejatinya, kasih sayang dan hukum internasional tidak boleh diabaikan.
“Di luar rasa sakit dan duka kami terhadap semua orang di sana dan orang-orang yang mereka cintai di seluruh dunia, kami termotivasi oleh kemauan yang teguh untuk membela kemanusiaan kita bersama. Kami memperjuangkan kebebasan, keadilan, martabat dan perdamaian bagi semua orang – dan keinginan mendalam untuk menghentikan lebih banyak pertumpahan darah,” tulisnya.
Baca juga: 8 Fakta Menarik Oscar 2024, Penampilan Ryan Gosling hingga Kembalinya Ariana Grande
Surat itu juga menegaskan bahwa mereka yang menjadi bagian dalam pernyataan ini menolak untuk menceritakan kisah diam kepada generasi mendatang. Mereka tidak ingin generasi nanti mendapati bahwa diri mereka berdiam dan tidak melakukan apa-apa.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.