Ramai Travel Fair, Begini Saran Ekonom Hingga Pakar Marketing Biar Untung

Menyambut libur akhir tahun 2023, animo masyarakat untuk berwisata meningkat dan diyakini berlanjut hingga akhir tahun. Traveloka mencatat kenaikan dua kali lipat pemesanan tiket pesawat untuk destinasi internasional pada tanggal keberangkatan di Q4/2023, dibandingkan tahun lalu.

Mengambil peluang, Traveloka kembali menghadirkan Traveloka Travel Fair mulai dari 25 Oktober hingga 11 November. CEO of Transport Traveloka Iko Putera mengatakan pihaknya memberi penawaran menarik hingga 50 persen ditambah 30 persen untuk beragam produk perjalanan. 

Baca juga: Cek 4 Gadget yang Wajib Dibawa Saat Liburan

Online travel agent (OTA) ini juga menyediakan paket tur perjalanan wisata untuk menyambut libur akhir tahun. Paket tersebut di antaranya Open Trip, Paket Wisata Berbasis Komunitas/Grup, hingga Paket Wisata Bebas yang menawarkan fleksibilitas

Iko menyebut setiap paket tur perjalanan yang ditawarkan tidak hanya memberikan pengalaman, namun mendukung ekonomi lokal dan keberlanjutan lingkungan. Traveloka katanya telah menggandeng mitra-mitra tur perjalanan terpercaya dan berpengalaman.

“Diharapkan dengan kemitraan ini kami dapat memastikan bahwa setiap perjalanan dapat memberi dampak positif,” ujarnya kepada Hypeabis.id baru-baru ini.

Ekonom Bhima Yudhistira menilai kehadiran Travel Fair tidak hanya menguntungkan penyedia jasa transportasi maupun akomodasi, tetap juga menyumbang pemasukan negara. Dia menyampaikan kontribusi pariwisata terhadap PDB cukup besar, sekitar 5 persen sebelum pandemi.

“Setelah pandemi, harusnya kontribusi pariwisata terhadap PDB di atas 5,5 persen,” ujarnya.

Selain itu, jasa pendukung pariwisata seperti hotel, restoran/kafe, hingga UMKM lokal juga diuntungkan dengan kedatangan wisatawan nantinya. Sebab, tren masyarakat menengah ke atas bisa dikatakan ‘membakar uang’ dalam menyambut libur Natal dan Tahun Baru.

“Diadakannya travel fair meningkatkan animo masyarakat untuk membelanjakan uangnya dan menggerakkan sub sektor pariwisata, juga serap tenaga kerja lebih besar lagi,” ucap Bhima.

Bukan hanya pasar domestik, travel fair menurutnya harus menyasar pasar wisatawan mancanegara. Dia menyebut saat ini Indonesia menjadi tujuan para wisatawan asing karena rupiah sedang melemah.  

Ada asumsi akan ada peningkatan  kualitas dan kuantitas kunjungan, hingga durasi tinggal. “Travel fair harusnya mendorong lebih banyak lagi grup wisman untuk belanjakan uangnya, beli tiket baik fisik maupun OTA, momentumnya di Travel Fair,” imbuhnya.

Pakar Marketing dari Inventure Yuswohady berpendapat merupakan metode pemasaran paling efektif untuk meraih omset, dibandingkan dengan iklan di televisi. Orang yang datang ke travel fair pastinya bertujuan untuk membeli tiket. “Hard selling. Ini yang paling powerfull karena juga mendekati akhir tahun, supply dan demand bertemu,” sebutnya.

Dua bulan jelang akhir tahun, masyarakat bersiap untuk berlibur, terutama kalangan pekerja dan pebisnis yang waktunya sedikit. Mereka sudah mencari tiket untuk berlibur bersama keluarga pada akhir tahun. 

Peningkatan rencana liburan tinggi juga didorong post-pandemi. Selama 2-3 tahun, masyarakat banyak yang menahan diri untuk berlibur karena adanya pembatasan perjalanan dan kekhawatiran tertular virus. Jadi, pada 2023 menjadi momen yang tepat bagi masyarakat untuk berlibur kembali.

Melihat permintaan yang tinggi, Yuswohady berpendapat sejatinya promo atau diskon yang ditawarkan tidak perlu terlalu besar. “Lagi over demand, mestinya jangan terlalu costly treat customer macam-macam. Diskon enggak perlu besar karena demandnya tinggi,” jelasnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda