Suka Berburu Produk yang Berkaitan dengan Idola? Ini Kata Psikolog
16 June 2021 |
13:58 WIB
Genhype ingat dengan fenomena para penggemar boy group BTS atau ARMY serta masyarakat yang membeli produk makanan kolaborasi antara BTS dan gerai makanan cepat saji McDonald's?
Meski fenomena ini sebenarnya baru-baru saja meledak sebagai akibat tingginya permintaan, tapi sebenarnya fenomena penggemar remaja maupun dewasa yang membeli berbagai produk yang mengandung embel-embel artis idola mereka merupakan hal yang sudah lama terjadi bahkan jauh sebelum K-pop mulai populer di masyarakat.
Enggak hanya kolaborasi makanan, tapi hal ini juga bisa dilihat kembali dari beberapa hal yang lebih umum terjadi di kalangan penggemar, mulai dari pembelian kaos dengan gambar karakter animasi atau karakter komik hingga pembelian produk kecantikan dengan hadiah poster atau photocard (sejenis kartu koleksi, biasanya dengan foto artis).
Lantas, mengapa ada penggemar yang rela membeli produk kolaborasi perusahaan tertentu dengan figur publik sekalipun harganya bisa saja tidak masuk akal bagi masyarakat umum?
Psikolog klinis dewasa Ade Lestari menyebutkan fenomena ini ada karena kebutuhan penggemar, baik orang dewasa maupun remaja, untuk bisa merasa lebih dekat dengan idolanya melalui berbagai cara.
Salah satunya adalah dengan mendukung kegiatan yang terkait dengan idolanya termasuk perilisan merchandise yang berhubungan dengan figur publik tersebut.
"Besarnya kebutuhan ini bervariasi pada setiap orang tergantung pada tingkat kekaguman atau ketertarikannya pada idola tersebut. Semakin suka, semakin besar kebutuhannya untuk merasa terikat dengan idolanya, semakin besar juga usahanya untuk mendukung dan/atau mengkoleksi segala hal yang terkait dengan idolanya," jelas Ade dalam wawancara dengan Hypeabis.id melalui percakapan daring.
Sementara itu psikolog anak dan remaja dari PION Clinican, Katarina Ira Puspita, menambahkan bahwa dalam pembelian barang berkaitan dengan idola ini ada dua faktor yang memengaruhi keputusan untuk membeli.
Pertama, membeli karena membutuhkan dan memberikan manfaat. Kedua, Membeli karena dapat memenuhi kebutuhan psikologis seperti kepuasan, prestise, emosi, dan perasaan subyektif.
"Ketika suatu barang dianggap dapat memenuhi salah satu atau bahkan kedua alasan tersebut maka seseorang akan mau membelinya," tambah Katarina.
Akan tetapi dalam proses pembelian merchandise ini, kadang Genhype mengetahui bahkan mengalaminya langsung ketika melihat beberapa variasi merchandise yang ditawarkan memiliki harga ratusan hingga jutaan Rupiah. Tapi menariknya, sebagian penggemar yang sudah tahu harga tersebut akan tetap membelinya bahkan dalam keadaan impulsif sekalipun.
"Pada pembelanjaan impulsif, faktor psikologis yang lebih berperan dalam pengambilan keputusan untuk membeli. Merasa suka, puas kalau sudah membelinya tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut diperlukan atau memberikan manfaat," tutur Katarina yang juga merupakan dosen pengajar jurusan Psikologi di Universitas Bina Nusantara.
Meski bisa saja hal ini dianggap sebagian masyarakat sebagai hal yang berlebihan pada tingkatan tertentu, apalagi dengan mengeluarkan biaya yang bisa saja dianggap tidak masuk akal, tapi baik Ade maupun Katarina sama-sama setuju bahwa bagi penggemar pembelian tersebut masih sangat masuk akal.
