Instalasi MONA Ladies Lounge Dibuka Lagi, Simbol Emansipasi Wanita di Bidang Seni
16 December 2024 |
09:05 WIB
MONA Ladies Lounge, sebuah instalasi seni inovatif di Museum of Old and New Art (MONA) di Tasmania, negara bagian Australia akan dibuka kembali mulai 19 Desember 2024-13 Januari 2025. Proses reopen ini dilakukan setelah melalui proses hukum yang panjang di meja pengadilan.
Diluncurkan pada 2020, Ladies Lounge memang dirancang sebagai ruang khusus untuk merefleksikan ulang kodrat perempuan di banyak sisi kehidupan yang selama ini sarat akan dominasi laki-laki.
Instalasi dengan model ruang tunggu ini menyediakan fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung wanita termasuk beragam karya seni, kegiatan bercengkrama, dan aktivitas relaksasi lainnya, sembari dilayani oleh kepala pelayan yang merupakan para pria.
Baca juga: Menyelami Estetika Rupa dari Sudut Pandang Perempuan dalam Pameran Nonalog
Melansir ELLE, keputusan pengadilan yang mengizinkan Mona Ladies Lounge terus beroperasi sebagai ruang khusus perempuan merupakan momen penting bagi MONA dan kuratornya, sosok perempuan bernama Kirsha Kaechele.
Bukan tanpa alasan, sebelumnya MONA Ladies Lounge harus menghadapi berbagai tudingan. Isunya berkaitan dengan kontroversi anti patriarki yang diusung sejak awal. Hal ini terlihat jelas dari larangan akses terhadap pengunjung pria di sana.
“Melalui kasus pengadilan, Ladies Lounge telah melampaui museum seni dan menjadi lebih hidup. Orang-orang dari seluruh dunia diundang untuk merenungkan pengalaman para wanita sepanjang sejarah sampai hari ini,” kata Kirsha Kaechele.
Mahkamah Agung Tasmania membatalkan keputusan pengadilan sebelumnya, yang mewajibkan masuknya laki-laki ke dalam bagian dari instalasi seni ini. Keputusan ini tidak hanya mengesahkan visi Kirsha Kaechele tetapi juga mendorong kritik guna mendukung proses pemberdayaan perempuan.
Seperti yang dinyatakan oleh sang kurator, dia berharap Ladies Lounge dapat berfungsi sebagai “karya seni yang hidup”. Maksudnya, tidak hanya menampilkan karya seni sebagai instalasi di dalam ruang hampa, melainkan bagian dari kritik sosial dan perjuangan terhadap isu krusial berupa pemberdayaan perempuan.
Selama bulan terakhir operasionalnya, para pengunjung akan dimanjakan dengan suguhan sampanye dan jamuan menarik lain. Meskipun pria secara keseluruhan masih dilarang memasuki ruangan ini, tetapi beberapa orang terpilih nantinya dapat masuk.
Pria terpilih akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas seni domestik (domestic art class) sebagai bagian dari aksi nyata yang bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman tentang peran domestik yang secara tradisional ditaruh di pundak wanita.
Walau 13 Januari 2025 mendatang menjadi waktu perpisahan bagi MONA Ladies Lounge dan para pengungjung, tetapi sang kurator Kirsha Kaechele meninggalkan isyarat kemungkinan munculnya Ladies Lounge dalam bentuk lain atau di lokasi lain.
Bukan itu saja, peluncuran parfum edisi terbatas yang diberi nama “The Verdict,” yang terinspirasi dari kemenangan Kirsha di pengadilan juga menunjukkan kegigihannya melawan dominasi pria di industri yang digelutinya yakni seni.
Pembukaan kembali Mona Ladies Lounge MONA dapat dilihat sebagai gerakan budaya yang lebih luas untuk mengakui dan mengatasi kesenjangan gender dalam masyarakat.
Baca juga: Seniman Perempuan Masih Dihinggapi Tantangan Pelik dalam Berkarya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Diluncurkan pada 2020, Ladies Lounge memang dirancang sebagai ruang khusus untuk merefleksikan ulang kodrat perempuan di banyak sisi kehidupan yang selama ini sarat akan dominasi laki-laki.
Instalasi dengan model ruang tunggu ini menyediakan fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung wanita termasuk beragam karya seni, kegiatan bercengkrama, dan aktivitas relaksasi lainnya, sembari dilayani oleh kepala pelayan yang merupakan para pria.
Baca juga: Menyelami Estetika Rupa dari Sudut Pandang Perempuan dalam Pameran Nonalog
Melansir ELLE, keputusan pengadilan yang mengizinkan Mona Ladies Lounge terus beroperasi sebagai ruang khusus perempuan merupakan momen penting bagi MONA dan kuratornya, sosok perempuan bernama Kirsha Kaechele.
Bukan tanpa alasan, sebelumnya MONA Ladies Lounge harus menghadapi berbagai tudingan. Isunya berkaitan dengan kontroversi anti patriarki yang diusung sejak awal. Hal ini terlihat jelas dari larangan akses terhadap pengunjung pria di sana.
“Melalui kasus pengadilan, Ladies Lounge telah melampaui museum seni dan menjadi lebih hidup. Orang-orang dari seluruh dunia diundang untuk merenungkan pengalaman para wanita sepanjang sejarah sampai hari ini,” kata Kirsha Kaechele.
Mahkamah Agung Tasmania membatalkan keputusan pengadilan sebelumnya, yang mewajibkan masuknya laki-laki ke dalam bagian dari instalasi seni ini. Keputusan ini tidak hanya mengesahkan visi Kirsha Kaechele tetapi juga mendorong kritik guna mendukung proses pemberdayaan perempuan.
Seperti yang dinyatakan oleh sang kurator, dia berharap Ladies Lounge dapat berfungsi sebagai “karya seni yang hidup”. Maksudnya, tidak hanya menampilkan karya seni sebagai instalasi di dalam ruang hampa, melainkan bagian dari kritik sosial dan perjuangan terhadap isu krusial berupa pemberdayaan perempuan.
Selama bulan terakhir operasionalnya, para pengunjung akan dimanjakan dengan suguhan sampanye dan jamuan menarik lain. Meskipun pria secara keseluruhan masih dilarang memasuki ruangan ini, tetapi beberapa orang terpilih nantinya dapat masuk.
Pria terpilih akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas seni domestik (domestic art class) sebagai bagian dari aksi nyata yang bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman tentang peran domestik yang secara tradisional ditaruh di pundak wanita.
Walau 13 Januari 2025 mendatang menjadi waktu perpisahan bagi MONA Ladies Lounge dan para pengungjung, tetapi sang kurator Kirsha Kaechele meninggalkan isyarat kemungkinan munculnya Ladies Lounge dalam bentuk lain atau di lokasi lain.
Bukan itu saja, peluncuran parfum edisi terbatas yang diberi nama “The Verdict,” yang terinspirasi dari kemenangan Kirsha di pengadilan juga menunjukkan kegigihannya melawan dominasi pria di industri yang digelutinya yakni seni.
Pembukaan kembali Mona Ladies Lounge MONA dapat dilihat sebagai gerakan budaya yang lebih luas untuk mengakui dan mengatasi kesenjangan gender dalam masyarakat.
Baca juga: Seniman Perempuan Masih Dihinggapi Tantangan Pelik dalam Berkarya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.