Simak Perjalanan Karier Dokter Terawan yang Selalu Viral
27 March 2022 |
15:04 WIB
Kabar mengejutkan datang dari dunia kesehatan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) resmi memecat mantan menteri kesehatan dr Terawan Agus Putranto dari keanggotaan. Keputusan tersebut diambil lantaran mantan menteri kesehatan itu dianggap melakukan pelanggaran etik berat.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat IDI dalam suratnya mencatat ada lima kesalahan yang dilakukan Terawan. Pertama, Terawan belum menyerahkan bukti telah menjalankan sanksi etik sesuai SK MKEK tanggal 12 Februari 2018 hingga hari ini.
Kedua, Terawan melakukan promosi kepada masyarakat luas tentang Vaksin Nusantara sebelum penelitian vaksin tersebut selesai. Dikatakan bahwa keberadaan Vaksin Nusantara memang menjadi perdebatan dan polemik karena ketidakjelasannya.
Ketiga, Terawan bertindak sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) yang mana badan tersebut dibentuk tanpa melalui prosedur sesuai Tatalaksana dan Organisasi (ORTALA) IDI dan proses pengesahan di Muktamar IDI.
Keempat, dia menerbitkan Surat Edaran (SE) pada 11 Desember 2021 yang berisikan instruksi "kepada seluruh ketua cabang dan anggota PDSKRI di seluruh Indonesia agar tidak merespon ataupun menghadiri" acara PB IDI.
Kelima, Terawan mengajukan permohonan perpindahan keanggotaan dari IDI Cabang Jakarta Pusat ke IDI Cabang Jakarta Barat yang salah satu syaratnya adalah mengisi form mutasi keanggotaan yang berisi pernyataan tentang menjalani sanksi organisasi dan/atau terkena sanksi IDI.
Lepas dari polemik pemecatan ini, berikut gambaran perjalanan singkat karir Terawan yang dirangkum Hypeabis.id.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat IDI dalam suratnya mencatat ada lima kesalahan yang dilakukan Terawan. Pertama, Terawan belum menyerahkan bukti telah menjalankan sanksi etik sesuai SK MKEK tanggal 12 Februari 2018 hingga hari ini.
Kedua, Terawan melakukan promosi kepada masyarakat luas tentang Vaksin Nusantara sebelum penelitian vaksin tersebut selesai. Dikatakan bahwa keberadaan Vaksin Nusantara memang menjadi perdebatan dan polemik karena ketidakjelasannya.
Ketiga, Terawan bertindak sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) yang mana badan tersebut dibentuk tanpa melalui prosedur sesuai Tatalaksana dan Organisasi (ORTALA) IDI dan proses pengesahan di Muktamar IDI.
Keempat, dia menerbitkan Surat Edaran (SE) pada 11 Desember 2021 yang berisikan instruksi "kepada seluruh ketua cabang dan anggota PDSKRI di seluruh Indonesia agar tidak merespon ataupun menghadiri" acara PB IDI.
Kelima, Terawan mengajukan permohonan perpindahan keanggotaan dari IDI Cabang Jakarta Pusat ke IDI Cabang Jakarta Barat yang salah satu syaratnya adalah mengisi form mutasi keanggotaan yang berisi pernyataan tentang menjalani sanksi organisasi dan/atau terkena sanksi IDI.
Lepas dari polemik pemecatan ini, berikut gambaran perjalanan singkat karir Terawan yang dirangkum Hypeabis.id.
1. Fokus jadi Dokter
Mengutip Biografiku, Terawan yang lahir di Yogyakarta pada 5 Agustus 1964, pertama kali mengenyam pendidikan kedokteran di Universitas Gajah Mada selepas lulus SMA. Prestasinya cukup baik dan berhasil lulus menjadi dokter pada 1990, saat usianya 26 tahun.
Terawan kemudian bergabung dengan TNI Angkatan Darat melalui jalur Korps Kesehatan Militer. Berbekal beasiswa ikatan dinas, Terawan mengambil gelar master di bidang spesialis Radiologi di Universitas Airlangga dan selesai pada 2004.
Pada 2009, dia bergabung dalam jajaran tim dokter kepresidenan. Namun demikian, dia terus memperdalam ilmu kedokterannya dengan menempuh program Doktor (S3) di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Terawan kemudian bergabung dengan TNI Angkatan Darat melalui jalur Korps Kesehatan Militer. Berbekal beasiswa ikatan dinas, Terawan mengambil gelar master di bidang spesialis Radiologi di Universitas Airlangga dan selesai pada 2004.
Pada 2009, dia bergabung dalam jajaran tim dokter kepresidenan. Namun demikian, dia terus memperdalam ilmu kedokterannya dengan menempuh program Doktor (S3) di Universitas Hasanuddin, Makassar.
2. Kembangkan Metode Cuci Otak untuk Pasien Stroke
Pada 2018, Terawan seketika viral dengan metode cuci otak atau Digital Substraction Angiography (DSA) untuk menyembuhkan pasien stroke. Dia mengklaim pasien bisa sembuh 4-5 jam pascaoperasi.
Dengan menciptakan nama paten Terawan Theory, Terawan mengklaim metodenya sudah diuji secara ilmiah melalui disertasi untuk meraih gelar doktor bertajuk 'Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis'.
Dengan menciptakan nama paten Terawan Theory, Terawan mengklaim metodenya sudah diuji secara ilmiah melalui disertasi untuk meraih gelar doktor bertajuk 'Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis'.
3. Dilantik jadi Menteri Kesehatan
Setahun setelah metode pengobatannya viral, Presiden Joko Widodo melantik Terawan menjadi menteri kesehatan Anggota Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Sebelum dilantik, Jokowi pun memberikan kenaikan pangkat luar biaa dari bintang dua menjadi bintang tiga. Pemilihan Terawan sebagai menteri kesehatan kala itu sempat dipermasalahkan IDI.
Jabatan Terawan pun tidak bertahan terlalu lama dengan adanya reshuffle kabinet pada Desember 2020.
Jabatan Terawan pun tidak bertahan terlalu lama dengan adanya reshuffle kabinet pada Desember 2020.
4. Mengembangkan Vaksin Nusantara
Setelah tidak menjabat sebagai menteri kesehatan, Terawan mengembangkan Vaksin Nusantara dalam upaya penanganan Covid-19.
Vaksin berbasis sel dendritik ini awalnya tidak mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan uji klinik. Namun sejumlah anggota DPR, pejabat, tokoh publik, artis, hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjalani penyuntikan vaksin Nusantara pada tahap uji klinik fase 2. Hingga kini keberadaan vaksin Nusantara masih menuai perdebatan.
Editor: Nirmala Aninda
Vaksin berbasis sel dendritik ini awalnya tidak mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan uji klinik. Namun sejumlah anggota DPR, pejabat, tokoh publik, artis, hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjalani penyuntikan vaksin Nusantara pada tahap uji klinik fase 2. Hingga kini keberadaan vaksin Nusantara masih menuai perdebatan.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.