Wow, Stanford University Punya Kelas Berbasis Realitas Virtual
07 December 2021 |
11:38 WIB
Pandemi Covid-19 makin mempercepat adopsi teknologi dengan lompatan yang signifikan. Ada banyak aktivitas masyarakat yang terhubung secara daring tak terkecuali bidang pendidikan yang mengadopsi proses belajar jarak jauh atau memadukannya dengan kelas daring dan luring.
Adopsi teknologi di dunia pendidikan lebih jauh lagi telah dilakukan oleh Stanford University. Kampus yang berlokasi di California itu telah meluncurkan kelas yang dilakukan sepenuhnya dalam format realitas virtual (virtual reality/VR).
Dilansir dari Stanford Daily, Selasa (7/12) seorang profesor komunikasi di kampus itu, Jeremy Bailenson, memformat kelasnya dalam bentuk realitas virtual setelah 20 tahun mengajar bidang tersebut. Ini menjadi kelas VR pertama yang dilakukan di Stanford University.
Model kelas berbasis VR tersebut dikembangkan oleh profesor Bailenson dan mahasiswa Ph.D Cyan DeVaux. Mereka mengembangkan perangkat lunak bernama Engage yang dipakai dalam kelas realitas virtualnya.
Engage merupakan platform pertemuan virtual yang menyediakan alat bagi siswa dan pengajar untuk membangun dan berinteraksi di lingkungan virtual. Alat dan metode pengajaran ini digunakan pada kelas di musim panas waktu setempat.
DeVaux, yang juga menjadi asisten pengajar untuk kelas itu, menuturkan bagaimana VR memungkinkan para siswa untuk membayangkan hal-hal yang mustahil. Hal ini, katanya, menjadi salah satu dasar yang akan dimasukkan dalam kurikulum pengajar.
Dia melanjutkan, tugas kelas berbasis realitas virtual yang diadakan termasuk berpartisipasi dalam meditasi terpandu di luar angkasa, membuat pertunjukan dengan avatar yang berbeda, hingga membangun pemandangan unik.
"Satu-satunya batasan untuk tugas ini adalah imajinasi siswa itu sendiri," ujarnya.
Bailenson dan DeVaux harus menganggarkan biaya perangkat keras, menemukan platform untuk menyelenggarakan kelas, dan membuat kurikulum anyar yang memanfaatkan keunggulan mengajar kelas dengan format realitas virtual.
Mereka memutuskan untuk memakai metode kelas terbalik di mana siswa akan membawa bahan ajar sebelumnya sebagai persiapan mengikuti pelajaran interaktif pada waktu kelas dimulai.
Sesi juga dibatasi hanya selama 30 menit untuk menghindari penyakit simulator, yang merupakan bagian dari efek samping seperti mabuk perjalanan, yang dapat disebabkan oleh perangkat VR.
Kursus atau kelas VR ini merupakan bagian dari studi yang dijalankan oleh Virtual Human Interactiion Lab - yang dikepalai oleh Bailenson tentang pendidikan dan pembelajaran di ruang virtual.
Lab tersebut tertarik untuk mempelajari orang-orang di realitas virtual dari waktu ke waktu dan mengevaluasi bagaimana mereka menyesuaikan perilaku dengan lingkungan yang sama sekali berbeda.
Dengan adanya kelas virtual yang dibentuknya, lab telah mengumpulkan lebih dari 3.000 jam data. Bailenson dan DeVaux berharap data tersebut dapat memacu penemuan dalam adaptasi perilaku terhadap lingkungan realitas virtual.
Editor : Fajar Sidik
Adopsi teknologi di dunia pendidikan lebih jauh lagi telah dilakukan oleh Stanford University. Kampus yang berlokasi di California itu telah meluncurkan kelas yang dilakukan sepenuhnya dalam format realitas virtual (virtual reality/VR).
Dilansir dari Stanford Daily, Selasa (7/12) seorang profesor komunikasi di kampus itu, Jeremy Bailenson, memformat kelasnya dalam bentuk realitas virtual setelah 20 tahun mengajar bidang tersebut. Ini menjadi kelas VR pertama yang dilakukan di Stanford University.
Model kelas berbasis VR tersebut dikembangkan oleh profesor Bailenson dan mahasiswa Ph.D Cyan DeVaux. Mereka mengembangkan perangkat lunak bernama Engage yang dipakai dalam kelas realitas virtualnya.
Engage merupakan platform pertemuan virtual yang menyediakan alat bagi siswa dan pengajar untuk membangun dan berinteraksi di lingkungan virtual. Alat dan metode pengajaran ini digunakan pada kelas di musim panas waktu setempat.
DeVaux, yang juga menjadi asisten pengajar untuk kelas itu, menuturkan bagaimana VR memungkinkan para siswa untuk membayangkan hal-hal yang mustahil. Hal ini, katanya, menjadi salah satu dasar yang akan dimasukkan dalam kurikulum pengajar.
Dia melanjutkan, tugas kelas berbasis realitas virtual yang diadakan termasuk berpartisipasi dalam meditasi terpandu di luar angkasa, membuat pertunjukan dengan avatar yang berbeda, hingga membangun pemandangan unik.
"Satu-satunya batasan untuk tugas ini adalah imajinasi siswa itu sendiri," ujarnya.
Bailenson dan DeVaux harus menganggarkan biaya perangkat keras, menemukan platform untuk menyelenggarakan kelas, dan membuat kurikulum anyar yang memanfaatkan keunggulan mengajar kelas dengan format realitas virtual.
Mereka memutuskan untuk memakai metode kelas terbalik di mana siswa akan membawa bahan ajar sebelumnya sebagai persiapan mengikuti pelajaran interaktif pada waktu kelas dimulai.
Sesi juga dibatasi hanya selama 30 menit untuk menghindari penyakit simulator, yang merupakan bagian dari efek samping seperti mabuk perjalanan, yang dapat disebabkan oleh perangkat VR.
Kursus atau kelas VR ini merupakan bagian dari studi yang dijalankan oleh Virtual Human Interactiion Lab - yang dikepalai oleh Bailenson tentang pendidikan dan pembelajaran di ruang virtual.
Lab tersebut tertarik untuk mempelajari orang-orang di realitas virtual dari waktu ke waktu dan mengevaluasi bagaimana mereka menyesuaikan perilaku dengan lingkungan yang sama sekali berbeda.
Dengan adanya kelas virtual yang dibentuknya, lab telah mengumpulkan lebih dari 3.000 jam data. Bailenson dan DeVaux berharap data tersebut dapat memacu penemuan dalam adaptasi perilaku terhadap lingkungan realitas virtual.
Editor : Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.