ROH Galeri Mengadakan Pameran Tunggal New Obsolescence: ADITYAVOVALI
24 March 2023 |
14:02 WIB
1
Like
Like
Like
Galeri seni ROH mengadakan pameran tunggal seniman Aditya Novali bertajuk New Obsolescence: ADITYAVOVALI di Jakarta. Sang seniman membedah arsip video rekaman betamax pada 17 Juni 1989 silam yang menampilkan pertunjukannya dan dua kelompok lainnya.
Berdasarkan rilis yang diterima Hypeabis.id, video tersebut menelusuri akar estetika Aditya Novali yang kemudian membawa penikmat karya ke lapisan-lapisan situasi geopolitik Indonesia yang kompleks, jejak-jejak peninggalan kolonial, dan situasi sosial pada masa itu.
Rekaman dimulai dengan kredit pembuka yang memperkenalkan daftar penampil dan menjadi fokus video, suatu paduan suara anak laki-laki asal Austria, dan seorang dalang cilik yang disebut sebagai Adityavovali.
Baca juga: Seniman Aditya Novali Gelar Pameran Tunggal Selama 6 Bulan, Yuk Intip Profilnya
Bagian introduksi ini disebutkan mengandung dua komponen janggal. Pertama adalah penulisan nama Aditya Novali yang salah. Kedua, pertunjukan orkestra angklung yang tampil sebelum Novali tidak disebutkan.
“Beberapa detik berjalan dan kita mungkin ingat bagaimana memori manusia kerap tidak presisi, kekeliruan ingatan akan masa lampau muncul dari waktu ke waktu tanpa ada lagi hal-hal yang justru penting,” demikian tertulis.
Lelaki kelahiran 17 November 1978 ini meramu tangkapan dari kredit video, keseluruhan rekaman, hingga galat layar (glitch) ke dalam kerangka lukisan rotatable, medium yang khas dengannya.
Di pameran ini, sepasang lukisan bernuansa kehijauan merekonfigurasi tatanan provinsi yang membentuk Indonesia pada 1989 akan ditemukan oleh para penikmatnya. Karya ini menuntun pencinta karya dengan konteks waktu pada masa itu.
“Karya ini mengantar kita pada Galeri Apple, yang telah dipulas biru, warna yang kerap merebut layar video yang uniknya muncul pula dalam nada warna biru prussia pada kebaya yang dikenakan para tamu agung wanita,” demikian tertulis.
Kemudian, pengunjung pameran yang akan berlangsung sampai 7 Mei 2023 ini juga akan menyaksikan empat layar monitor memutar rekaman video asli. Penikmat seni akan menemukan video dimulai dari beberapa titik waktu yang berbeda dan menampilkan apa yang tersisa dari arsip suara pertunjukkan yang terekam dalam kaset betamax.
Galeri jingga memaparkan berbagai seri lukisan-lukisan abstrak yang menunjukan sejumlah adegan pertunjukan di istana, mengurai tatanan panggung, lampu gantung, karpet, peta nasional, hingga para tamu undangan dan busana yang dikenakan. Kondisi itu menandai kembalinya distorsi memori akan pertunjukan pada waktu itu ke ruang galeri berdinding abu-abu.
Tidak hanya itu, pengunjung juga akan mendapati pameran ini merekatkan kembali salah satu momen paling berkesan dalam kehidupan pribadi sang seniman dan menyusunnya kembali dari kepingan yang tidak sepenuhnya tepat.
Untuk diketahui, Aditya Novali merupakan seniman yang berkarya dengan menggunakan berbagai medium, seperti instalasi, performans, lukisan, dan patung. Dia kerap menyelesaikan ide karya yang akan dibuat sebelum menentukan metode yang cocok.
Sang seniman juga dikenal banyak membicarakan sejumlah topik seperti identitas, batasan, kebendaan, dan kehidupan di lingkungan urban. Karya multifasetnya banyak mengandung permutasi ide berisikan ragam elemen transformasi dan persimpangan antara rasionalitas dan intuisi.
Dia telah berpartisipasi dalam sejumlah pameran baik di dalam maupun luar negeri. Pameran yang pernah diikuti di luar negeri, seperti On Muzharul Islam: Surfacing Intention sebagai bagian dari Dhaka Art Summit di Dhaka, Bangladesh (2020).
