Begini Cara Orang Tua Bantu Kembangkan Potensi Diri Anak Lewat Study Life Balance
22 August 2023 |
14:07 WIB
Pada usia sekolah, belajar akademis adalah hal yang wajib bagi anak-anak. Akan tetapi, membuka diri untuk hal-hal di luar akademis tetap diperlukan dan sama pentingnya bagi tumbuh kembang anak. Keduanya adalah dua hal penting yang semestinya bisa berjalan berbarengan.
Psikolog Pendidikan dan Konselor Anak Caesilia Ika W mengatakan bahwa keseimbangan antara kehidupan akademis dan kegiatan pribadi, seperti waktu untuk keluarga dan berekreasi itu sama pentingnya. Untuk mencapai keseimbangan itu, anak-anak perlu menerapkan study life balance. Konsep ini akan membantu anak tidak melulu belajar akademis di sekolah saja, tetapi juga tetap memiliki kehidupan di luar yang penting dalam masa pertumbuhannya.
Baca juga: Alasan Pentingnya Penerapan Study Life Balance Pada Anak di Masa Sekolah
Menurut Caesilia, orang tua punya peran yang penting untuk membantu anak dalam mencapai study life balance mereka. Orang tua bisa mendorong anak untuk melakukan kegiatan atau proses pembelajaran yang disukainya, alih-alih menuntut sesuai dengan keinginan mereka semata.
Langkah pertama yang bisa dilakukan ialah dengan komunikasi dua arah. Ciptakan rasa aman, nyaman, dan mengalir ketika sedang berdiskusi. Orang tua perlu memahami apa yang ada di pikiran dan perasaan si anak.
Bantu anak untuk menerjemahkan keinginan dan hal yang disukainya. Berilah mereka ruang untuk mengembangkan hal tersebut di luar kewajiban akademiknya.
Langkah kedua ialah latih anak untuk berkompetisi. Namun, bukan bersaing dengan orang lain, ya. Kompetisi yang ada di sini ialah dengan diri sendiri. Dorong anak untuk bisa terus lebih baik dari kemarin.
Ajaklah anak untuk lebih banyak berkolaborasi, terutama dengan orang lain. Dengan demikian, mereka bisa sama-sama belajar dan mengembangkan diri bersama.
Langkah ketiga adalah latihan self management. Untuk menjadi pemimpin, seseorang bisa memulainya dari diri sendiri. Biarkanlah anak untuk belajar mengatur kehidupannya. Mereka bisa mengatur waktu bermain dan belajar yang disenanginya. Dengan cara ini, mereka juga anak belajar bertanggung jawab.
Langkah keempat adalah belajar secara efektif. Menurutnya, orang tua dan anak perlu menghindari kebiasaan-kebiasaan keliru yang justru bisa membuat anak merasa dibebani. Caranya ialah dengan melakukan proses pembelajaran yang efektif.
Efektif di sini bisa berati secara waktu maupun secara materi. Artinya, anak perlu tahu terlebih dahulu soal apa yang disukainya dan apa yang ingin dipelajarinya. Jangan sampai apa yang selama ini dipelajari justru bukan menjadi minatnya.
Langkah kelima adalah latihlah resiliensi anak. Resiliensi adalah ketahanan psikologis atau kemampuan untuk mengatasi krisis secara mental dan emosional. Anak bisa belajar untuk memilah godaan untuk bermain atau belajar. Bukan soal memilih, melainkan soal bagaimana mereka bisa mengatur keduanya secara lebih seimbang.
“Anak kemudian akan tahu kalau ‘oh aku lagi butuh istirahat nih’ atau ‘oh aku ada tugas sebegini, tapi aku masih ada waktu segini,’. Jadi, anak sebenarnya tahu dan bisa mengatur sendiri. Inilah yang terjadi ketika anak diberi wewenang,” ungkap Caesilia di Jakarta, Selasa (22/8).
Dirinya menegaskan bahwa keseimbangan antara kehidupan belajar dan kehidupan pribadi itu penting. Anak-anak yang mengalami tekanan berlebihan dalam belajar tanpa cukup waktu untuk beristirahat dan bermain, mungkin mengalami kelelahan fisik dan mental. Keseimbangan yang buruk tersebut dapat berdampak pada stres, kecemasan, penurunan motivasi dalam belajar, hingga depresi
Baca juga: 5 Tip Menjaga Mental dan Tumbuh Kembang Anak yang Wajib Dipahami Orang Tua
Editor: Puput Ady Sukarno
Psikolog Pendidikan dan Konselor Anak Caesilia Ika W mengatakan bahwa keseimbangan antara kehidupan akademis dan kegiatan pribadi, seperti waktu untuk keluarga dan berekreasi itu sama pentingnya. Untuk mencapai keseimbangan itu, anak-anak perlu menerapkan study life balance. Konsep ini akan membantu anak tidak melulu belajar akademis di sekolah saja, tetapi juga tetap memiliki kehidupan di luar yang penting dalam masa pertumbuhannya.
Baca juga: Alasan Pentingnya Penerapan Study Life Balance Pada Anak di Masa Sekolah
Menurut Caesilia, orang tua punya peran yang penting untuk membantu anak dalam mencapai study life balance mereka. Orang tua bisa mendorong anak untuk melakukan kegiatan atau proses pembelajaran yang disukainya, alih-alih menuntut sesuai dengan keinginan mereka semata.
Langkah pertama yang bisa dilakukan ialah dengan komunikasi dua arah. Ciptakan rasa aman, nyaman, dan mengalir ketika sedang berdiskusi. Orang tua perlu memahami apa yang ada di pikiran dan perasaan si anak.
Bantu anak untuk menerjemahkan keinginan dan hal yang disukainya. Berilah mereka ruang untuk mengembangkan hal tersebut di luar kewajiban akademiknya.
Langkah kedua ialah latih anak untuk berkompetisi. Namun, bukan bersaing dengan orang lain, ya. Kompetisi yang ada di sini ialah dengan diri sendiri. Dorong anak untuk bisa terus lebih baik dari kemarin.
Ajaklah anak untuk lebih banyak berkolaborasi, terutama dengan orang lain. Dengan demikian, mereka bisa sama-sama belajar dan mengembangkan diri bersama.
Langkah ketiga adalah latihan self management. Untuk menjadi pemimpin, seseorang bisa memulainya dari diri sendiri. Biarkanlah anak untuk belajar mengatur kehidupannya. Mereka bisa mengatur waktu bermain dan belajar yang disenanginya. Dengan cara ini, mereka juga anak belajar bertanggung jawab.
Media talkshow Menyeimbangkan Waktu Belajar dan Pribadi untuk Wujudkan Mimpi (Sumber gambar: Kelas Pintar)
Langkah keempat adalah belajar secara efektif. Menurutnya, orang tua dan anak perlu menghindari kebiasaan-kebiasaan keliru yang justru bisa membuat anak merasa dibebani. Caranya ialah dengan melakukan proses pembelajaran yang efektif.
Efektif di sini bisa berati secara waktu maupun secara materi. Artinya, anak perlu tahu terlebih dahulu soal apa yang disukainya dan apa yang ingin dipelajarinya. Jangan sampai apa yang selama ini dipelajari justru bukan menjadi minatnya.
Langkah kelima adalah latihlah resiliensi anak. Resiliensi adalah ketahanan psikologis atau kemampuan untuk mengatasi krisis secara mental dan emosional. Anak bisa belajar untuk memilah godaan untuk bermain atau belajar. Bukan soal memilih, melainkan soal bagaimana mereka bisa mengatur keduanya secara lebih seimbang.
“Anak kemudian akan tahu kalau ‘oh aku lagi butuh istirahat nih’ atau ‘oh aku ada tugas sebegini, tapi aku masih ada waktu segini,’. Jadi, anak sebenarnya tahu dan bisa mengatur sendiri. Inilah yang terjadi ketika anak diberi wewenang,” ungkap Caesilia di Jakarta, Selasa (22/8).
Dirinya menegaskan bahwa keseimbangan antara kehidupan belajar dan kehidupan pribadi itu penting. Anak-anak yang mengalami tekanan berlebihan dalam belajar tanpa cukup waktu untuk beristirahat dan bermain, mungkin mengalami kelelahan fisik dan mental. Keseimbangan yang buruk tersebut dapat berdampak pada stres, kecemasan, penurunan motivasi dalam belajar, hingga depresi
Baca juga: 5 Tip Menjaga Mental dan Tumbuh Kembang Anak yang Wajib Dipahami Orang Tua
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.