Kecerdasan buatan (Sumber gambar: Unsplash/ Hitesh Choudhary)

Benarkah DeepSeek AI Berbahaya? Begini Kata Pakar

04 February 2025   |   17:59 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Popularitas DeepSeek, aplikasi chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence), belakangan makin menarik perhatian. Aplikasi AI buatan China ini bahkan berdampak terhadap melorotnya harga saham Nvidia, perusahaan pemimpin teknologi AI dunia yang disebut digunakan oleh DeepSeek.

DeepSeek memang menjadi primadona baru di sektor chatbot AI. Kini, platform tersebut juga menjadi aplikasi AI gratis yang paling banyak diunduh di Amerika Serikat melalui Apple Store. Perlahan, aplikasi ini mulai mengalahkan kompetitor lain.

Baca juga: Susul DeepSeek, Alibaba Luncurkan Chatbot Qwen 2.5 Max dengan Berbagai Keunggulan

Namun, di balik kepopulerannya, DeppSeek tak lepas dari isu keamanan bagi para penggunanya. Salah satunya karena server DeepSeek berada di China. Peneliti keamanan siber Alfons Tanujaya mengatakan kekhawatiran keamanan DeepSeek karena servernya berada di China tidak cukup berdasar. Sebab, server yang berada di luar negeri bukan berarti data menjadi tidak aman.

“Sebenarnya kekhawatiran ini agak aneh, mengapa ketika menggunakan ChatGPT, Google Maps, Instagram, dan WhatsApp tidak pernah ditanyakan keamanan data pengguna. Servernya juga bukan di Indonesia dan datanya berada di bawah penguasaan perusahaan Amerika,” ungkap Alfons dalam keterangan tertulisnya.

Menurutnya, pernyataan tersebut memang cukup berlebihan, terutama jika dalihnya hanya karena server di-hosting di China. Sebab, kalau berbicara demikian, sebenarnya data yang diambil dari aplikasi populer lain akan lebih banyak.

Bagi Alfons, data yang didapat oleh DeepSeek tidak lebih banyak daripada data aplikasi populer yang lebih sering digunakan. Dimulai dari lokasi pengguna, kebiasaan membuka aplikasi tertentu, minat pengguna terhadap bidang tertentu, hingga konten apa saja yang sedang sering diakses.

Jika harus ada yang dikhawatirkan, menurut Alfons data-data tersebutlah yang justru lebih penting untuk dicermati keberadaannya. Namun, alih-alih berfokus pada hal tersebut, dirinya menyarankan masyarakat untuk fokus ke sisi sebaliknya.

“Kalau gara-gara kehawatiran berlebihan ini kita jadi ketakutan menggunakan AI, kita akan rugi besar. Indonesia sudah tertinggal jauh dalam perlombaan pengembangan aplikasi AI,” imbuhnya.

Alfons mengatakan keberadaan DeepSeek saat ini memang unik. Sebab, perangkat yang digunakan di dalamnya adalah open source. Hal ini berbeda dengan kompetitor chatbot AI lainnya.

Menurutnya, adanya AI open source ini bisa menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk segera mengejar ketertinggalan. Sebab, semua orang bisa berlomba-lomba meng-update dirinya dengan AI dan membiasakan diri menggunakannya.

Dengan open source, pengguna dapat memodifikasi dan menyesuaikan perangkat lunak sesuai kebutuhan. Inovasi pun diyakini lebih berkembang, karena komunitas open source yang antusias dapat mengembangkan fitur-fitur baru dan disruptif.  “Sebagai pengguna harus bijak dalam memilah, menyerah, dan menggunakan informasi,” tuturnya.

Kendati demikian, penggunaan open source juga perlu berhati-hati. Baru-baru ini, Wiz Research menyarankan agar pengguna tidak memasukkan data yang bersifat privasi dan sensitif ke dalam DeepSeek.

Sebab, mereka menemukan database back-end milik DeepSeek yang terekspos. Hal ini bisa menjadi celah informasi sensitif dapat diakses dengan mudah dan bocor ke publik. “Paparan tersebut mencakup lebih dari satu juta baris aliran log yang berisi riwayat obrolan, kunci rahasia, detail backend, dan informasi lain yang sangat sensitif,” tulisnya

Baca juga: 5 Faktor yang Bikin DeepSeek Dinilai Lebih Unggul Ketimbang Model AI Lain

Database tersebut tidak dilindungi kata sandi, sehingga siapa saja bisa mengakses lebih dari satu juta baris log yang ada di dalamnya. Dalam laporan tersebut, diketahui DeepSeek juga menggunakan database ClickHouse yang dapat diakses tanpa autentikasi.

Dengan demikian, siapa saja yang menemukan database ini bisa menjalankan kueri SQL untuk mengakses data di dalamnya. Menurut mereka, kebocoran ini memungkinkan kontrol database penuh dan potensi peningkatan hak privilege di dalam lingkungan DeepSeek. Pada akhirnya, hacker lebih mungkin mengakses sistem internal startup asal China tersebut.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

8 Film Tayang di Bioskop 5-7 Februari 2025: Nosferatu hingga A Business Proposal

BERIKUTNYA

Keistimewaan Kuliner Thailand dalam Sentuhan Modern

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: