Gangster Cari Jati Diri, Faktor Utama Remaja Jadi Begal di Jalanan
21 December 2022 |
16:44 WIB
1
Like
Like
Like
Kejahatan jalanan kembali terjadi di Jakarta. Kali ini, seorang wartawan dari media ekonomi nasional dibegal sekelompok remaja di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pada Senin (19/12/2022). Kejadian ini membuat korban mengalami luka tusuk di bagian paha dan motornya raib.
Kasus kriminal berupa begal yang dilakukan kalangan remaja memang cukup marak dalam beberapa tahun terakhir. Menurut psikolog Adang Adha, kegiatan ini kebanyakan mengarah kepada aksi gangster. “Tugas dari kelompoknya yang harus ambil motor, tetapi dengan cara memaksa atau begal,” ujarnya saat dihubungi Hypeabis.id, Rabu (21/12/2022).
Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri. Oleh karena itu, pola asuh orang tua menjadi faktor penting pada masa pertumbuhan mereka. Kata Adang, ketika keluarga terutama orang tua selalu hadir saat dibutuhkan, ikut mengarahkan, banyak berdiskusi, dan hubungannya baik dengan anak, maka harga diri anak tersebut akan terbentuk baik dan identitas dirinya terbangun.
Baca juga: 3 Faktor Penyebab Remaja Lakukan Bullying, Salah Satunya Keluarga
“Ini akan lebih sulit untuk masuk ke dalam kelompok-kelompok kenakalan remaja. Kalau misal orang tua tidak hadir dengan perannya membimbing, membina, diskusi, mengobrol, ini akan membuat anak rentan narkoba, seks bebas, dan kenalkan remaja seperti gangster,” tutur Adang.
Oleh karena itu, menurutnya sangat penting orang tua berinteraksi dengan anaknya walaupun di tengah kesibukan kerja agar anak merasa diperhatikan, serta terpenuhi sisi sosial dan psikologisnya di rumah.
“Yang dilakukan orang tua simple seperti komunikasi, interaksi positif ke anak, hadir, dan mengasih bimbingan terhadap masa depan, nilai, moral, etika, keimanan” jelasnya.
Faktor lainnya yang membuat anak atau remaja melakukan tindakan kriminal berupa begal yakni karena fakor lingkungan bergaul dan di sekolah. Di setiap lingkungan atau tempat main, remaja pasti memiliki norma sendiri.
Sebagai contoh, di lingkungan tempatnya bergaul, berkumpul bersama di warung kopi, klub, maupun yang bersifat jelek seperti memakai narkoba hingga terlibat gangster merupakan hal yang harus dilakukan remaja. Namun sekali lagi, jika pola asuh yang dilakukan orang tua sudah tepat, anak tidak akan terpengaruh dengan lingkungan yang buruk itu karena identitas dirinya sudah terbangun.
Berbeda jika anak dari keluarga yang pola asuhnya buruk. Dia akan mudah mengikuti perilaku buruk itu, entah karena ingin mencari jati diri, gengsi, hingga timbulnya rasa tidak enak untuk menolak ajakan hanya untuk tetap memiliki teman.
Faktor berikutnya yang membuat anak atau remaja melakukan tindakan kriminal yakni pengaruh film atau sosial media. “Banyak juga film tentang gangster, media yang anggap gangster keren, mempengaruhi anak masuk ke kelompok itu,” sebut Adang.
Baca juga: Review Film Like & Share, Menggugat Realita Tabu Kalangan Remaja
Lantas bagaimana dengan faktor ekonomi?
Menurut Adang, bisa saja terjadi remaja melakukan begal karena motif ekonomi atau memang mereka kelompok spesialis pencuri. Namun demikian, hasil penjualan barang yang dirampas dari aksi begal ini, biasanya bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kebanyakan uang hasil perampasan itu dipakai untuk membeli narkoba. “Mencuri, begal semata-mata bukan memenuhi kebutuhan hidup, tetapi lebih memenuhi kebutuhan kenakalan mereka seperti begal dan obat-obatan terlarang,” tegasnya.
Bicara soal penanganan anak pelaku pembegalan, Adang menilai memang agak repot untuk memberi hukuman. Ada dua kemungkinan, anak menjadi jera atau level kejahatannya naik. “Tadinya pembegalan ke hal-hal advance seperti pengedaran narkoba, perampokan yang lebih jahat lagi,” imbuhnya.
Pidana berat pun peluangnya kecil. Mayoritas anak masuk ke rehabilitasi atau dikembalikan ke keluarga. Oleh karena itu, menurutnya pencegahan dengan menerapkan pola asuh yang baiklah menjadi yang paling utama.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Kasus kriminal berupa begal yang dilakukan kalangan remaja memang cukup marak dalam beberapa tahun terakhir. Menurut psikolog Adang Adha, kegiatan ini kebanyakan mengarah kepada aksi gangster. “Tugas dari kelompoknya yang harus ambil motor, tetapi dengan cara memaksa atau begal,” ujarnya saat dihubungi Hypeabis.id, Rabu (21/12/2022).
Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri. Oleh karena itu, pola asuh orang tua menjadi faktor penting pada masa pertumbuhan mereka. Kata Adang, ketika keluarga terutama orang tua selalu hadir saat dibutuhkan, ikut mengarahkan, banyak berdiskusi, dan hubungannya baik dengan anak, maka harga diri anak tersebut akan terbentuk baik dan identitas dirinya terbangun.
Baca juga: 3 Faktor Penyebab Remaja Lakukan Bullying, Salah Satunya Keluarga
“Ini akan lebih sulit untuk masuk ke dalam kelompok-kelompok kenakalan remaja. Kalau misal orang tua tidak hadir dengan perannya membimbing, membina, diskusi, mengobrol, ini akan membuat anak rentan narkoba, seks bebas, dan kenalkan remaja seperti gangster,” tutur Adang.
Oleh karena itu, menurutnya sangat penting orang tua berinteraksi dengan anaknya walaupun di tengah kesibukan kerja agar anak merasa diperhatikan, serta terpenuhi sisi sosial dan psikologisnya di rumah.
“Yang dilakukan orang tua simple seperti komunikasi, interaksi positif ke anak, hadir, dan mengasih bimbingan terhadap masa depan, nilai, moral, etika, keimanan” jelasnya.
Faktor lainnya yang membuat anak atau remaja melakukan tindakan kriminal berupa begal yakni karena fakor lingkungan bergaul dan di sekolah. Di setiap lingkungan atau tempat main, remaja pasti memiliki norma sendiri.
Ilustrasi tindak kriminal. (Sumber gambar: Unsplash/Bastian Pudill)
Sebagai contoh, di lingkungan tempatnya bergaul, berkumpul bersama di warung kopi, klub, maupun yang bersifat jelek seperti memakai narkoba hingga terlibat gangster merupakan hal yang harus dilakukan remaja. Namun sekali lagi, jika pola asuh yang dilakukan orang tua sudah tepat, anak tidak akan terpengaruh dengan lingkungan yang buruk itu karena identitas dirinya sudah terbangun.
Berbeda jika anak dari keluarga yang pola asuhnya buruk. Dia akan mudah mengikuti perilaku buruk itu, entah karena ingin mencari jati diri, gengsi, hingga timbulnya rasa tidak enak untuk menolak ajakan hanya untuk tetap memiliki teman.
Faktor berikutnya yang membuat anak atau remaja melakukan tindakan kriminal yakni pengaruh film atau sosial media. “Banyak juga film tentang gangster, media yang anggap gangster keren, mempengaruhi anak masuk ke kelompok itu,” sebut Adang.
Baca juga: Review Film Like & Share, Menggugat Realita Tabu Kalangan Remaja
Lantas bagaimana dengan faktor ekonomi?
Menurut Adang, bisa saja terjadi remaja melakukan begal karena motif ekonomi atau memang mereka kelompok spesialis pencuri. Namun demikian, hasil penjualan barang yang dirampas dari aksi begal ini, biasanya bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kebanyakan uang hasil perampasan itu dipakai untuk membeli narkoba. “Mencuri, begal semata-mata bukan memenuhi kebutuhan hidup, tetapi lebih memenuhi kebutuhan kenakalan mereka seperti begal dan obat-obatan terlarang,” tegasnya.
Bicara soal penanganan anak pelaku pembegalan, Adang menilai memang agak repot untuk memberi hukuman. Ada dua kemungkinan, anak menjadi jera atau level kejahatannya naik. “Tadinya pembegalan ke hal-hal advance seperti pengedaran narkoba, perampokan yang lebih jahat lagi,” imbuhnya.
Pidana berat pun peluangnya kecil. Mayoritas anak masuk ke rehabilitasi atau dikembalikan ke keluarga. Oleh karena itu, menurutnya pencegahan dengan menerapkan pola asuh yang baiklah menjadi yang paling utama.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.