Ekspresi Anak Pejuang Kanker dalam Teater Simfoni Suara-Suara Tak Terdengar
12 February 2025 |
17:48 WIB
Yayasan Anyo Indonesia dan Yayasan Cahaya Perempuan & Budaya Indonesia mengadakan pertunjukan teater bertajuk Simfoni Suara-Suara tak Terdengar di Gedung Usmar Ismail, Jakarta pada Rabu, 12 Februari 2025 pukul 18.30 WIB. Pertunjukan yang disutradarai oleh Lena Simanjuntak tersebut diadakan guna menyampaikan suara para anak pejuang kanker di dalam negeri.
Lena mengatakan bahwa pertunjukan teater Simfoni Suara-Suara Tak Terdengar ini akan menampilkan suara-suara para pejuang kanker yang memang jarang didengarkan. Dalam pertunjukkannya, para pemain akan bercerita tentang diri mereka.
Baca juga: Pentas Dag Dig Dug Teater Populer, Saat Kematian Jadi Penuh Absurditas
Cerita-cerita dipadukan menjadi simfoni dan berkolaborasi untuk mengajak agar setiap orang peduli terhadap pejuang kanker anak. “Misalnya, [adegan] seorang ibu yang berteriak-teriak mencari anaknya,” katanya di Jakarta, Rabu, 12 Februari 2025.
Pertunjukan teater Simfoni Suara-Suara Tak Terdengar akan melibatkan para pejuang kanker anak dan diceritakan dalam 10 babak yang semuanya bercerita tentang kisah nyata para pemainnya.
Pendiri Yayasan Anyo Indonesia Sabar Manullang berharap suara-suara para anak pejuang kanker yang selama ini tidak terdengar atau tidak tersampaikan dapat menarik perhatian semua pihak melalui pertunjukan teater tersebut.
“Yang mendengar seharusnya kita semua, bukan hanya kalangan tertentu, karena apa yang anak ini alami, keluarga alami, sebenarnya bagian tanggung jawab kita,” katanya.
Dia menuturkan bahwa semua pihak tidak bisa melepaskan atau menutup mata terhadap anak pejuang kanker karena setiap orang tidak ingin mengalamiinya. Untuk itu, semua pihak harus turut mendukung para pejuang kanker dalam berbagai bentuk, tidak sekadar materi. Anak-anak pejuang kanker pun tetap menjadi bagian dari masa depan bangsa.
Tujuan lain pementasan teater ini adalah memberikan kekuatan dan pendampingan bagi anak-anak pejuang kanker, memotivasi orang tua yang mendampingi anak penderita kanker agar bersemangat dan tidak pernah merasa sendirian.
Selain itu, pertunjukan teater inipun guna mengimbau pemerintah, tenaga medis, dan semua masyarakat untuk lebih peduli terhadap penanggulangan kanker yang dialami oleh anak di Indonesia.
Pertunjukan ini juga merupakan bagian dari program Inisiatif Global untuk Kanker Anak dari WHO yang ingin menyatukan para pemangku kepentingan dari seluruh dunia dan lintas sektor dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup anak-anak pengidap kanker secara global – setidaknya sampai 60 persen pada 2030.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama RS Kanker Dharmais, R. Soeko Werdi Nindito D mengatakan bahwa di antara berbagai macam jenis kanker yang ditangani rumah sakit tersebut, kebanyakan adalah kanker yang dialami individu dewasa, dan sebagian kecil di antaranya kanker pada anak-anak.
Baca juga: Teater Pandora Siap Pentaskan Lakon Constellations di Museum MACAN
Menurutnya, tingkat kesembuhan anak pejuang kanker juga cukup tinggi, yakni mencapai 80 persen di dunia. Sementara itu, di Indonesia masih 40 persen, serta di banyak negara berkembang ada yang hanya 20 persen.
"Para anak pejuang kanker harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan – termasuk dari sisi psikososial – agar bisa menjaga semangat dan harapan untuk sembuh."
Editor: Fajar Sidik
Lena mengatakan bahwa pertunjukan teater Simfoni Suara-Suara Tak Terdengar ini akan menampilkan suara-suara para pejuang kanker yang memang jarang didengarkan. Dalam pertunjukkannya, para pemain akan bercerita tentang diri mereka.
Baca juga: Pentas Dag Dig Dug Teater Populer, Saat Kematian Jadi Penuh Absurditas
Cerita-cerita dipadukan menjadi simfoni dan berkolaborasi untuk mengajak agar setiap orang peduli terhadap pejuang kanker anak. “Misalnya, [adegan] seorang ibu yang berteriak-teriak mencari anaknya,” katanya di Jakarta, Rabu, 12 Februari 2025.
Pertunjukan teater Simfoni Suara-Suara Tak Terdengar akan melibatkan para pejuang kanker anak dan diceritakan dalam 10 babak yang semuanya bercerita tentang kisah nyata para pemainnya.
Pendiri Yayasan Anyo Indonesia Sabar Manullang berharap suara-suara para anak pejuang kanker yang selama ini tidak terdengar atau tidak tersampaikan dapat menarik perhatian semua pihak melalui pertunjukan teater tersebut.
“Yang mendengar seharusnya kita semua, bukan hanya kalangan tertentu, karena apa yang anak ini alami, keluarga alami, sebenarnya bagian tanggung jawab kita,” katanya.
Dia menuturkan bahwa semua pihak tidak bisa melepaskan atau menutup mata terhadap anak pejuang kanker karena setiap orang tidak ingin mengalamiinya. Untuk itu, semua pihak harus turut mendukung para pejuang kanker dalam berbagai bentuk, tidak sekadar materi. Anak-anak pejuang kanker pun tetap menjadi bagian dari masa depan bangsa.
Tujuan lain pementasan teater ini adalah memberikan kekuatan dan pendampingan bagi anak-anak pejuang kanker, memotivasi orang tua yang mendampingi anak penderita kanker agar bersemangat dan tidak pernah merasa sendirian.
Selain itu, pertunjukan teater inipun guna mengimbau pemerintah, tenaga medis, dan semua masyarakat untuk lebih peduli terhadap penanggulangan kanker yang dialami oleh anak di Indonesia.
Pertunjukan ini juga merupakan bagian dari program Inisiatif Global untuk Kanker Anak dari WHO yang ingin menyatukan para pemangku kepentingan dari seluruh dunia dan lintas sektor dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup anak-anak pengidap kanker secara global – setidaknya sampai 60 persen pada 2030.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama RS Kanker Dharmais, R. Soeko Werdi Nindito D mengatakan bahwa di antara berbagai macam jenis kanker yang ditangani rumah sakit tersebut, kebanyakan adalah kanker yang dialami individu dewasa, dan sebagian kecil di antaranya kanker pada anak-anak.
Baca juga: Teater Pandora Siap Pentaskan Lakon Constellations di Museum MACAN
Menurutnya, tingkat kesembuhan anak pejuang kanker juga cukup tinggi, yakni mencapai 80 persen di dunia. Sementara itu, di Indonesia masih 40 persen, serta di banyak negara berkembang ada yang hanya 20 persen.
"Para anak pejuang kanker harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan – termasuk dari sisi psikososial – agar bisa menjaga semangat dan harapan untuk sembuh."
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.