"Ketika seseorang sudah memuja idolanya secara berlebihan maka ia rela mengeluarkan biaya berapapun untuk idolanya. Hal ini dianggap mereka sebagai bentuk dukungan dan juga keterikatan dengan idolanya," kata Katarina.
Editor: M R Purboyo
Meski fenomena ini sebenarnya baru-baru saja meledak sebagai akibat tingginya permintaan, tapi sebenarnya fenomena penggemar remaja maupun dewasa yang membeli berbagai produk yang mengandung embel-embel artis idola mereka merupakan hal yang sudah lama terjadi bahkan jauh sebelum K-pop mulai populer di masyarakat.
Enggak hanya kolaborasi makanan, tapi hal ini juga bisa dilihat kembali dari beberapa hal yang lebih umum terjadi di kalangan penggemar, mulai dari pembelian kaos dengan gambar karakter animasi atau karakter komik hingga pembelian produk kecantikan dengan hadiah poster atau photocard (sejenis kartu koleksi, biasanya dengan foto artis).
Lantas, mengapa ada penggemar yang rela membeli produk kolaborasi perusahaan tertentu dengan figur publik sekalipun harganya bisa saja tidak masuk akal bagi masyarakat umum?
Psikolog klinis dewasa Ade Lestari menyebutkan fenomena ini ada karena kebutuhan penggemar, baik orang dewasa maupun remaja, untuk bisa merasa lebih dekat dengan idolanya melalui berbagai cara.
Salah satunya adalah dengan mendukung kegiatan yang terkait dengan idolanya termasuk perilisan merchandise yang berhubungan dengan figur publik tersebut.
"Besarnya kebutuhan ini bervariasi pada setiap orang tergantung pada tingkat kekaguman atau ketertarikannya pada idola tersebut. Semakin suka, semakin besar kebutuhannya untuk merasa terikat dengan idolanya, semakin besar juga usahanya untuk mendukung dan/atau mengkoleksi segala hal yang terkait dengan idolanya," jelas Ade dalam wawancara dengan Hypeabis.id melalui percakapan daring.
Sementara itu psikolog anak dan remaja dari PION Clinican, Katarina Ira Puspita, menambahkan bahwa dalam pembelian barang berkaitan dengan idola ini ada dua faktor yang memengaruhi keputusan untuk membeli.
Pertama, membeli karena membutuhkan dan memberikan manfaat. Kedua, Membeli karena dapat memenuhi kebutuhan psikologis seperti kepuasan, prestise, emosi, dan perasaan subyektif.
"Ketika suatu barang dianggap dapat memenuhi salah satu atau bahkan kedua alasan tersebut maka seseorang akan mau membelinya," tambah Katarina.
Akan tetapi dalam proses pembelian merchandise ini, kadang Genhype mengetahui bahkan mengalaminya langsung ketika melihat beberapa variasi merchandise yang ditawarkan memiliki harga ratusan hingga jutaan Rupiah. Tapi menariknya, sebagian penggemar yang sudah tahu harga tersebut akan tetap membelinya bahkan dalam keadaan impulsif sekalipun.
"Pada pembelanjaan impulsif, faktor psikologis yang lebih berperan dalam pengambilan keputusan untuk membeli. Merasa suka, puas kalau sudah membelinya tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut diperlukan atau memberikan manfaat," tutur Katarina yang juga merupakan dosen pengajar jurusan Psikologi di Universitas Bina Nusantara.
Meski bisa saja hal ini dianggap sebagian masyarakat sebagai hal yang berlebihan pada tingkatan tertentu, apalagi dengan mengeluarkan biaya yang bisa saja dianggap tidak masuk akal, tapi baik Ade maupun Katarina sama-sama setuju bahwa bagi penggemar pembelian tersebut masih sangat masuk akal.
"Ketika seseorang sudah memuja idolanya secara berlebihan maka ia rela mengeluarkan biaya berapapun untuk idolanya. Hal ini dianggap mereka sebagai bentuk dukungan dan juga keterikatan dengan idolanya," kata Katarina.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.