Peneliti sedang menganalisis virus (Sumber gambar : Unsplash/CDC)

5.504 Virus RNA Baru ditemukan di Laut

11 April 2022   |   11:24 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Virus hidup dan berkembang biak di sekitar kita. Ada yang berevolusi, ada pula jenis baru yang terbentuk dan bisa saja merugikan manusia, seperti halnya virus corona. Nah, baru-baru ini, para peneliti dari Ohio State University mengidentifikasi ribuan virus RNA di lautan melalui analisis materi genetik.

Mereka menganalisis 35.000 sampel air yang diambil dari 121 lokasi dari lima lautan dunia selama empat tahun. Adapun para peneliti adalah bagian dari Tara Oceans Consortium, sebuah proyek global untuk mempelajari dampak perubahan iklim di lautan.

Dalam penelitian yang terbit di jurnal Science itu, para peneliti memeriksa urutan genetik yang diekstraksi dari plankton. Profesor Mikrobiologi dari Ohio State University Mattew Sulivan sebagai peneliti utama menerangkan plankton adalah organisme air yang sangat kecil untuk berenang melawan arus dan merupakan bagian penting dari rantai makanan laut serta inang umum bagi virus RNA.

Para peneliti selanjutnya menentukan hubungan evolusioner antara gen-gen ini. Mereka menemukan sekuens milik virus RNA dengan mencari gen kuno yang disebut RdRp, ditemukan di semua virus RNA tetapi tidak ada pada virus dan sel lain. 

Oleh karena evolusi gen berjalan begitu jauh ke belakang, sulit bagi para peneliti untuk menentukan hubungan evolusi antara urutan. Untuk itu, Sullivan dan rekan-rekannya menggunakan pembelajaran mesin untuk membantu mengaturnya. Dari hasil skrining, mereka mengidentifikasi lebih dari 44.000 gen yang mengkode protein virus.

"Kami mengidentifikasi total 5.504 virus RNA laut baru dan menggandakan jumlah filum virus RNA yang diketahui dari lima menjadi 10," ujar Sullivan dilansir dari The Conversation, Senin (11/4/2022).

Adapun lima filum yang baru, diberi nama Taraviricota, Pomiviricota, Paraxenoviricota, Wamoviricota dan Arctiviricota. Spesies virus dalam filum Taraviricota kata Sullivan sangat melimpah di perairan beriklim sedang dan tropis, sementara virus dalam filum Arctiviricota berlimpah di Samudra Arktik. 

"Kami percaya bahwa Taraviricota mungkin merupakan mata rantai yang hilang dalam evolusi virus RNA yang telah lama dicari oleh para peneliti, menghubungkan dua cabang berbeda dari virus RNA yang berbeda dalam cara mereka bereplikasi," ungkap Sullivan.

Sementara itu, dia menjelaskan alasan penelitian terhadap virus berbasis RNA ini karena virus tersebut paling dikenal sebagai pembawa penyakit, mulai dari flu hingga Covid-19. "Mereka juga menginfeksi tumbuhan dan hewan yang penting bagi manusia," tegas Sullivan.

Lagi pula, penelitian terhadap virus RNA masih minim padahal virus ini berkembang lebih cepat daripada virus yang menggunakan DNA sebagai meteri genetiknya.

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Penulis Naskah Lee Soo-yeon Ungkap 5 Fakta Proses Produksi Serial Grid

BERIKUTNYA

7 Cara Sehat Hadapi Stres

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: