Pelesiran Asyik: Mengunjungi Hotel Mewah dari Jakarta hingga Bali
27 June 2022 |
14:00 WIB
Jika paduannya tepat sentuhan etnik pun dapat memunculkan kesan mewah nan eksklusif. Seperti itulah kesan yang muncul kala penulis menyusuri sudut- sudut hotel Gran Melia Jakarta, Melia Bali, dan Sol Beach House Benoa, Bali. Ketiga hotel yang berada di bawah naungan Melia Hotel International asal Spanyol ini menonjolkan kesan etnik pada bagian eksterior maupun interior bangunannya.
Kunjungan pertama yang dilakukan penulis adalah mengunjungi area lobi seluas 230 x 9,15 meter bernama bernama The Red Level Lounge yang bertempat di lantai 14, Gran Melia Jakarta. Sebuah area layanan khusus untuk tamu-tamu yang ingin menikmati fasilitas-fasilitas yang meliputi butler personal, akses ke lounge VIP dengan check-in dan check-out personal dan kamar premium.
Direnovasi pada 2012, Red Level ini menjadi ciri khas Gran Melia Hotel di mana pun berada. Area lobi ini didominasi warna keemasan dan hitam pada elemen interiornya. Partisi ruangan didesain dengan motif batik bergaya mediterania, selaras dengan sofa-sofa bergaya klasik. Adapun lantainya dilapisi alas bermotif mediterania. Alhasil kombinasi ini menciptakan perpaduan antara kemewahan, ekslusif, dan nuansa etnik.
Baca juga: Rekomendasi Tempat Staycation di Jakarta: Yuk Cek Hotel Hilton Garden Inn Taman Palem
General Manager Gran Melia Jakarta Ruth Abellan mengatakan, meski area didesain dengan gaya mediterania tetapi tetap kental dengan sentuhan budaya Indonesia. Sentuhan itu tidak terbatas pada elemen dekoratif saja tetapi juga tercermin pada tenun ikat yang menjadi seragam para staf. Dengan cara tersebut para tamu hotel tidak lupa bahwa mereka sedang berada di Indonesia.
Baca juga: 5 Kafe di Jakarta Barat yang Asyik buat Hangout
Selebihnya motif-motif mediterania dan penggunaan warna-warna keemasan di sudut-sudut Red Level Lounge sesungguhnya ingin menegaskan bahwa area ini ekslusif karena berbeda dengan area lainnya di hotel ini. “Kami ingin menampilkan desain interior berstkalianr modern,” ujarnya.
Selepas merasakan kemewahan Red Level Lounge, perjalanan kami berlanjut ke Bali untuk mengunjungi Melia Bali dan Sol Beach Benoa.
Menjejakkan kaki di hotel Melia Bali di kawasan Nusa Dua Bali, kesan tradisional ala Pulau Dewata sangat terasa dari sisi arsitektur bangunan hotel. Beberapa diantaranya terlihat pada penggunaan batu bata khas Bali, relief, dan dekorasi khas Bali. Hotel Melia Bali yang dibuka oleh Presiden Soeharto dan Ibu Tien pada 2 Desember 1985, merupakan ekspansi pertama Melia Hotel International di luar kawasan Spanyol.
Desain arsitektur dibuat oleh arsitek asal Negeri Matador, Emilio Nadal. Selama ini, Nadal dikenal sebagai arsitek yang mendedikasikan hidupnya untuk meneliti arsitektur dan gaya hidup di Bali. Di antara fasilitas yang tersedia di hotel ini terdapat penginapan berkonsep vila. Terdapat 10 vila di Melia Bali.
Salah satu vila tersebut bernama vila Dharmawangsa. Dibangun terpisah dari bangunan utama menjadikan vila ini sangat ekslusif. Sisi eksterior dan interior vila juga tak lepas dari unsur-unsur tradisional Bali. Setidaknya itu yang terlihat dari penggunaan jerami untuk atap hingga kayu jati sebagai pilar bangunan, dan digunakan sebagai material utama untuk perabotannya.
