Rangkaian dan Makna Prosesi Adat Jawa di Pernikahan Putra Komisaris Sahid Group
27 May 2023 |
19:28 WIB
Pernikahan antara RM Aryo Kusumadharma Hardjoprakoso dan Reva Andika Widhianie Herdiana telah berlangsung dengan khusyuk dan khidmat. Pernikahan putra Komisaris Utama Sahid Group itu digelar Sabtu pagi, 27 Mei 2023 dengan menggunakan adat Jawa.
Kedua mempelai melakukan satu per satu rangkaian prosesi adat dengan lancar dan penuh penghayatan. Sebab, prosesi adat Jawa di pernikahan bukan sekadar ritual semata, melainkan memiliki makna filosofi yang mendalam serta sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya yang diwariskan oleh para leluhur.
Prosesi adat tersebut memiliki makna-makna penting bagi pengantin baru. Dengan demikian, keduanya diharapkan bisa menjalani bahtera rumah tangga dengan lebih baik ke depannya.
Baca juga: Presiden Joko Widodo Jadi Saksi Pernikahan Putra Komisaris Sahid Group
Seusai ijab kabul diucapkan, kedua mempelai lantas melakukan upacara Panggih Pengantin, yakni salah satu prosesi pernikahan adat Jawa yang biasanya dilakukan setelah akad. Panggih Pengantin merupakan lambang bertemunya pengantin putra dan pengantin putri yang hari ini sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Kemudian, berlanjut ke prosesi menukar kembang mayang. Prosesi ini memiliki makna sebagai pengantar kehidupan baru orang dewasa di dalam masyarakat setelah melangsungkan pernikahan. Seusai ini, kedua pengantin juga melakukan Balangan Gantal atau gulungan daun sirih yang diikat dengan benang lawe.
Prosesi Balangan Gantal ini melambangkan kedua mempelai telah sama-sama bertekad untuk mengarungi samudera kehidupan dan siap menjalani berbagai tantangan hidup. Kedua mempelai lantas saling melemparkan Balangan Gantal tersebut ke arah jantung hati masing-masing.
Pada acara adat Jawa ini, pengantin pria juga melakukan prosesi memijak telur atau menginjak telur sampai pecah. Ritual adat ini melambangkan doa agar pasangan pengantin baru ini segera diberi momongan. Setelah telur pecah, pihak istri kemudian membersihkan kaki sang suami sebagai bukti bhakti dan cinta kasihnya.
Setelah itu, suami lantas mengajak istri kembali berdiri sama tinggi dengannya. Suami dalam hal ini telah berjanji untuk melaksanakan kewajiban keluarga. Di tengah prosesi, kedua mempelai juga diberikan air bening oleh ibu perias sebagai tanda agar hati keduanya selalu bening dalam menjalani hari-hari barunya nanti.
Acara selanjutnya ibunda mempelai perempuan melingkarkan sindur di bahu kedua pengantin yang sudah berdiri berjejer, sedangkan ayahanda berdiri di depan mempelai untuk menuntunnya ke singgasana pengantin.
Saat sudah di singgasana pengantin, kedua mempelai kemudian duduk dipangku oleh ayahanda. Saat dipangku, ayahanda menyebut kedua pengantin ini sama beratnya. Hal ini melambangkan bahwa putra dan mantu tidak ada perbedaan dan akan sama-sama dikasihi.
Setelah itu, barulah pengantin tersebut bisa duduk di singgasananya. Keberhasilan keduanya duduk di singgasana pengantin juga menjadi lambang bahwa restu dan doa telah mengalur ke kedua mempelai ini. Raut wajah kedua mempelai terpancar sangat bahagia. Keduanya mengikuti semua prosesi dengan baik.
Prosesi adat masih berlanjut, pihak mempelai pria melakukan prosesi Kacar Kacur yang berisi tujuh jenis kacang yang dicampur uang receh dan beras kuning. Terlihat Aryo sangat telaten dan rinci saat menuangkan isi Kacar Kacur tersebut kepada istrinya. Prosesi ini melambangkan tanggung jawab penuh suami dalam memberikan nafkah, begitu pula istri yang menerima dan mengelola nafkah itu secara baik.
Kacar Kacur tersebut lantas diberikan kepada ibunda tercinta sebagai lambang untuk mengingatkan bahwa pasangan muda yang sudah hidup mandiri ini tidak pernah melupakan bhakti orang tuanya. Sesibuk apa pun mereka pada masa depan, keduanya mesti memiliku waktu khusus yang diluangkan untuk keluarga besar.
Acara pun berlanjut ke prosesi Dahar Klimah, yakni sang pengantin saling menyuapi makanan satu sama lain. Prosesi ini melambangkan bahwa keduanya harus menjalani rumah tangga dengan saling mengasihi, mencintai, menghormati, tenggang rasa, dan saling asuh.
Keduanya juga melakukan tradisi meminum air kelapa manis. Prosesi ini bermakna agar dalam kehidupan dan dalam menjalani rumah tangga, Aryo dan Reva selalu merasakan hal-hal yang manis dan membahagiakan.
Baca juga: Simak Nasihat Menyentuh Wapres Ma'ruf Amin hingga Krisdayanti Kepada Aryo-Reva
Pada bagian akhir, kedua mempelai melakukan sungkem dengan para orang tua. Pihak keluarga pria juga melakukan tumplak punjen, yakni nasihat dari orang tua kepada anaknya setelah menikah.
Keseluruhan prosesi pernikahan adat Jawa memang memiliki makna dan lambang yang indah. Namun, pada intinya prosesi-prosesi tersebut dilakukan juga sebagai doa agar kedua mempelai diberi kebahagiaan dalam menjalani bahtera rumah tangganya ke depan.
Editor: Fajar Sidik
Kedua mempelai melakukan satu per satu rangkaian prosesi adat dengan lancar dan penuh penghayatan. Sebab, prosesi adat Jawa di pernikahan bukan sekadar ritual semata, melainkan memiliki makna filosofi yang mendalam serta sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya yang diwariskan oleh para leluhur.
Prosesi adat tersebut memiliki makna-makna penting bagi pengantin baru. Dengan demikian, keduanya diharapkan bisa menjalani bahtera rumah tangga dengan lebih baik ke depannya.
Baca juga: Presiden Joko Widodo Jadi Saksi Pernikahan Putra Komisaris Sahid Group
Seusai ijab kabul diucapkan, kedua mempelai lantas melakukan upacara Panggih Pengantin, yakni salah satu prosesi pernikahan adat Jawa yang biasanya dilakukan setelah akad. Panggih Pengantin merupakan lambang bertemunya pengantin putra dan pengantin putri yang hari ini sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Kemudian, berlanjut ke prosesi menukar kembang mayang. Prosesi ini memiliki makna sebagai pengantar kehidupan baru orang dewasa di dalam masyarakat setelah melangsungkan pernikahan. Seusai ini, kedua pengantin juga melakukan Balangan Gantal atau gulungan daun sirih yang diikat dengan benang lawe.
Prosesi Balangan Gantal ini melambangkan kedua mempelai telah sama-sama bertekad untuk mengarungi samudera kehidupan dan siap menjalani berbagai tantangan hidup. Kedua mempelai lantas saling melemparkan Balangan Gantal tersebut ke arah jantung hati masing-masing.
Sumber Foto: Abdurachman/Bisnis Indonesia/Hypeabis.id
Pada acara adat Jawa ini, pengantin pria juga melakukan prosesi memijak telur atau menginjak telur sampai pecah. Ritual adat ini melambangkan doa agar pasangan pengantin baru ini segera diberi momongan. Setelah telur pecah, pihak istri kemudian membersihkan kaki sang suami sebagai bukti bhakti dan cinta kasihnya.
Setelah itu, suami lantas mengajak istri kembali berdiri sama tinggi dengannya. Suami dalam hal ini telah berjanji untuk melaksanakan kewajiban keluarga. Di tengah prosesi, kedua mempelai juga diberikan air bening oleh ibu perias sebagai tanda agar hati keduanya selalu bening dalam menjalani hari-hari barunya nanti.
Acara selanjutnya ibunda mempelai perempuan melingkarkan sindur di bahu kedua pengantin yang sudah berdiri berjejer, sedangkan ayahanda berdiri di depan mempelai untuk menuntunnya ke singgasana pengantin.
Saat sudah di singgasana pengantin, kedua mempelai kemudian duduk dipangku oleh ayahanda. Saat dipangku, ayahanda menyebut kedua pengantin ini sama beratnya. Hal ini melambangkan bahwa putra dan mantu tidak ada perbedaan dan akan sama-sama dikasihi.
Setelah itu, barulah pengantin tersebut bisa duduk di singgasananya. Keberhasilan keduanya duduk di singgasana pengantin juga menjadi lambang bahwa restu dan doa telah mengalur ke kedua mempelai ini. Raut wajah kedua mempelai terpancar sangat bahagia. Keduanya mengikuti semua prosesi dengan baik.
Prosesi adat masih berlanjut, pihak mempelai pria melakukan prosesi Kacar Kacur yang berisi tujuh jenis kacang yang dicampur uang receh dan beras kuning. Terlihat Aryo sangat telaten dan rinci saat menuangkan isi Kacar Kacur tersebut kepada istrinya. Prosesi ini melambangkan tanggung jawab penuh suami dalam memberikan nafkah, begitu pula istri yang menerima dan mengelola nafkah itu secara baik.
Kacar Kacur tersebut lantas diberikan kepada ibunda tercinta sebagai lambang untuk mengingatkan bahwa pasangan muda yang sudah hidup mandiri ini tidak pernah melupakan bhakti orang tuanya. Sesibuk apa pun mereka pada masa depan, keduanya mesti memiliku waktu khusus yang diluangkan untuk keluarga besar.
Sumber Foto: Abdurachman/Bisnis Indonesia/Hypeabis.id
Acara pun berlanjut ke prosesi Dahar Klimah, yakni sang pengantin saling menyuapi makanan satu sama lain. Prosesi ini melambangkan bahwa keduanya harus menjalani rumah tangga dengan saling mengasihi, mencintai, menghormati, tenggang rasa, dan saling asuh.
Keduanya juga melakukan tradisi meminum air kelapa manis. Prosesi ini bermakna agar dalam kehidupan dan dalam menjalani rumah tangga, Aryo dan Reva selalu merasakan hal-hal yang manis dan membahagiakan.
Baca juga: Simak Nasihat Menyentuh Wapres Ma'ruf Amin hingga Krisdayanti Kepada Aryo-Reva
Pada bagian akhir, kedua mempelai melakukan sungkem dengan para orang tua. Pihak keluarga pria juga melakukan tumplak punjen, yakni nasihat dari orang tua kepada anaknya setelah menikah.
Keseluruhan prosesi pernikahan adat Jawa memang memiliki makna dan lambang yang indah. Namun, pada intinya prosesi-prosesi tersebut dilakukan juga sebagai doa agar kedua mempelai diberi kebahagiaan dalam menjalani bahtera rumah tangganya ke depan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.