Sisi Gelap Fanatisme Industri Hiburan dari Sasaeng hingga Paparazzi
24 December 2024 |
13:38 WIB
Kasus pilu kembali menyelimuti industri hiburan Korea Selatan belum lama ini. Song Jae Rim, aktor Korea Selatan dilaporkan meninggal dengan dugaan bunuh diri pada 12 November 2024. Dalam proses penyelidikan ditemukan di apartemennya sebuah catatan yang diyakini sebagai pesan terakhirnya.
Media lokal setempat turut mengaitkan kepergian Song dengan tekanan yang dia hadapi dari para sasaeng. Dilansir dari The Strait Times, oknum sasaeng tersebut dilaporkan menggunakan akun pibadi mereka di platform media sosial X untuk memposting foto-foto pribadi Song dan kenalannya.
Baca juga: Jungkook BTS Marah Diganggu Sasaeng, Siapkan Tindakan Ini Jika Terus Kirim Makanan
Sasaeng dalam kasus ini juga membuat komentar jahat seperti, “Apakah hadiah dari penggemar menjadi persembahan untuk (kenalanmu)?” dan “Bisakah kemampuan aktingmu menyembunyikan sifat aslimu yang tercela?” tulis akun sasaeng tersebut seperti dikutip The Strait Times.
Penggemar sasaeng tersebut juga diduga menyebarkan informasi pribadi mengenai Song dan kenalannya secara online. Tak lama setelah tuduhan tersebut mendapatkan perhatian pascakematian Song, penggemar yang dimaksud pun lantas menghapus akun X miliknya.
Istilah “sasaeng” dalam bahasa Korea jika diterjemahkan menjadi “kehidupan pribadi”. Terminologi ini digunakan karena merujuk perilaku ekstrem yang ditunjukkan oleh para penggemar yang sering mengabaikan batas-batas ruang pribadi dan keamanan para idolanya.
South China Morning Post mencatat umumnya para penggemar sasaeng masih berusia belia dan sebagian besar perempuan berusia kisaran 13 sampai 22 tahun. Tindakan mereka yang umum diberitakan antara lain perilaku menguntit idola.
Baca juga: Sasaeng Pasang Alat Pelacak di Mobil ATEEZ, KQ Entertainment Tempuh Jalur Hukum
Bahkan ada yang terlibat dalam kegiatan kriminal di luar batas, seperti membobol rumah atau menggunakan taksi yang dirancang khusus untuk mengikuti selebriti. Sasaeng bukan hanya menjadi masalah di industri hiburan Korea Selatan, perilaku semacam ini juga mulai muncul dalam budaya Barat.
Di Amerika Serikat, paparazzi beroperasi di bawah premis yang sama-mengabadikan momen-momen candid para selebriti dalam kehidupan sehari-hari mereka, yang sering kali tanpa memerhatikan privasi mereka.
Paparazzi adalah fotografer independen yang menjual foto-foto para bintang ke tabloid dan gerai hiburan. Mereka mencari nafkah dari keinginan publik yang tidak pernah terpuaskan untuk melihat setiap inci kehidupan para pesohor.
Banyak kasus di Hollywood di mana selebriti menghadapi gejolak emosional yang parah karena tindakan paparazi yang tak ada habisnya. Sebagai contoh, tokoh-tokoh terkenal seperti Putri Diana dan Britney Spears secara terbuka jadi gunjingan publik sebagai dampak buruk dari paparazi terhadap kehidupan personal mereka.
Baca juga: The Boyz Diganggu Sasaeng, Kondisi Asrama Direkam Secara Ilegal
The Straits Times dalam publikasi yang sama menyebut dampak psikologis yang dirasakan para idola bisa sangat besar. Paling parah mereka akan mengisolasi diri mereka untuk menghindari tindakan obsesif sejumlah fans.
Sangat penting bagi para pemangku kepentingan baik di industri hiburan maupun para penggemar dapat bekerja sama untuk mengatasi implikasi budaya sasaeng. Kampanye kesadaran dan peraturan yang lebih ketat diperlukan untuk melindungi artis dari tindakan pelecehan sekaligus membina hubungan idola dan penggemar yang lebih sehat.
Editor: Fajar Sidik
Media lokal setempat turut mengaitkan kepergian Song dengan tekanan yang dia hadapi dari para sasaeng. Dilansir dari The Strait Times, oknum sasaeng tersebut dilaporkan menggunakan akun pibadi mereka di platform media sosial X untuk memposting foto-foto pribadi Song dan kenalannya.
Baca juga: Jungkook BTS Marah Diganggu Sasaeng, Siapkan Tindakan Ini Jika Terus Kirim Makanan
Sasaeng dalam kasus ini juga membuat komentar jahat seperti, “Apakah hadiah dari penggemar menjadi persembahan untuk (kenalanmu)?” dan “Bisakah kemampuan aktingmu menyembunyikan sifat aslimu yang tercela?” tulis akun sasaeng tersebut seperti dikutip The Strait Times.
Penggemar sasaeng tersebut juga diduga menyebarkan informasi pribadi mengenai Song dan kenalannya secara online. Tak lama setelah tuduhan tersebut mendapatkan perhatian pascakematian Song, penggemar yang dimaksud pun lantas menghapus akun X miliknya.
Istilah “sasaeng” dalam bahasa Korea jika diterjemahkan menjadi “kehidupan pribadi”. Terminologi ini digunakan karena merujuk perilaku ekstrem yang ditunjukkan oleh para penggemar yang sering mengabaikan batas-batas ruang pribadi dan keamanan para idolanya.
South China Morning Post mencatat umumnya para penggemar sasaeng masih berusia belia dan sebagian besar perempuan berusia kisaran 13 sampai 22 tahun. Tindakan mereka yang umum diberitakan antara lain perilaku menguntit idola.
Baca juga: Sasaeng Pasang Alat Pelacak di Mobil ATEEZ, KQ Entertainment Tempuh Jalur Hukum
Bahkan ada yang terlibat dalam kegiatan kriminal di luar batas, seperti membobol rumah atau menggunakan taksi yang dirancang khusus untuk mengikuti selebriti. Sasaeng bukan hanya menjadi masalah di industri hiburan Korea Selatan, perilaku semacam ini juga mulai muncul dalam budaya Barat.
Di Amerika Serikat, paparazzi beroperasi di bawah premis yang sama-mengabadikan momen-momen candid para selebriti dalam kehidupan sehari-hari mereka, yang sering kali tanpa memerhatikan privasi mereka.
Paparazzi adalah fotografer independen yang menjual foto-foto para bintang ke tabloid dan gerai hiburan. Mereka mencari nafkah dari keinginan publik yang tidak pernah terpuaskan untuk melihat setiap inci kehidupan para pesohor.
Banyak kasus di Hollywood di mana selebriti menghadapi gejolak emosional yang parah karena tindakan paparazi yang tak ada habisnya. Sebagai contoh, tokoh-tokoh terkenal seperti Putri Diana dan Britney Spears secara terbuka jadi gunjingan publik sebagai dampak buruk dari paparazi terhadap kehidupan personal mereka.
Baca juga: The Boyz Diganggu Sasaeng, Kondisi Asrama Direkam Secara Ilegal
The Straits Times dalam publikasi yang sama menyebut dampak psikologis yang dirasakan para idola bisa sangat besar. Paling parah mereka akan mengisolasi diri mereka untuk menghindari tindakan obsesif sejumlah fans.
Sangat penting bagi para pemangku kepentingan baik di industri hiburan maupun para penggemar dapat bekerja sama untuk mengatasi implikasi budaya sasaeng. Kampanye kesadaran dan peraturan yang lebih ketat diperlukan untuk melindungi artis dari tindakan pelecehan sekaligus membina hubungan idola dan penggemar yang lebih sehat.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.