Yuk Tengok Lagi Sejarah & Makna Sumpah Pemuda yang Dirayakan Setiap 28 Oktober
24 October 2022 |
17:18 WIB
Setiap 28 Oktober, Bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Peringatan ini guna menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dan juga Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebagai momen bersejarah, Sumpah Pemuda penting untuk dimaknai kembali oleh generasi Z dan milenial dalam menghadapi tantangan kehidupan berbangsa dewasa ini.
Caranya, tentu saja dengan mempelajari sejarah dan semangat pemuda di nusantara pada 1928, dan memetik nilai-nilai nasionalisme secara kontekstual. Melansir informasi dari laman Museum Sumpah Pemuda, Sumpah Pemuda bermula dari penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua gagasan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) pada 1928 silam.
Baca juga: Seniman Bandung Membuat Mural Peringati Sumpah Pemuda
PPPI adalah sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres tersebut terlaksana di tiga gedung berbeda, dan terbagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama terlaksana di Gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB) pada Sabtu, 27 Oktober 1928. Soegondo Djojopoespito yang merupakan ketua Kongres Pemuda Kedua dan pendiri PPPI berharap kongres yang berjalan dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari pemuda dalam sambutannya.
Dalam kongres itu juga, Moehammad Jamin menguraikan tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Jamin pada saat itu menyebutkan bahwa ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia. Faktor-faktor itu adalah sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Setelah rapat pertama, kongres melaksanakan rapat kedua pada 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop. Rapat ini membahas tentang pendidikan. Pembicara dalam rapat, yakni Sarmidi Mangoensarkoro dan Poernomowoelan, sepandapat bahwa anak harus mendapatkan pendidikan kebangsaan.
Tidak hanya itu, anak juga harus memiliki keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di dalam rumah. Para anak pun harus dididik secara demokratis.
Pada sesi berikutnya, atau rapat ketiga di Gedung Clubhuis Kramat, Soenario Sastrowardoyo menjelaskan mengenai pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sementara itu, Ramelan menilai bahwa gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Menurutnya, gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak untuk disipilin dan mandiri. Kedua hal ini adalah sikap yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup, para peserta mendengarkan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman, dan kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres yang kini dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Rumusan itu, yakni Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia; Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia; Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.
Bersatu Membangun Bangsa.
Dilansir dari surat edaran Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) tentang Panduan Peringatan ke-94 Hari Sumpah Pemuda, tema peringatan Hari Sumpah Pemuda pada tahun ini adalah Bersatu Bangun Bangsa.
Peringatan pada tahun ini memiliki logo 94 dengan karakteristik penggabungan warna yang menggambarkan Indonesia memiliki keberagaman suku, bangsa, dan budaya.
Dalam logo tersebut juga, garis putih yang berada di dalam angka 9 dan 4 mengikuti bentuk logo dan menjadi satu kesatuan yang menambah indah keberagaman sekaligus menjadi simbol persatuan yang suci.
Baca juga: Kalian Perlu Tahu, Ini Sejarah Berdirinya Patung Pemuda Bundaran Senayan
Kemudian, bentuk lingkaran dalam logo 94 adalah ibarat gambar kepalan tangan yang menggambarkan semangat persatuan dan kepemudaan. Adapun, garis sejajar yang dan mengarah ke atas yang menjadi bagian dalam angka 94 menggambarkan semangat pemuda-pemudi Indonesia untuk terus bangkit bersama sebagai wujud dari rasa cinta Tanah Air, Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Caranya, tentu saja dengan mempelajari sejarah dan semangat pemuda di nusantara pada 1928, dan memetik nilai-nilai nasionalisme secara kontekstual. Melansir informasi dari laman Museum Sumpah Pemuda, Sumpah Pemuda bermula dari penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua gagasan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) pada 1928 silam.
Baca juga: Seniman Bandung Membuat Mural Peringati Sumpah Pemuda
PPPI adalah sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres tersebut terlaksana di tiga gedung berbeda, dan terbagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama terlaksana di Gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB) pada Sabtu, 27 Oktober 1928. Soegondo Djojopoespito yang merupakan ketua Kongres Pemuda Kedua dan pendiri PPPI berharap kongres yang berjalan dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari pemuda dalam sambutannya.
Dalam kongres itu juga, Moehammad Jamin menguraikan tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Jamin pada saat itu menyebutkan bahwa ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia. Faktor-faktor itu adalah sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Setelah rapat pertama, kongres melaksanakan rapat kedua pada 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop. Rapat ini membahas tentang pendidikan. Pembicara dalam rapat, yakni Sarmidi Mangoensarkoro dan Poernomowoelan, sepandapat bahwa anak harus mendapatkan pendidikan kebangsaan.
Tidak hanya itu, anak juga harus memiliki keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di dalam rumah. Para anak pun harus dididik secara demokratis.
Pada sesi berikutnya, atau rapat ketiga di Gedung Clubhuis Kramat, Soenario Sastrowardoyo menjelaskan mengenai pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sementara itu, Ramelan menilai bahwa gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Menurutnya, gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak untuk disipilin dan mandiri. Kedua hal ini adalah sikap yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup, para peserta mendengarkan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman, dan kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres yang kini dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Rumusan itu, yakni Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia; Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia; Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.
Bersatu Membangun Bangsa.
Dilansir dari surat edaran Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) tentang Panduan Peringatan ke-94 Hari Sumpah Pemuda, tema peringatan Hari Sumpah Pemuda pada tahun ini adalah Bersatu Bangun Bangsa.
Peringatan pada tahun ini memiliki logo 94 dengan karakteristik penggabungan warna yang menggambarkan Indonesia memiliki keberagaman suku, bangsa, dan budaya.
Dalam logo tersebut juga, garis putih yang berada di dalam angka 9 dan 4 mengikuti bentuk logo dan menjadi satu kesatuan yang menambah indah keberagaman sekaligus menjadi simbol persatuan yang suci.
Baca juga: Kalian Perlu Tahu, Ini Sejarah Berdirinya Patung Pemuda Bundaran Senayan
Kemudian, bentuk lingkaran dalam logo 94 adalah ibarat gambar kepalan tangan yang menggambarkan semangat persatuan dan kepemudaan. Adapun, garis sejajar yang dan mengarah ke atas yang menjadi bagian dalam angka 94 menggambarkan semangat pemuda-pemudi Indonesia untuk terus bangkit bersama sebagai wujud dari rasa cinta Tanah Air, Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.