Hariani Santiko Raih Penghargaan Sang Hyang Kamahayanikan Award di BWCF 2022
29 November 2022 |
18:23 WIB
1
Like
Like
Like
Almarhumah Prof Dr Hariani Santiko adalah arkeolog dan guru besar dalam bidang arkeologi. Sepanjang hidupnya, Hariani fokus pada studi tentang arkeologi masa Hindu Budha melalui penelitian-penelitiannya atas arca, bangunan arsitektur, dan relief candi di Indonesia.
Hariani juga melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat Indonesia terhadap Batari Durga serta memiliki perhatian pada perkembangan gagasan pluralisme dalam kehidupan masyarakat lokal. Dirinya meyakini hal itu merupakan bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak lama.
Disertasi Hariani yang masyhur ialah tentang Kedudukan Batari di Jawa Pada Abad X-XV. Disertasi yang dipertahankan pada tahun 1987 tersebut merupaka disertasi yang sangat langka dan ditulis dengan standar ilmiah tinggi.
Kedalaman penelitian wanita kelahiran Pacitan ini tak lepas dari kepiawaiannya dalam memahami bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno.
Baca juga: Merayakan pemikiran Hariani Santiko, Durga di Jawa, Bali, dan India
Sebelum purna bakti pada 2007, Hariani banyak berkarya sebagai pengajar dan peneliti di departemen arkeologi Fakultas Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Selain itu, dia juga aktif berkegiatan di Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia atau IAAI dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Setelah purna bakti, Hariani masih aktif dalam dunia pengetahuan di Indonesia. dia masih aktif menulis artikel ilmiah maupun artikel opini yang masih berkaitan dengan bidangnya. Hariani juga masih terlibat dalam berbagai pekerjaan penelitian dengan kolega-koleganya, termasuk dengan mantan mahasiswanya.
Dengan rekam jejak dan pengabdiannya terhadap pengetahuan, seni, dan budaya, Borobudur Writers & Cultural Festival 2022 memberikan penghargaan Sang Hyang Kamahayanikan Award kepada Prof Dr Hariani Santiko.
“Disertasi almarhum Hariani Santiko dengan judul Kedudukan Batari di Jawa Pada Abad X-XV adalah disertasi berharga yang mampu membuka wawasan kita akan adanya penghormatan terhadap Durga pada masa-masa klasik Hindu-Budha di Jawa,” ucap Penasehat BWCF 2022 Prof Dr Mudji Sutrisno, beberapa waktu lalu.
BWCF 2022 menganggap Hariani sangat tekun dalam meneliti arca-arca Durga sehingga penelitiannya pun sangat terperinci. Dengan cara tersebut, Hariani telah memberikan data-data primer yang kaya.
Meski disertasi tersebut dipertahankan pada 1987, penelitian Hariani masih sangat relevan hingga hari ini. Disertasi Hariani masih bisa jadi landasan bagi siapa pun yang ingin mengkaji persoalan Durga di Nusantara.
Disertasi Hariani sangat bermanfaat bagi generasi setelahnya untuk memahami salah satu unsur keagamaan terkuat yang pernah berkembang di Jawa kuno. Namun, kebermanfaatan disertasinya tidak hanya berlaku bagi Indonesia, tetapi juga dunia.
Disertasi Hariani bersifat internasional. Sebab, data-data yang disajikan bisa menjadi alat untuk memperbandingkan dengan Durga di India kuno, India sekarang, atau di Indonesia.
Dalam disertasi Hariani, arca-arca Durga di Jawa memiliki tingkat artistik luar biasa dan berbeda dengan arca-arca yang ditemukan di India. Arca Durga di Jawa seperti yang tersimpan di Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden, memiliki wajah yang cantik dan menawan.
Arca tersebut berdiri tenang dengan dua kaki di atas punggung kerja. Namun, di India, Durga kerap ditampilkan bersama wahananya berupa singa.
Di Bali, arca Duga yang ditemukan berbeda dari keduanya. Arca Durga di Bali lebih sederhana, tetapi menawarkan kemagisan berbeda. Menariknya, Durga di Bali juga tetap hidup dan lestari.
Hingga hari ini, Durga terus hidup dalam kesenian rakyat di Bali, seperti Calon Arang. Kultus terhadap Durga juga tetap berlangsung di beberapa pura di Bali.
Baca juga: Borobudur Writers and Cultural Festival 2022 Mengupas Tuntas Durga
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Hariani juga melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat Indonesia terhadap Batari Durga serta memiliki perhatian pada perkembangan gagasan pluralisme dalam kehidupan masyarakat lokal. Dirinya meyakini hal itu merupakan bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak lama.
Disertasi Hariani yang masyhur ialah tentang Kedudukan Batari di Jawa Pada Abad X-XV. Disertasi yang dipertahankan pada tahun 1987 tersebut merupaka disertasi yang sangat langka dan ditulis dengan standar ilmiah tinggi.
Kedalaman penelitian wanita kelahiran Pacitan ini tak lepas dari kepiawaiannya dalam memahami bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno.
Baca juga: Merayakan pemikiran Hariani Santiko, Durga di Jawa, Bali, dan India
Sebelum purna bakti pada 2007, Hariani banyak berkarya sebagai pengajar dan peneliti di departemen arkeologi Fakultas Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Selain itu, dia juga aktif berkegiatan di Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia atau IAAI dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Setelah purna bakti, Hariani masih aktif dalam dunia pengetahuan di Indonesia. dia masih aktif menulis artikel ilmiah maupun artikel opini yang masih berkaitan dengan bidangnya. Hariani juga masih terlibat dalam berbagai pekerjaan penelitian dengan kolega-koleganya, termasuk dengan mantan mahasiswanya.
Dengan rekam jejak dan pengabdiannya terhadap pengetahuan, seni, dan budaya, Borobudur Writers & Cultural Festival 2022 memberikan penghargaan Sang Hyang Kamahayanikan Award kepada Prof Dr Hariani Santiko.
“Disertasi almarhum Hariani Santiko dengan judul Kedudukan Batari di Jawa Pada Abad X-XV adalah disertasi berharga yang mampu membuka wawasan kita akan adanya penghormatan terhadap Durga pada masa-masa klasik Hindu-Budha di Jawa,” ucap Penasehat BWCF 2022 Prof Dr Mudji Sutrisno, beberapa waktu lalu.
BWCF 2022 menganggap Hariani sangat tekun dalam meneliti arca-arca Durga sehingga penelitiannya pun sangat terperinci. Dengan cara tersebut, Hariani telah memberikan data-data primer yang kaya.
Meski disertasi tersebut dipertahankan pada 1987, penelitian Hariani masih sangat relevan hingga hari ini. Disertasi Hariani masih bisa jadi landasan bagi siapa pun yang ingin mengkaji persoalan Durga di Nusantara.
Disertasi Hariani Bersifat Internasional
Disertasi Hariani sangat bermanfaat bagi generasi setelahnya untuk memahami salah satu unsur keagamaan terkuat yang pernah berkembang di Jawa kuno. Namun, kebermanfaatan disertasinya tidak hanya berlaku bagi Indonesia, tetapi juga dunia.Disertasi Hariani bersifat internasional. Sebab, data-data yang disajikan bisa menjadi alat untuk memperbandingkan dengan Durga di India kuno, India sekarang, atau di Indonesia.
Dalam disertasi Hariani, arca-arca Durga di Jawa memiliki tingkat artistik luar biasa dan berbeda dengan arca-arca yang ditemukan di India. Arca Durga di Jawa seperti yang tersimpan di Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden, memiliki wajah yang cantik dan menawan.
Arca tersebut berdiri tenang dengan dua kaki di atas punggung kerja. Namun, di India, Durga kerap ditampilkan bersama wahananya berupa singa.
Di Bali, arca Duga yang ditemukan berbeda dari keduanya. Arca Durga di Bali lebih sederhana, tetapi menawarkan kemagisan berbeda. Menariknya, Durga di Bali juga tetap hidup dan lestari.
Hingga hari ini, Durga terus hidup dalam kesenian rakyat di Bali, seperti Calon Arang. Kultus terhadap Durga juga tetap berlangsung di beberapa pura di Bali.
Baca juga: Borobudur Writers and Cultural Festival 2022 Mengupas Tuntas Durga
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.