Di dalam negeri, contoh pameran yang pernah diikuti adalah pameran Aku Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia pada 2015 silam. Dia juga menorehkan sejumlah prestasi, seperti Best Emerging Artist Using Installation di Prudential Eye Awards, Singapura pada 2016; Best Artwork di Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA); dan merupakan seorang finalis di ajang Sovereign Asia Art Prize pada 2010.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Berdasarkan rilis yang diterima Hypeabis.id, video tersebut menelusuri akar estetika Aditya Novali yang kemudian membawa penikmat karya ke lapisan-lapisan situasi geopolitik Indonesia yang kompleks, jejak-jejak peninggalan kolonial, dan situasi sosial pada masa itu.
Rekaman dimulai dengan kredit pembuka yang memperkenalkan daftar penampil dan menjadi fokus video, suatu paduan suara anak laki-laki asal Austria, dan seorang dalang cilik yang disebut sebagai Adityavovali.
Baca juga: Seniman Aditya Novali Gelar Pameran Tunggal Selama 6 Bulan, Yuk Intip Profilnya
Bagian introduksi ini disebutkan mengandung dua komponen janggal. Pertama adalah penulisan nama Aditya Novali yang salah. Kedua, pertunjukan orkestra angklung yang tampil sebelum Novali tidak disebutkan.
“Beberapa detik berjalan dan kita mungkin ingat bagaimana memori manusia kerap tidak presisi, kekeliruan ingatan akan masa lampau muncul dari waktu ke waktu tanpa ada lagi hal-hal yang justru penting,” demikian tertulis.
Lelaki kelahiran 17 November 1978 ini meramu tangkapan dari kredit video, keseluruhan rekaman, hingga galat layar (glitch) ke dalam kerangka lukisan rotatable, medium yang khas dengannya.
Di pameran ini, sepasang lukisan bernuansa kehijauan merekonfigurasi tatanan provinsi yang membentuk Indonesia pada 1989 akan ditemukan oleh para penikmatnya. Karya ini menuntun pencinta karya dengan konteks waktu pada masa itu.
“Karya ini mengantar kita pada Galeri Apple, yang telah dipulas biru, warna yang kerap merebut layar video yang uniknya muncul pula dalam nada warna biru prussia pada kebaya yang dikenakan para tamu agung wanita,” demikian tertulis.
Kemudian, pengunjung pameran yang akan berlangsung sampai 7 Mei 2023 ini juga akan menyaksikan empat layar monitor memutar rekaman video asli. Penikmat seni akan menemukan video dimulai dari beberapa titik waktu yang berbeda dan menampilkan apa yang tersisa dari arsip suara pertunjukkan yang terekam dalam kaset betamax.
Galeri jingga memaparkan berbagai seri lukisan-lukisan abstrak yang menunjukan sejumlah adegan pertunjukan di istana, mengurai tatanan panggung, lampu gantung, karpet, peta nasional, hingga para tamu undangan dan busana yang dikenakan. Kondisi itu menandai kembalinya distorsi memori akan pertunjukan pada waktu itu ke ruang galeri berdinding abu-abu.
Tidak hanya itu, pengunjung juga akan mendapati pameran ini merekatkan kembali salah satu momen paling berkesan dalam kehidupan pribadi sang seniman dan menyusunnya kembali dari kepingan yang tidak sepenuhnya tepat.
Untuk diketahui, Aditya Novali merupakan seniman yang berkarya dengan menggunakan berbagai medium, seperti instalasi, performans, lukisan, dan patung. Dia kerap menyelesaikan ide karya yang akan dibuat sebelum menentukan metode yang cocok.
Sang seniman juga dikenal banyak membicarakan sejumlah topik seperti identitas, batasan, kebendaan, dan kehidupan di lingkungan urban. Karya multifasetnya banyak mengandung permutasi ide berisikan ragam elemen transformasi dan persimpangan antara rasionalitas dan intuisi.
Dia telah berpartisipasi dalam sejumlah pameran baik di dalam maupun luar negeri. Pameran yang pernah diikuti di luar negeri, seperti On Muzharul Islam: Surfacing Intention sebagai bagian dari Dhaka Art Summit di Dhaka, Bangladesh (2020).
Di dalam negeri, contoh pameran yang pernah diikuti adalah pameran Aku Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia pada 2015 silam. Dia juga menorehkan sejumlah prestasi, seperti Best Emerging Artist Using Installation di Prudential Eye Awards, Singapura pada 2016; Best Artwork di Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA); dan merupakan seorang finalis di ajang Sovereign Asia Art Prize pada 2010.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.