Ilustrasi street food (Sumber gambar: Toa Heftiba/Unsplash)

Sering Terjadi Saat Jalan-jalan, Apa Itu Travelers Diarrhea?

05 February 2023   |   20:37 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Banyak kejadian tak terduga saat sedang jalan-jalan. Bukan tak mungkin, saat sedang asyik berjalan-jalan tiba-tiba seseorang mengalami perasaan tak nyaman dengan fisiknya. Sesuai dengan namanya, travelers diarrhea memang terkait dengan penjelasan ini.

Istilah ini merujuk pada sebuah penyakit saat melakukan perjalanan yang sulit diprediksi. Dilansir dari situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC), istilah travelers diarrhea memang sudah lumrah di kalangan wisatawan internasional. Laporan CDC menemukan, sekitar 30-70 persen wisatawan mengalami penyakit semacam ini. Menariknya, hal ini bergantung pada tujuan dan musim selama melakukan perjalanan.

Baca juga: Tren Wisata 2023: Sekarang Zamannya Bekerja, Berbisnis, dan Healing sambil Traveling

Sederhananya, penyakit ini seperti diare yang tiba-tiba menyerang saat wisatawan melancong ke tempat tertentu. Mulai dari cuaca, musim, hingga makanan, semuanya turut memengaruhi bagaimana respon tubuh beradaptasi dengan tempat dan hal-hal baru termasuk makanan.

CDC menyebut, kebersihan yang buruk di restoran-restoran lokal masih merupakan faktor terbesar yang menyumbang risiko travelers diarrhea ini.
 

Ilustrasi street food (Sumber gambar: Vernon Reirneil/Unsplaash)

Ilustrasi street food (Sumber gambar: Vernon Reirneil/Unsplaash)

Sindrom ini terjadi karena sindrom klinis dari patogen di dalam usus. Diperkirakan patogen terbesar yang memicu diare pada wisatawan ini adalah bakteri. Angkanya bisa mencapai 90 persen, dan sisanya merupakan virus pada usus. Virus yang umum ditemukan adalah norovirus dan rotavirus, semenera bakteri dari Salmonella, E.Coli enterotoksigenik, dan lainnya.

Di Indonesia, kejadian semacam ini kerap dikaitkan dengan “keracunan makanan”, di mana pencernaan menolak makanan yang sudah dikonsumsi dan meresponsnya dengan muntah atau diare. Bahkan, muntah dan diare ini bisa muncul bersamaan untuk waktu 12 jam.

Travelers diarrhea bukan persoalan sepele. Beberapa wisatawan menyebut terkena diare semacam ini selama perjalanan berhari-hari. Tetapi tak sedikit juga yang terjadi dalam jangka waktu pendek. Kebanyakan penderitanya adalah wisatawan dewasa muda, seimbang baik pria atau wanita.

CDC menyebutkan, daerah dengan iklim sedang lebih memungkinkan menerima musiman diare ini. Misalnya di Asia Selatan dengan cuaca yang panas sebelum musim hujan berlangsung. Tingkat terjadinya travelers diarrhea ini akan semakin tinggi. Begitu pun dengan wilayah dengan lingkungan yang kurang terjaga seperti kotor, kekurangan air bersih, dan lainnya.

Temuan kasus ini memang lebih banyak di negara-negara berkembang. Laporannya menyebutkan, kebiasaan mencuci tangan, makanan, dan lainnya tidak sekedar norma, melainkan bisa mempengaruhi kesehatan manusia dan menjauhkan dari penyakit diare.

Namun, negara-negara maju pun masih disorot karena travelers diarrhea masih tetap terjadi. Hal ini dikaitkan dengan penyiapan makanan di restoran yang tidak higienis.

Meski tak bisa menjamin terhindar dari travelers diarrhea, CDC menyarankan beberapa hal  yang bisa dilakukan untuk mencegah travelers diarrhea saat kamu bepergian ke wilayah lain. Beberapa cara tersebut adalah memperhatikan kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi, membawa obat antimikroba dan antibiotik (Ciprofloxacin, levofloxacin, dan lainnya), mencuci tangan dengan sabun antibakteri selama 60 detik, dan membawa hand sanitizer (dengan alkohol 60 persen).

Baca juga: Ladies, Intip 7 Tip Solo Traveling yang Aman & Menyenangkan

Editor: Dika Irawan
 

SEBELUMNYA

Karena Ini Sastrawan Gol A Gong Pilih Fajar Nugros Sutradarai Film Balada Si Roy

BERIKUTNYA

7 Rekomendasi Game Ringan Untuk PC, Anti Lag dan Seru!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: