Mengenali Penyebab Bumil Gagal Berikan ASI Eksklusif
31 August 2022 |
22:30 WIB
Bagi hampir sebagian besar ibu yang baru melahirkan, bisa menyusui sang buah hati merupakan sebuah kegiatan yang istimewa. Air susu ibu (ASI) memang menjadi santapan terpenting bagi seorang bayi pada waktu pertama kehidupannya di dunia, hingga masa 2 tahun. Maka tidak heran jika para ibu akan melakukan segala cara agar bisa sukses memberikan air susunya kepada sang anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF bahkan memberikan rekomendasi menyusui secara eksklusif sejak lahir selama enam bulan pertama hidupnya, dan tetap disusui bersamaan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi hingga usia 2 tahun atau lebih.
Baca juga: Begini Penjelasan Dokter Tentang Menyusui Anak Berusia Lebih dari 2 Tahun
Kendati demikian, aktivitas menyusui si buah hati ini tidak mudah dilakukan. Tidak sedikit para ibu yang kesulitan mengeluarkan ASI. Selain berdampak buruk pada psikologis sang ibu, kekurangan ASI bagi anak juga akan mengakibatkan pertumbuhan yang tidak optimal.
Di Indonesia, survei Kesehatan Indonesia pada 2013 menunjukkan tingkat pemberian ASI eksklusif masih rendah. Kegagalan pemberian ASI ini bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satunya adalah kondisi lidah dan bibir bayi yang tidak normal.
Mengutip Bisnis Indonesia Weekend edisi Januari 2017, Dokter Spesialis Anak Asti Praborini menjelaskan dalam dunia medis kondisi tersebut dikenal dengan istilah tounge tie dan lip tie. Mudahnya, kondisi ini merupakan keadaan ketika terdapat selaput di bawah lidah anak yang mengganggu pergerakan lidah. Jika selaput tersebut berada di sekitar bibir, maka hal itu disebut lip tongue.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh David Todd, seorang dokter pakar anak asal Australia, menunjukkan bahwa prevalensi penderita kedua kelainan ini mencapai 10 persen. Artinya, jika di Indonesia angka kelahiran bayi mencapai 4,5 juta, diperkirakan 450.000 di antaranya menderita tounge tie dan lip tie.
Asti menjelaskan, kelainan tersebut biasanya menimbulkan gejala seperti lidah bayi yang sulit terangkat hingga tidak bisa menjulur. “Inilah yang membuat bayi sulit menyusu,” ujarnya.
Tidak hanya berbahaya bagi sang anak, masalah tersebut juga membawa dampak negatif bagi ibu. Pasalnya, Asti menjelaskan tongue tie dan lip tie bisa membuat puting ibu bermasalah. Hal ini bisa mulai dari puting payudara menjadi lecet, infeksi, dan menimbulkan rasa sakit, hingga abses dan masitis.
Dampaknya, sang ibu biasanya juga merasa depresi karena tidak bisa memberikan ASI kepada sang anak. Lantas bagaimana solusinya? Asti menuturkan, tatalaksana kelainan ini pada bayi sebenarnya mudah dilakukan yakni dengan memotong selaput yang membatasi gerak lidah bayi. Dalam dunia medis dikenal dengan istilah frenotomi.
Jika selaput yang mengganggu tersebut sudah dibuang, perlekatan mulut bayi saat menyusu akan lebih erat sehingga pemberian ASI akan berjalan lancar. Nah, jika Anda salah satu ibu yang mengalami masalah saat menyusui, jangan dulu putus asa. Segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan solusinya.
Baca juga: 60 Persen Ibu Menyusui Tidak Bahagia saat Menyusui, Apa Penyebabnya?
Editor: Dika Irawan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF bahkan memberikan rekomendasi menyusui secara eksklusif sejak lahir selama enam bulan pertama hidupnya, dan tetap disusui bersamaan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi hingga usia 2 tahun atau lebih.
Baca juga: Begini Penjelasan Dokter Tentang Menyusui Anak Berusia Lebih dari 2 Tahun
Kendati demikian, aktivitas menyusui si buah hati ini tidak mudah dilakukan. Tidak sedikit para ibu yang kesulitan mengeluarkan ASI. Selain berdampak buruk pada psikologis sang ibu, kekurangan ASI bagi anak juga akan mengakibatkan pertumbuhan yang tidak optimal.
Di Indonesia, survei Kesehatan Indonesia pada 2013 menunjukkan tingkat pemberian ASI eksklusif masih rendah. Kegagalan pemberian ASI ini bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satunya adalah kondisi lidah dan bibir bayi yang tidak normal.
Mengutip Bisnis Indonesia Weekend edisi Januari 2017, Dokter Spesialis Anak Asti Praborini menjelaskan dalam dunia medis kondisi tersebut dikenal dengan istilah tounge tie dan lip tie. Mudahnya, kondisi ini merupakan keadaan ketika terdapat selaput di bawah lidah anak yang mengganggu pergerakan lidah. Jika selaput tersebut berada di sekitar bibir, maka hal itu disebut lip tongue.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh David Todd, seorang dokter pakar anak asal Australia, menunjukkan bahwa prevalensi penderita kedua kelainan ini mencapai 10 persen. Artinya, jika di Indonesia angka kelahiran bayi mencapai 4,5 juta, diperkirakan 450.000 di antaranya menderita tounge tie dan lip tie.
Asti menjelaskan, kelainan tersebut biasanya menimbulkan gejala seperti lidah bayi yang sulit terangkat hingga tidak bisa menjulur. “Inilah yang membuat bayi sulit menyusu,” ujarnya.
Tidak hanya berbahaya bagi sang anak, masalah tersebut juga membawa dampak negatif bagi ibu. Pasalnya, Asti menjelaskan tongue tie dan lip tie bisa membuat puting ibu bermasalah. Hal ini bisa mulai dari puting payudara menjadi lecet, infeksi, dan menimbulkan rasa sakit, hingga abses dan masitis.
Dampaknya, sang ibu biasanya juga merasa depresi karena tidak bisa memberikan ASI kepada sang anak. Lantas bagaimana solusinya? Asti menuturkan, tatalaksana kelainan ini pada bayi sebenarnya mudah dilakukan yakni dengan memotong selaput yang membatasi gerak lidah bayi. Dalam dunia medis dikenal dengan istilah frenotomi.
Jika selaput yang mengganggu tersebut sudah dibuang, perlekatan mulut bayi saat menyusu akan lebih erat sehingga pemberian ASI akan berjalan lancar. Nah, jika Anda salah satu ibu yang mengalami masalah saat menyusui, jangan dulu putus asa. Segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan solusinya.
Baca juga: 60 Persen Ibu Menyusui Tidak Bahagia saat Menyusui, Apa Penyebabnya?
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.