Waspadai Efek Daging Berlebih, Ini Cara Jaga Tubuh Usai Iduladha
08 June 2025 |
16:34 WIB
Tradisi menyantap hidangan berbahan dasar daging kurban tak pernah ketinggalan dari momentum Idul Adha. Namun dibalik kelezatannya, konsumsi daging secara berlebihan terutama dalam waktu singkat dan tanpa pola makan seimbang, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Salah pengolahan dan porsi santapan, daging yang harusnya menjadi berkah justru bisa menjadi malapetaka bagi kesehatan.
Baca juga: Tip Menjaga Kolesterol saat Iduladha Biar Tak Kena 3 Penyakit Ini
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Nindya Putri Permata Risadayu mengatakan, setiap tahun pasca Idul Adha, rumah sakit kerap menerima lonjakan pasien dengan keluhan yang mirip. Beberapa penyakit yang sering dikeluhkan menyangkut gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, dan kolesterol naik.
Selain itu, nyeri sendi akibat peningkatan kadar asam urat juga sering ditemukan pasca musim daging kurban. Nindya menyebut,sebagian besar kasus tersebut dipicu oleh pola konsumsi daging yang berlebihan dan cara pengolahan yang kurang tepat.
Masalah pencernaan menjadi keluhan pertama yang sering muncul. Makanan yang didominasi daging dan nasi tanpa sayur maupun serat dapat memicu konstipasi, perut kembung, hingga gangguan lambung.
Beberapa olahan khas seperti gulai, rendang, atau sate yang pedas dan bersantan juga dapat memperparah gejala maag. “Itu sangat-sangat tidak sehat, tidak seimbang sama sekali,” jelas Nindya.
Tak hanya masalah cerna, tekanan darah dan kadar kolesterol pun berpotensi meningkat. Meski konsumsi daging merah dalam jumlah besar tampak sebagai penyebab langsung, Nindya mengingatkan bahwa sering kali, pasien sudah memiliki kolesterol sudah tinggi sebelumnya tanpa disadari.
“Pemeriksaan rutin seringkali diabaikan, dan masyarakat baru menyadari ketika gejala muncul setelah lebaran,” katanya.
Asam urat juga menjadi sorotan. Banyak pasien yang mengalami nyeri sendi akut setelah mengonsumsi olahan daging berlebihan. Kandungan purin tinggi dalam daging merah terutama jeroan dapat memperparah kondisi ini.
Lebih jauh, Nindya menyoroti cara pengolahan daging yang kerap diabaikan. Proses memasak dalam jumlah besar seperti gulai atau rendang, lalu dihangatkan berulang kali bisa meningkatkan risiko pembentukan lemak trans dan senyawa inflamasi.
“Santan yang dihangatkan berulang itu beresiko untuk menjadi lemak jenuh, akan banyak trans fat yang terkandung di dalamnya,” kata Nindya.
Lemak jenuh dan trans fat diketahui berperan dalam meningkatkan risiko penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah.
Olahan seperti sate juga memiliki risiko tersendiri. Proses pembakaran hingga gosong dapat menghasilkan senyawa karsinogenik. “Daging yang awalnya sehat, menjadi daging yang sifatnya karsinogenik karena sampai dibakar sampai gosong,” jelas Nindya.
Alternatif yang lebih sehat adalah dengan merebus atau mengukus daging menggunakan santan encer atau pengganti seperti susu oat. Mengolahnya juga disarankan untuk menghindari penambahan garam, gula, dan penyedap secara berlebihan.
Jika memang ingin membakar daging, sebaiknya gunakan peralatan memasak dengan panas yang merata seperti cast iron grill dan tanpa minyak tambahan.
Porsi makan juga penting diperhatikan. Dalam sehari, konsumsi daging merah sebaiknya dibatasi antara 50 hingga 70 gram. Jumlah ini mencakup semua jenis olahan dari sate hingga rendang.
Selain itu, isi piring juga perlu seimbang mulai dari sayur dan buah seharusnya mengisi setengah dari piring makan. Pola ini akan membantu pencernaan bekerja lebih baik dan membuat tubuh kenyang lebih lama tanpa berlebihan kalori.
Baca juga: Tradisi Unik Iduladha di Indonesia, dari Meugang hingga Manten Sapi
Salah pengolahan dan porsi santapan, daging yang harusnya menjadi berkah justru bisa menjadi malapetaka bagi kesehatan.
Baca juga: Tip Menjaga Kolesterol saat Iduladha Biar Tak Kena 3 Penyakit Ini
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Nindya Putri Permata Risadayu mengatakan, setiap tahun pasca Idul Adha, rumah sakit kerap menerima lonjakan pasien dengan keluhan yang mirip. Beberapa penyakit yang sering dikeluhkan menyangkut gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, dan kolesterol naik.
Selain itu, nyeri sendi akibat peningkatan kadar asam urat juga sering ditemukan pasca musim daging kurban. Nindya menyebut,sebagian besar kasus tersebut dipicu oleh pola konsumsi daging yang berlebihan dan cara pengolahan yang kurang tepat.
Masalah pencernaan menjadi keluhan pertama yang sering muncul. Makanan yang didominasi daging dan nasi tanpa sayur maupun serat dapat memicu konstipasi, perut kembung, hingga gangguan lambung.
Beberapa olahan khas seperti gulai, rendang, atau sate yang pedas dan bersantan juga dapat memperparah gejala maag. “Itu sangat-sangat tidak sehat, tidak seimbang sama sekali,” jelas Nindya.
Tak hanya masalah cerna, tekanan darah dan kadar kolesterol pun berpotensi meningkat. Meski konsumsi daging merah dalam jumlah besar tampak sebagai penyebab langsung, Nindya mengingatkan bahwa sering kali, pasien sudah memiliki kolesterol sudah tinggi sebelumnya tanpa disadari.
“Pemeriksaan rutin seringkali diabaikan, dan masyarakat baru menyadari ketika gejala muncul setelah lebaran,” katanya.
Asam urat juga menjadi sorotan. Banyak pasien yang mengalami nyeri sendi akut setelah mengonsumsi olahan daging berlebihan. Kandungan purin tinggi dalam daging merah terutama jeroan dapat memperparah kondisi ini.
Lebih jauh, Nindya menyoroti cara pengolahan daging yang kerap diabaikan. Proses memasak dalam jumlah besar seperti gulai atau rendang, lalu dihangatkan berulang kali bisa meningkatkan risiko pembentukan lemak trans dan senyawa inflamasi.
“Santan yang dihangatkan berulang itu beresiko untuk menjadi lemak jenuh, akan banyak trans fat yang terkandung di dalamnya,” kata Nindya.
Lemak jenuh dan trans fat diketahui berperan dalam meningkatkan risiko penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah.
Olahan seperti sate juga memiliki risiko tersendiri. Proses pembakaran hingga gosong dapat menghasilkan senyawa karsinogenik. “Daging yang awalnya sehat, menjadi daging yang sifatnya karsinogenik karena sampai dibakar sampai gosong,” jelas Nindya.
Alternatif yang lebih sehat adalah dengan merebus atau mengukus daging menggunakan santan encer atau pengganti seperti susu oat. Mengolahnya juga disarankan untuk menghindari penambahan garam, gula, dan penyedap secara berlebihan.
Jika memang ingin membakar daging, sebaiknya gunakan peralatan memasak dengan panas yang merata seperti cast iron grill dan tanpa minyak tambahan.
Porsi makan juga penting diperhatikan. Dalam sehari, konsumsi daging merah sebaiknya dibatasi antara 50 hingga 70 gram. Jumlah ini mencakup semua jenis olahan dari sate hingga rendang.
Selain itu, isi piring juga perlu seimbang mulai dari sayur dan buah seharusnya mengisi setengah dari piring makan. Pola ini akan membantu pencernaan bekerja lebih baik dan membuat tubuh kenyang lebih lama tanpa berlebihan kalori.
Baca juga: Tradisi Unik Iduladha di Indonesia, dari Meugang hingga Manten Sapi
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.