Ilustrasi orang memakai masker. (Sumber gambar: Engin Akyurt/Unsplash)

Polusi Meningkat, Dokter Paru Rekomendasikan Penggunaan Masker Berdaya Filtrasi Maksimal

21 August 2023   |   09:19 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Like
Jakarta masih bergelut dengan kualitas udara yang buruk. Situs IQAir mencatat, Jakarta cukup jarang keluar dari lima besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Hingga Senin (21/8/2023), Jakarta berada pada angka indeks kualitas udara 160 yang masuk dalam kategori tidak sehat.

Angka ini membuat Jakarta berada di posisi kelima negara dengan kualitas udara tidak sehat. Situs IQAir melaporkan konsentrasi PM2,5 Jakarta sudah melampaui 14,6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan dari Badan Kesehatan Dunia WHO.
 
Peningkatan polusi udara cukup mendorong masyarakat mencari informasi lanjutan terkait penanganan polusi, terutama saat beraktivitas di luar ruangan. Dokter Spesialis Paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Nuryunita Nainggolan menyampaikan jika saat ini, sumber terbesar polusi di Indonesia memang masih berasal dari sektor transportasi.

Baca juga: 6 Cara Mengurangi Dampak Negatif Polusi Udara, Salah Satunya Balik Pakai Masker

Kemudian permasalahan polusi ini diikuti dengan aktivitas pembakaran hutan dan kegiatan domestik lainnya. “Secara data WHO, 90 persen masyarakat dunia itu menghirup udara yang tidak layak. Ada 7 juta kematian dan 2 jutanya dari Asia Tenggara yang disebabkan paparan polusi udara luar dan dalam ruangan,” katanya.
 
Data PDPI menyebutkan ada empat jenis polutan yang paling banyak ditemukan di perkotaan antara lain, Partikulat Matter (PM2.5), Nitrogen dioksida (NO2), Ozon (O3), Sulfur dioksida (SO2).

Di antara sebaran polusi ini, WHO mengatakan bahwa polusi udara berperan hampir 25 persen terhadap seluruh penyakit dan penyebab kematian kanker paru di seluruh dunia. Polusi bisa hadir dari berbagai macam faktor mulai dari bencana alam, sektor transportasi, rumah tangga, industri, dan sebagainya. 
 
Penggunaan masker masih menjadi salah satu langkah efektif untuk meminimalisir polutan yang masuk ke dalam tubuh. Nuryunita menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker atau respirator dengan kemampuan filtrasi partikel yang maksimal.

"Misalnya masker dengan kemampuan filtrasi lebih dari 95, seperti masker N95, masker KN95, dan sebagainya,” katanya. Namun, masyarakat tetap diperbolehkan menggunakan masker bedah apabila masker dengan kemampuan filtrasi tinggi tidak tersedia.
 
Masker bedah mampu memiliki tingkat efektivitas filtrasi mencapai rata-rata 70 persen yang dinilai cukup untuk meminimalisir masuknya polutan. Namun jika masyarakat bisa menggunakan masker dengan kemampuan filtrasi lebih tinggi, maka PDPI lebih merekomendasikannya. 

Masyarakat juga diharapkan mampu memperhatikan cara penggunaan masker yang tepat dan benar dengan memastikan area hidung, mulut, dan dagu tertutup rapat. Penggunaan yang tidak benar akan mengurangi efektivitas filtrasinya dalam menyaring partikel.
 
Dokter Spesialis Paru dari PDPI,  Feni Fitriani Taufik mengatakan penggunaan masker merupakan bentuk proteksi diri di tengah keberadaan polusi yang tidak bisa lagi dihindari. Sehingga, hal yang dapat dilakukan setiap individu adalah memberi perlindungan diri dan senantiasa melakukan pemantauan mandiri mengenai kualitas udara di sekitar lingkungan.

“Sehingga nilai ambang batas ini menjadi peringatan. Jika makin meningkat, maka risiko gangguan kesehatan juga meningkat. Kalau rata-rata sudah di atas 150 (berwarna orange), maka setiap aktivitas di luar ruangan harus jadi perhatian betul,” katanya.
 
Menurutnya, memberantas polusi tidak sama dengan membersihkan debu di rumah. Diperlukan waktu yang panjang dan keterlibatan berbagai pihak. Masalah polusi tidak terjadi karena faktor tunggal. Feni menyebut, ada banyak risiko penyebab polusi yang saling berkaitan dalam mengurangi atau bahkan meningkatkan risiko penyakit akibat polusi.
 
Feni menyarankan agar memantau kualitas udara secara mandiri dan berkala tetap dilakukan masyarakat, sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan beraktivitas di luar ruangan. Selain pengurangan aktivitas luar ruangan, penggunaan masker dengan filtrasi tinggi saat kegiatan mengharuskan gerak di luar ruangan pun sangat dianjurkan.

Untuk di dalam ruangan,  Feni merekomendasikan untuk memperhatikan sirkulasi udara dan penggunaan pemurni udara atau air purifier untuk meminimalisir polutan yang masuk ke dalam ruangan.

Baca juga: Rekomendasi Air Purifier yang Bisa Jadi Solusi Atasi Polusi Udara

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

5 Cara Menghilangkan Karat pada Besi dengan Bahan-bahan Rumahan

BERIKUTNYA

Review Bird Box Barcelona, Malapetaka Bagi Pembuka Mata

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: