Punah di Perairan China, Intip 5 Fakta Menarik Dugong
29 August 2022 |
14:17 WIB
Fakta mengenai dugong yang punah di perairan China memang cukup mencengangkan. Hewan bertubuh gempal pemakan rumput laut itu semakin terancam populasinya akibat aktivitas manusia. Dalam habitatnya, dugong tersebar di perairan Asia dan Afrika, termasuk Indonesia. Diperkirakan saat ini hanya ada 100.000 ekor yang hidup di perairan 40 negara.
Istilah dugong berasal dari bahasa Tagalog yang bersumber dari bahasa Melayu, artinya duyung alias perempuan laut. Dugong adalah salah satu dari 35 jenis mamalia laut di Indonesia, dan merupakan satu-satunya satwa ordo Sirenia yang area tempat tinggalnya tidak terbatas pada perairan pesisir.
Sebagai pengetahuan dan salah satu bentuk upaya meningkatkan rasa tanggung jawab melestarikan hewan laut ini, berikut fakta-fakta menarik dugong yang dirangkum Hypeabis.id:
Baca juga: Spesies Dugong Dinyatakan Punah di Perairan China
Tubuhnya pun besar seperti sapi. Dugong tumbuh dengan panjang maksimum 13 kaki (4 meter) dan berat 595 pon (270 kg). Mamalia laut, termasuk dugong yang biasa disebut ikan duyung ini pertama kali berevolusi pada Zaman Eosen, sekitar 54 juta hingga 34 juta tahun yang lalu. Spesies ini terutama berada di laut dangkal yang luas dan membentang dari Samudra Hindia hingga Pasifik. Namun perairan Australia adalah rumah bagi salah satu populasi dugong terbesar, jumlahya sekitar 80.000 – 85.000 ekor.
Dugong memiliki kemiripan fisik yang dekat dengan manatee. Dugong betina cenderung sedikit lebih besar dari yang jantan. Kulit dugong tebal dan halus dengan warna pucat ketika masih bayi, dan berubah menjadi warna abu-abu gelap kecoklatan di bagian punggungnya menjelang dewasa serta bagian perut dengan warna yang lebih terang.
Warna dugong dapat berubah dengan pertumbuhan alga di kulitnya. Dugong menggunakan ekornya untuk berenang. Bila ekornya diayunkan naik-turun, hal tersebut akan memberi daya dorong baginya untuk berenang maju ke depan.
Selain itu, dugong memiliki ekor yang lebih menyerupai lumba-lumba atau paus. Kepalanya besar dan papak, cocok untuk mengambil nafas dari udara di permukaan air. Mamalia ini hanya bisa menyelam selama 6 menit untuk kemudian harus muncul ke permukaan untuk bernapas. Dugong kadang-kadang berada dalam posisi seperti berdiri dengan kepala berada di atas air untuk bernapas.
Telinga Dugong hampir tidak terlihat tetapi dianggap sangat sensitif dan mengimbangi penglihatan mereka yang buruk. Dugong memiliki gading tetapi hanya terlihat pada jantan dewasa dan betina yang sangat tua. Oleh karena itu, dugong juga disebut gajah laut.
Layaknya sapi, dugong hanya makan rumput yang tumbuh di laut. Mamalia ini harus makan setidaknya 50 kilogram rumput setiap harinya. Mereka lebih menyukai rumput yang tinggi kandungan nitrogen dan rendah serat, sehingga lebih mudah terurai. Dugong memiliki tingkat metabolisme yang sangat lambat dan ketika rumput laut langka mereka juga akan memakan alga.
Oleh karena makan rumput laut, habitat mereka di padang Lamun alias tumbuhan berbunga yang tumbuh membentuk padang rumput atau padang lamun di dasar perairan pesisir yang dangkal. Dugong dikategorikan sebagai binatang nokturnal atau binatang malam, yang artinya hanya akan mencari makan ketika malam hari.
Tidak seperti banyak spesies laut lainnya, perkawinan ikan duyung tidak musiman dan terjadi sepanjang tahun. Duyung jantan akan mengincar hanya satu dugong betina dan bisa saja berkelahi dengan dugong lainnya. Oleh karena itu, satu dugong betina dalam waktu bersamaan bisa dikawini beberapa dugong.
Dugong juga gemar berkelompok antara 5 sampai 10 eko. Terdiri dari induk jantan, betina, dan anaknya atau bergerombol terutama di waktu musim kawin. Tetapi ada kalanya Dugong suka menyendiri. Dugong memiliki sifat monogami dan berkembang biak sangat lambat. Duyung betina dianggap layak kawin pada usia 6 tahun.
Mereka hanya bisa menghasilkan satu anak setiap 2,5-7 tahun dan memiliki masa kehamilan yang lama yakni 13 – 14 bulan. Karena siklus reproduksi yang lamban tersebut, populasi dugong diduga hanya dapat bertahan dengan angka mortalitas yang sangat rendah, yaitu sekitar 1 - 2 persen tiap tahunnya.
Anak-anak duyung menyusu selama 18 bulan atau lebih. Anak sapi laut ini menyusu dari kelenjar susu induknya yang tersembunyi di bawah siripnya. Mereka terus melekat dekat dengan ibunya sampai usia 6 dan 9 tahun.
Dugong mulai dewasa pada usia 10 tahun. Umur rata-rata dugong dapat mencapai hingga 70 tahun bahkan lebih. Usianya dapat diperkirakan dengan menghitung lapisan pertumbuhan yang membentuk gadingnya. Namun sayangnya, karakteristik biologis duyung membuat mereka sangat rentan terhadap ancaman. Mereka adalah mangsa empuk paus pemburu.
Dugong juga masuk ke dalam daftar hewan yang rentan terhadap kepunahan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). CMS mencantumkan dugong dalam Lampiran II-nya, yang berarti bahwa kegiatan kerjasama internasional melintasi batas-batas yurisdiksi dalam jangkauan migrasi dugong sangat penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang hewan ini.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Istilah dugong berasal dari bahasa Tagalog yang bersumber dari bahasa Melayu, artinya duyung alias perempuan laut. Dugong adalah salah satu dari 35 jenis mamalia laut di Indonesia, dan merupakan satu-satunya satwa ordo Sirenia yang area tempat tinggalnya tidak terbatas pada perairan pesisir.
Sebagai pengetahuan dan salah satu bentuk upaya meningkatkan rasa tanggung jawab melestarikan hewan laut ini, berikut fakta-fakta menarik dugong yang dirangkum Hypeabis.id:
Baca juga: Spesies Dugong Dinyatakan Punah di Perairan China
1. Disebut sebagai Sapi Laut
Dugong bagian dari ordo Sirenia. Semua anggota Sirenia adalah mamalia laut herbivora. Hewan langka ini juga disebut sebagai sapi laut. Bukan tanpa alasan, hal tersebut disebabkan dugong yang menggunakan bibiar atas kuat dan sumbing untuk mencabut rumput laut dari dasar laut. Perilaku yang mirip dengan sapi di daratan.Tubuhnya pun besar seperti sapi. Dugong tumbuh dengan panjang maksimum 13 kaki (4 meter) dan berat 595 pon (270 kg). Mamalia laut, termasuk dugong yang biasa disebut ikan duyung ini pertama kali berevolusi pada Zaman Eosen, sekitar 54 juta hingga 34 juta tahun yang lalu. Spesies ini terutama berada di laut dangkal yang luas dan membentang dari Samudra Hindia hingga Pasifik. Namun perairan Australia adalah rumah bagi salah satu populasi dugong terbesar, jumlahya sekitar 80.000 – 85.000 ekor.
2. Penampilan yang Unik
Dugong memiliki kemiripan fisik yang dekat dengan manatee. Dugong betina cenderung sedikit lebih besar dari yang jantan. Kulit dugong tebal dan halus dengan warna pucat ketika masih bayi, dan berubah menjadi warna abu-abu gelap kecoklatan di bagian punggungnya menjelang dewasa serta bagian perut dengan warna yang lebih terang.Warna dugong dapat berubah dengan pertumbuhan alga di kulitnya. Dugong menggunakan ekornya untuk berenang. Bila ekornya diayunkan naik-turun, hal tersebut akan memberi daya dorong baginya untuk berenang maju ke depan.
Selain itu, dugong memiliki ekor yang lebih menyerupai lumba-lumba atau paus. Kepalanya besar dan papak, cocok untuk mengambil nafas dari udara di permukaan air. Mamalia ini hanya bisa menyelam selama 6 menit untuk kemudian harus muncul ke permukaan untuk bernapas. Dugong kadang-kadang berada dalam posisi seperti berdiri dengan kepala berada di atas air untuk bernapas.
Telinga Dugong hampir tidak terlihat tetapi dianggap sangat sensitif dan mengimbangi penglihatan mereka yang buruk. Dugong memiliki gading tetapi hanya terlihat pada jantan dewasa dan betina yang sangat tua. Oleh karena itu, dugong juga disebut gajah laut.
3. Rumput Laut sebagai Makanan Utama
Layaknya sapi, dugong hanya makan rumput yang tumbuh di laut. Mamalia ini harus makan setidaknya 50 kilogram rumput setiap harinya. Mereka lebih menyukai rumput yang tinggi kandungan nitrogen dan rendah serat, sehingga lebih mudah terurai. Dugong memiliki tingkat metabolisme yang sangat lambat dan ketika rumput laut langka mereka juga akan memakan alga.Oleh karena makan rumput laut, habitat mereka di padang Lamun alias tumbuhan berbunga yang tumbuh membentuk padang rumput atau padang lamun di dasar perairan pesisir yang dangkal. Dugong dikategorikan sebagai binatang nokturnal atau binatang malam, yang artinya hanya akan mencari makan ketika malam hari.
4. Reproduksi yang Lambat
Tidak seperti banyak spesies laut lainnya, perkawinan ikan duyung tidak musiman dan terjadi sepanjang tahun. Duyung jantan akan mengincar hanya satu dugong betina dan bisa saja berkelahi dengan dugong lainnya. Oleh karena itu, satu dugong betina dalam waktu bersamaan bisa dikawini beberapa dugong. Dugong juga gemar berkelompok antara 5 sampai 10 eko. Terdiri dari induk jantan, betina, dan anaknya atau bergerombol terutama di waktu musim kawin. Tetapi ada kalanya Dugong suka menyendiri. Dugong memiliki sifat monogami dan berkembang biak sangat lambat. Duyung betina dianggap layak kawin pada usia 6 tahun.
Mereka hanya bisa menghasilkan satu anak setiap 2,5-7 tahun dan memiliki masa kehamilan yang lama yakni 13 – 14 bulan. Karena siklus reproduksi yang lamban tersebut, populasi dugong diduga hanya dapat bertahan dengan angka mortalitas yang sangat rendah, yaitu sekitar 1 - 2 persen tiap tahunnya.
5. Bisa Hidup Puluhan Tahun
Anak-anak duyung menyusu selama 18 bulan atau lebih. Anak sapi laut ini menyusu dari kelenjar susu induknya yang tersembunyi di bawah siripnya. Mereka terus melekat dekat dengan ibunya sampai usia 6 dan 9 tahun.Dugong mulai dewasa pada usia 10 tahun. Umur rata-rata dugong dapat mencapai hingga 70 tahun bahkan lebih. Usianya dapat diperkirakan dengan menghitung lapisan pertumbuhan yang membentuk gadingnya. Namun sayangnya, karakteristik biologis duyung membuat mereka sangat rentan terhadap ancaman. Mereka adalah mangsa empuk paus pemburu.
Dugong juga masuk ke dalam daftar hewan yang rentan terhadap kepunahan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). CMS mencantumkan dugong dalam Lampiran II-nya, yang berarti bahwa kegiatan kerjasama internasional melintasi batas-batas yurisdiksi dalam jangkauan migrasi dugong sangat penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang hewan ini.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.