Menguak Tragedi Jatuhnya Pesawat Boeing dalam Film Downfall: The Case Against Boeing
24 February 2022 |
14:00 WIB
Netflix merilis film dokumenter Downfall: The Case Against Boeing. Film yang disutradarai Rory Kennedy itu merupakan dokumenter tentang kasus jatuhnya 2 pesawat Boeing seri 737 Max milik maskapai Lion Air penerbangan 610 pada 2018 dan Ethiopian Airlines penerbangan 302 pada 2019.
Lewat dokumenter ini, para penyelidik yang terdiri dari pakar penerbangan, jurnalis, mantan karyawan Boeing, Kongres Amerika Serikat, hingga keluarga korban, menguak bagaimana Boeing lebih mementingkan keuntungan perusahan daripada keselamatan banyak orang, yang berujung pada dua kecelakaan fatal dalam hitungan bulan.
Alur film dokumenter ini dimulai dengan latar belakang adanya dua peristiwa kecelakaan pesawat yang sempat menghebohkan dunia. Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan pada 29 Oktober 2018 setelah beberapa menit lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pangkal Pinang. Sebanyak 189 orang menjadi korban.
Selang lima bulan, Ethiopian Airlines ET 302 mengalami kecelakaan pada 10 Maret 2019 setelah beberapa menit lepas landas dari ibu kota Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya. Pada kecelakaan ini, sebanyak 157 penumpang dan awak pesawat meninggal.
Diketahui, dua pesawat tersebut merupakan produk perusahaan Boeing yaitu jenis Boeing 737 Max. Peristiwa ini kemudian memunculkan pelbagai polemik dan perdebatan antara perusahaan, tim penyelidik dan keluarga korban.
Perusahaan Boeing sempat mengklaim bahwa jatuhnya pesawat disebabkan pilot yang kurang kompeten. Namun, pernyataan itu berbanding terbalik dengan temuan tim penyelidik dengan sederet bukti yang ditemukan.
Penyebab kecelakaan Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302 terungkap karena kegagalan pada MCAS atau Maneuvering Characteristics Augmentation System. Sistem tersebut merupakan sensor otomatis yang membuat hidung pesawat menukik ke bawah. Boeing diketahui tidak pernah memberikan informasi mengenai MCAS kepada pilot.
Dalam hal ini, MCAS mengalami malfungsi yang menyebabkan pilot tidak dapat mengendalikan pesawat hingga terjatuh. Sistem baru ini disembunyikan oleh Boeing dari Federal Aviation Administration (FAA) atau lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat.
Tak hanya itu, saat pilot Lion Air meminta latihan khusus untuk mempelajari 737 Max, Boeing menolak dengan keras dan menyatakan bahwa pelatihan tidak diperlukan. Dalam penyelidikan, Boeing terbukti membohongi pilot, maskapai di seluruh dunia, termasuk FAA terkait keberadaan sistem MCAS yang menjadi penyebab kecelakaan tragis yang merenggut ratusan nyawa.
(Baca juga: Film The Science of Fictions Tayang di Netflix 1 Februari)
Sutradara Rory Kennedy mengatakan bahwa ide pembuatan film dokumenter ini diawali saat dirinya mengikuti kisah dua kecelakaan pesawat yang ramai diperbincangkan publik tersebut. Menurutnya, pola kejadian dua kecelakaan itu memiliki kesamaan termasuk berasal dari model pesawat yang sama.
“Kecelakaan itu merenggut 346 nyawa. Namun, sebaliknya, sepertinya Boeing fokus menyalahkan pilot atas apa yang terjadi. Saya merasa ada lebih banyak cerita, dan ingin tahu apa yang terjadi, dengan maksud untuk mencegah hal seperti ini terjadi lagi,” katanya dikutip dari The Guardian, Kamis (24/2/2022).
Melalui film ini, lanjut Kennedy, dia ingin menggali lebih jauh terkait seluk beluk mekanisme sebuah pesawat termasuk gambaran permainan kotor bisnis penerbangan yang mengutamakan keuntungan dibandingkan dengan keselamatan para awak dan penumpang.
“Saya bukan pilot pesawat. Istilah dan konsep ini juga asing bagi saya. Namun, saya ingin membuat penonton dapat mengaksesnya. Kami bekerja sangat keras untuk memahami sepenuhnya, dan kemudian mengubahnya menjadi informasi yang saya harap dapat dicerna oleh orang awam,” terangnya.
Film Downfall: The Case Against Boeing sendiri pertama kali rilis di Amerika Serikat dalam Festival Film Sundance pada tanggal 21 Januari 2022. Film ini kemudian kembali diluncurkan di 23 negara seperti Indonesia, Inggris, Jepang, dan India melalui platform streaming pada tanggal 22 Februari 2022.
Editor: Indyah Sutriningrum
Lewat dokumenter ini, para penyelidik yang terdiri dari pakar penerbangan, jurnalis, mantan karyawan Boeing, Kongres Amerika Serikat, hingga keluarga korban, menguak bagaimana Boeing lebih mementingkan keuntungan perusahan daripada keselamatan banyak orang, yang berujung pada dua kecelakaan fatal dalam hitungan bulan.
Alur film dokumenter ini dimulai dengan latar belakang adanya dua peristiwa kecelakaan pesawat yang sempat menghebohkan dunia. Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan pada 29 Oktober 2018 setelah beberapa menit lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pangkal Pinang. Sebanyak 189 orang menjadi korban.
Selang lima bulan, Ethiopian Airlines ET 302 mengalami kecelakaan pada 10 Maret 2019 setelah beberapa menit lepas landas dari ibu kota Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya. Pada kecelakaan ini, sebanyak 157 penumpang dan awak pesawat meninggal.
Diketahui, dua pesawat tersebut merupakan produk perusahaan Boeing yaitu jenis Boeing 737 Max. Peristiwa ini kemudian memunculkan pelbagai polemik dan perdebatan antara perusahaan, tim penyelidik dan keluarga korban.
Perusahaan Boeing sempat mengklaim bahwa jatuhnya pesawat disebabkan pilot yang kurang kompeten. Namun, pernyataan itu berbanding terbalik dengan temuan tim penyelidik dengan sederet bukti yang ditemukan.
Dok. Netflix
Dalam hal ini, MCAS mengalami malfungsi yang menyebabkan pilot tidak dapat mengendalikan pesawat hingga terjatuh. Sistem baru ini disembunyikan oleh Boeing dari Federal Aviation Administration (FAA) atau lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat.
Tak hanya itu, saat pilot Lion Air meminta latihan khusus untuk mempelajari 737 Max, Boeing menolak dengan keras dan menyatakan bahwa pelatihan tidak diperlukan. Dalam penyelidikan, Boeing terbukti membohongi pilot, maskapai di seluruh dunia, termasuk FAA terkait keberadaan sistem MCAS yang menjadi penyebab kecelakaan tragis yang merenggut ratusan nyawa.
(Baca juga: Film The Science of Fictions Tayang di Netflix 1 Februari)
Sutradara Rory Kennedy mengatakan bahwa ide pembuatan film dokumenter ini diawali saat dirinya mengikuti kisah dua kecelakaan pesawat yang ramai diperbincangkan publik tersebut. Menurutnya, pola kejadian dua kecelakaan itu memiliki kesamaan termasuk berasal dari model pesawat yang sama.
“Kecelakaan itu merenggut 346 nyawa. Namun, sebaliknya, sepertinya Boeing fokus menyalahkan pilot atas apa yang terjadi. Saya merasa ada lebih banyak cerita, dan ingin tahu apa yang terjadi, dengan maksud untuk mencegah hal seperti ini terjadi lagi,” katanya dikutip dari The Guardian, Kamis (24/2/2022).
Melalui film ini, lanjut Kennedy, dia ingin menggali lebih jauh terkait seluk beluk mekanisme sebuah pesawat termasuk gambaran permainan kotor bisnis penerbangan yang mengutamakan keuntungan dibandingkan dengan keselamatan para awak dan penumpang.
“Saya bukan pilot pesawat. Istilah dan konsep ini juga asing bagi saya. Namun, saya ingin membuat penonton dapat mengaksesnya. Kami bekerja sangat keras untuk memahami sepenuhnya, dan kemudian mengubahnya menjadi informasi yang saya harap dapat dicerna oleh orang awam,” terangnya.
Film Downfall: The Case Against Boeing sendiri pertama kali rilis di Amerika Serikat dalam Festival Film Sundance pada tanggal 21 Januari 2022. Film ini kemudian kembali diluncurkan di 23 negara seperti Indonesia, Inggris, Jepang, dan India melalui platform streaming pada tanggal 22 Februari 2022.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.