Di dalam vila, tersedia satu tempat tidur dengan empat pilar lengkap dengan kelambu putihnya. Adapun dindingnya dibuat dengan susunan batu-batu alam.
Secara keseluruhan vila ini memberikan kesan natural sekaligus personal bagi siapa pun yang mengunjunginya. Manajemen hotel memastikan seluruh perabotan di hotel ini merupakan perabotan asli Bali. Hal ini dilakukan agar para tamu hotel benar-benar merasakan sensasi Bali yang sesungguhnya. Terlebih mayoritas tamu yang berkunjung ke hotel ini sebagian besar dari mancanegara seperti Eropa, Asia, dan Amerika.
General Manager Melia Bali Eduardo Perera Castro mengatakan di mana pun Melia dibangun, akan menyangkutkan aspek kebudayaan setempat. “Jika kalian keliling hotel [Melia Bali] ini sangat jelas terlihat ini adalah hotel berarsitektur Bali. Kami menawarkan layanan Bali kepada para tamu yang mayoritas berasal dari mancanegara,” katanya.
Pemandangan yang tak jauh berbeda juga terlihat di Sol Beach House Benoa. Hotel ini juga tak luput memanjakan pengunjungnya dengan sentuhan Bali di sisi eksterior maupun interiornya. Namun, desain interior kamar tidur pada hotel ini juga mengombinasikan Bali dengan perabotan yang gaya rustic. Kamar berkapasitas enam orang ini memiliki dua lantai sehingga sangat cocok bagi mereka yang hendak liburan bersama keluarga.
Elemen tambahan berupa sofa-sofa beanbag berwarna hijau tosca menjadikan ruangan ini lebih bergaya anak muda. Menariknya pintu kamar bagian dalam didesain dengan ukiran Bali. Selain di sofa beanbag, hijau tosca juga tampak pada sudut-sudut ruang lainnya. Ternyata, warna ini merupakan ciri khas hotel. Asst. Director of Sales Sol Beach House Benoa Bali Gregorius Mogot mengatakan, desain interior dalam kamar tidur tidak berubah sejak hotel ini dibangun.
Dengan cara ini manajemennya ingin para pengunjung yang menginap di hotel ini merasakan nuansa Bali dengan kesan kekinian. Bagi masyarakat lokal, nuansa tradisional sudah biasa dinikmati. Namun, bila dikemas dengan sedemikian rupa seperti yang dilakukan hotel berstandar internasional, maka hasilnya akan menjadi luar biasa.
Catatan redaksi: artikel diambil dari BI Weekend edisi 6 November 2016.
Editor: Gita Carla
Kunjungan pertama yang dilakukan penulis adalah mengunjungi area lobi seluas 230 x 9,15 meter bernama bernama The Red Level Lounge yang bertempat di lantai 14, Gran Melia Jakarta. Sebuah area layanan khusus untuk tamu-tamu yang ingin menikmati fasilitas-fasilitas yang meliputi butler personal, akses ke lounge VIP dengan check-in dan check-out personal dan kamar premium.
Direnovasi pada 2012, Red Level ini menjadi ciri khas Gran Melia Hotel di mana pun berada. Area lobi ini didominasi warna keemasan dan hitam pada elemen interiornya. Partisi ruangan didesain dengan motif batik bergaya mediterania, selaras dengan sofa-sofa bergaya klasik. Adapun lantainya dilapisi alas bermotif mediterania. Alhasil kombinasi ini menciptakan perpaduan antara kemewahan, ekslusif, dan nuansa etnik.
Baca juga: Rekomendasi Tempat Staycation di Jakarta: Yuk Cek Hotel Hilton Garden Inn Taman Palem
(Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan)
Baca juga: 5 Kafe di Jakarta Barat yang Asyik buat Hangout
Selebihnya motif-motif mediterania dan penggunaan warna-warna keemasan di sudut-sudut Red Level Lounge sesungguhnya ingin menegaskan bahwa area ini ekslusif karena berbeda dengan area lainnya di hotel ini. “Kami ingin menampilkan desain interior berstkalianr modern,” ujarnya.
Selepas merasakan kemewahan Red Level Lounge, perjalanan kami berlanjut ke Bali untuk mengunjungi Melia Bali dan Sol Beach Benoa.
Kehangatan Budaya
(Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan)
Desain arsitektur dibuat oleh arsitek asal Negeri Matador, Emilio Nadal. Selama ini, Nadal dikenal sebagai arsitek yang mendedikasikan hidupnya untuk meneliti arsitektur dan gaya hidup di Bali. Di antara fasilitas yang tersedia di hotel ini terdapat penginapan berkonsep vila. Terdapat 10 vila di Melia Bali.
Salah satu vila tersebut bernama vila Dharmawangsa. Dibangun terpisah dari bangunan utama menjadikan vila ini sangat ekslusif. Sisi eksterior dan interior vila juga tak lepas dari unsur-unsur tradisional Bali. Setidaknya itu yang terlihat dari penggunaan jerami untuk atap hingga kayu jati sebagai pilar bangunan, dan digunakan sebagai material utama untuk perabotannya.
Di dalam vila, tersedia satu tempat tidur dengan empat pilar lengkap dengan kelambu putihnya. Adapun dindingnya dibuat dengan susunan batu-batu alam.
Secara keseluruhan vila ini memberikan kesan natural sekaligus personal bagi siapa pun yang mengunjunginya. Manajemen hotel memastikan seluruh perabotan di hotel ini merupakan perabotan asli Bali. Hal ini dilakukan agar para tamu hotel benar-benar merasakan sensasi Bali yang sesungguhnya. Terlebih mayoritas tamu yang berkunjung ke hotel ini sebagian besar dari mancanegara seperti Eropa, Asia, dan Amerika.
General Manager Melia Bali Eduardo Perera Castro mengatakan di mana pun Melia dibangun, akan menyangkutkan aspek kebudayaan setempat. “Jika kalian keliling hotel [Melia Bali] ini sangat jelas terlihat ini adalah hotel berarsitektur Bali. Kami menawarkan layanan Bali kepada para tamu yang mayoritas berasal dari mancanegara,” katanya.
Pemandangan yang tak jauh berbeda juga terlihat di Sol Beach House Benoa. Hotel ini juga tak luput memanjakan pengunjungnya dengan sentuhan Bali di sisi eksterior maupun interiornya. Namun, desain interior kamar tidur pada hotel ini juga mengombinasikan Bali dengan perabotan yang gaya rustic. Kamar berkapasitas enam orang ini memiliki dua lantai sehingga sangat cocok bagi mereka yang hendak liburan bersama keluarga.
Elemen tambahan berupa sofa-sofa beanbag berwarna hijau tosca menjadikan ruangan ini lebih bergaya anak muda. Menariknya pintu kamar bagian dalam didesain dengan ukiran Bali. Selain di sofa beanbag, hijau tosca juga tampak pada sudut-sudut ruang lainnya. Ternyata, warna ini merupakan ciri khas hotel. Asst. Director of Sales Sol Beach House Benoa Bali Gregorius Mogot mengatakan, desain interior dalam kamar tidur tidak berubah sejak hotel ini dibangun.
Dengan cara ini manajemennya ingin para pengunjung yang menginap di hotel ini merasakan nuansa Bali dengan kesan kekinian. Bagi masyarakat lokal, nuansa tradisional sudah biasa dinikmati. Namun, bila dikemas dengan sedemikian rupa seperti yang dilakukan hotel berstandar internasional, maka hasilnya akan menjadi luar biasa.
Catatan redaksi: artikel diambil dari BI Weekend edisi 6 November 2016.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.