VA Sudiro, Pelukis Surealis yang Berpengaruh Terhadap Seni Rupa Indonesia Ini Berpulang
08 September 2023 |
22:30 WIB
Kabar duka dkembali atang dari jagat seni dalam negeri. Setelah belum lama ini kehilangan tokoh seni rupa Tanah Air, Djoko Pekik, kini Valentinus Atmo Sudiro atau yang akrab disapa VA Sudiro, salah satu pelukis senior kebanggaan Indonesia, tutup usia.
Seperti dirangkum dari berbagai sumber, seniman kelahiran Yogyakarta pada masa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia tersebut, yakni Desember 1939 itu, diketahui meninggal dunia di usia senjanya 84 tahun, karena sakit yang dideritanya.
Salah satu pelukis Tanah Air yang kerap mengangkat Semar sebagai salah satu objeknya dengan gaya surealis itu meninggalkan dua orang putra dan empat orang cucu. Perupa yang mengasah ketrampilannya di Akademisi Seni Rupa Indonesia (ASRI) sejak 1960 itu akan dimakamkan Jumat, 8 September 2023 di Pemakaman Seniman Imogiri Kabupaten Bantul, DIY.
Sang maestro pun telah menghasilkan sejumlah karya lukis yang membanggakan tidak hanya di dalam negeri namun juga hingga ke luar negeri. Bahkan, sejumlah pameran di luar negeri telah diikutinya sejak 1960an silam. VA Sudiro juga disebut memiliki kontribusi dalam pembangunan Monumen Nasional pada era 1960an.
Baca juga: Rekam Jejak Angus Cloud, Pemeran Fezco di Serial Euphoria yang Meninggal Dunia
Saat berkarya, pria yang pernah mengadakan pameran tunggal di Galeri Nasional Indonesia itu adalah tipe yang konsisten lantaran selalu memiliki gaya representasional dengan penyajian surealis dalam karya-karyanya.
Sudiro juga dikenal sebagai salah satu pelukis yang mempopulerkan gaya tersebut di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, pada era 1980an. Seniman yang segenerasi dengan Djoko Pekik ini tercatat telah menghasilkan banyak karya dalam berkarier.
Karya-karyanya kerap memiliki tema dari cerita-cerita mistis tradisional yang ada dalam budaya Jawa dan dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari. Seperti salah satu objek yang kerap ada dalam lukisannya adalah Semar. Semar sendiri adalah tokoh utama dalam punawakan pada kisah pewayangan yang memiliki karakter kebapakan dan kerap menjadi seorang penasihat para ksatria dalam cerita Ramayana dan Mahabrata.
Selain lukisan, Sudiro juga kerap membuat karya seni lainnya seperti patung perunggu atau fiberglass. Kemudian, medium karya seni lukisnya juga beragam, seperti cat minyak, cat air, dan batik. Keberagaman itu pernah ditampilkannya dalam pameran tunggal berjudul Samar-Samar Semar Sudiro pada 2016 di Galeri Nasional Indonesia (GNI).
Pada saat itu, sebanyak 32 karya lukis cat minyak, 7 karya batik, 4 karya lukis cat air, 2 patung perunggu, dan 20 patung fiberglass ditampilkkan kepada para pengunjung. Sedangkan terkait dengan lukisan batik, dia juga pernah menjadi bagian padaera 1970an.
Pada saat itu, Sudiro bersama dengan pelaku seni lainnya seperti Ida Hadjar, Abas Alibasyah, Amri Yahya, Bagong Kussudiardja menjadi seniman yang melakukan eksplorasi medium rupa selain cat minyak pada kanvas. Pada saat itu, batik yang pada awalnya diaplikasikan dalam kain untuk pakaian mengalami perubahan sehingga menjadi sebuah karya dan dikenal dengan istilah seni lukis batik.
Lukisan-lukisan batik dari sang seniman contohnya seperti Dua Pengantin Berdiri (1974) dengan medium batik 86 x 89 cm; Pengantin Perempuan (1975) medium batik 80 x90 cm; Penari (1974) Batik 86 x 89 cm; dan sebagainya. Ketiga lukisan batik itu menjadi contoh karyanya yang dikoleksi Galeri Nasioinal Indonesia.
Kepergian sang perupa untuk selamanya tersebut, tentu juga menjadikan kehilangan tersendiri bagi dunia seni rupa Indonesia. Sejumlah pihak pun turut menyampaikan rasa belasungkawa atas berpulangnya VA Sudiro, misalnya seperti Butet Kartaredjasa.
Melalui akun resmi media sosial Facebook, Butet Kartaredjasa, salah satu budayawan dan juga seniman Yogyakarta itu mengakui begitu kehilangan. “Otomatis. Setelah Bapak Djoko Pekik, Timbul Rahardjo, pagi ini salah satu pelukis surrealisme Yogya, Bapak VA Sudiro, kembali mengunjungi Gusti,” tulisnya Kamis (7/9/2023). “Semoga selamat sampai tujuan Pak Diro. Tuhan memberkatimu,” tambahnya.
Baca juga: Marga T, Penulis Novel Badai Pasti Berlalu Meninggal Dunia di Usia 80 Tahun
Editor: Puput Ady Sukarno
Seperti dirangkum dari berbagai sumber, seniman kelahiran Yogyakarta pada masa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia tersebut, yakni Desember 1939 itu, diketahui meninggal dunia di usia senjanya 84 tahun, karena sakit yang dideritanya.
Salah satu pelukis Tanah Air yang kerap mengangkat Semar sebagai salah satu objeknya dengan gaya surealis itu meninggalkan dua orang putra dan empat orang cucu. Perupa yang mengasah ketrampilannya di Akademisi Seni Rupa Indonesia (ASRI) sejak 1960 itu akan dimakamkan Jumat, 8 September 2023 di Pemakaman Seniman Imogiri Kabupaten Bantul, DIY.
Sang maestro pun telah menghasilkan sejumlah karya lukis yang membanggakan tidak hanya di dalam negeri namun juga hingga ke luar negeri. Bahkan, sejumlah pameran di luar negeri telah diikutinya sejak 1960an silam. VA Sudiro juga disebut memiliki kontribusi dalam pembangunan Monumen Nasional pada era 1960an.
Baca juga: Rekam Jejak Angus Cloud, Pemeran Fezco di Serial Euphoria yang Meninggal Dunia
Saat berkarya, pria yang pernah mengadakan pameran tunggal di Galeri Nasional Indonesia itu adalah tipe yang konsisten lantaran selalu memiliki gaya representasional dengan penyajian surealis dalam karya-karyanya.
Sudiro juga dikenal sebagai salah satu pelukis yang mempopulerkan gaya tersebut di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, pada era 1980an. Seniman yang segenerasi dengan Djoko Pekik ini tercatat telah menghasilkan banyak karya dalam berkarier.
Karya-karyanya kerap memiliki tema dari cerita-cerita mistis tradisional yang ada dalam budaya Jawa dan dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari. Seperti salah satu objek yang kerap ada dalam lukisannya adalah Semar. Semar sendiri adalah tokoh utama dalam punawakan pada kisah pewayangan yang memiliki karakter kebapakan dan kerap menjadi seorang penasihat para ksatria dalam cerita Ramayana dan Mahabrata.
Selain lukisan, Sudiro juga kerap membuat karya seni lainnya seperti patung perunggu atau fiberglass. Kemudian, medium karya seni lukisnya juga beragam, seperti cat minyak, cat air, dan batik. Keberagaman itu pernah ditampilkannya dalam pameran tunggal berjudul Samar-Samar Semar Sudiro pada 2016 di Galeri Nasional Indonesia (GNI).
Pada saat itu, sebanyak 32 karya lukis cat minyak, 7 karya batik, 4 karya lukis cat air, 2 patung perunggu, dan 20 patung fiberglass ditampilkkan kepada para pengunjung. Sedangkan terkait dengan lukisan batik, dia juga pernah menjadi bagian padaera 1970an.
Pada saat itu, Sudiro bersama dengan pelaku seni lainnya seperti Ida Hadjar, Abas Alibasyah, Amri Yahya, Bagong Kussudiardja menjadi seniman yang melakukan eksplorasi medium rupa selain cat minyak pada kanvas. Pada saat itu, batik yang pada awalnya diaplikasikan dalam kain untuk pakaian mengalami perubahan sehingga menjadi sebuah karya dan dikenal dengan istilah seni lukis batik.
Lukisan-lukisan batik dari sang seniman contohnya seperti Dua Pengantin Berdiri (1974) dengan medium batik 86 x 89 cm; Pengantin Perempuan (1975) medium batik 80 x90 cm; Penari (1974) Batik 86 x 89 cm; dan sebagainya. Ketiga lukisan batik itu menjadi contoh karyanya yang dikoleksi Galeri Nasioinal Indonesia.
Kepergian sang perupa untuk selamanya tersebut, tentu juga menjadikan kehilangan tersendiri bagi dunia seni rupa Indonesia. Sejumlah pihak pun turut menyampaikan rasa belasungkawa atas berpulangnya VA Sudiro, misalnya seperti Butet Kartaredjasa.
Melalui akun resmi media sosial Facebook, Butet Kartaredjasa, salah satu budayawan dan juga seniman Yogyakarta itu mengakui begitu kehilangan. “Otomatis. Setelah Bapak Djoko Pekik, Timbul Rahardjo, pagi ini salah satu pelukis surrealisme Yogya, Bapak VA Sudiro, kembali mengunjungi Gusti,” tulisnya Kamis (7/9/2023). “Semoga selamat sampai tujuan Pak Diro. Tuhan memberkatimu,” tambahnya.
Baca juga: Marga T, Penulis Novel Badai Pasti Berlalu Meninggal Dunia di Usia 80 Tahun
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.