Jadi Sajian Khas Saat Cap Go Meh, Intip Asal-usul Sejarah Lontong Cap Go Meh
24 February 2024 |
14:35 WIB
Salah satu hidangan yang tak boleh absen dalam perayaan Cap Go Meh adalah Lontong Cap Go Meh. Kudapan satu ini memang menjadi fusion dalam momen perayaan Imlek, selain juga kue keranjang, onde-onde, kue bulan, lumpia, kue mangkok, atau mie panjang umur.
Beberapa makanan di muka biasanya disajikan saat momen kumpul bersama keluarga. Namun, makanan 'berat' yang selalu menjadi andalan handai taulan tentu saja semangkuk lontong Cap Go meh yang terdiri dari lontong, opor ayam dan sambal goreng yang menggugah selera.
Baca juga: Apa Itu Cap Go Meh? Perayaan yang Dilakukan Hari ke-15 Setelah Imlek
Lantas, mengapa perayaan Cap Go Meh selalu identik dengan sayuran yang sekilas hampir mirip dengan opor atau kari ayam saat momen Lebaran itu? Menurut laman Badan Bahasa Kemdikbud, merupakan bentuk adaptasi China peranakan di Nusantara terhadap budaya lokal, terutama di kawasan pesisir.
Dalam sejarahnya, imigran dari Tionghoa pada abad ke-14 memang tidak diperbolehkan membawa perempuan, sehingga mereka menikahi perempuan Jawa lokal dan menciptakan budaya Peranakan Tionghoa-Jawa. Arkian, terciptalah asimilasi makanan di mana mereka terbiasa mengudap kuliner masakan para warga lokal.
Konon, para peranakan Tionghoa itu juga mengadopsi masakan Nusantara, yakni ketupat Lebaran dan lain-lain. Kala itu kaum China peranakan melihat kuliner ketupat tersebut dan mencicipinya, lalu memadukannya dengan berbagai bumbu rempah yang dapat disesuaikan dengan lidah mereka.
Sejak saat itu, setiap Tahun Baru Imlek, Yuanxiao (bola nasi) tradisional diganti dengan lontong. Tekstur lontong yang kental merupakan perlambang umur yang panjang. Sedangkan kuah santan yang dikombinasikan dengan bumbu kunyit berwarna kuning diyakini melambangkan keberuntungan dan kemakmuran.
Fenomena lontong Cap Go Meh sebenarnya juga sangat unik karena kita hanya akan menemukannya di Pulau Jawa. Sedangkan, di wilayah Semenanjung Malaya dan Kalimantan tidak ada hidangan Cap Go Meh ini. Namun, seiring waktu, kuliner ini sudah bisa ditemui tak hanya saat Imlek saja, dengan berbagai variasi yang berbeda di tiap daerah.
Pakar sejarah Asia Tenggara, Denys Lombard juga mendukung tesis tersebut, lewat bukunya Nusa Jawa 2: Silang Budaya Jaringan Asia (2005). Dia menulis bahwa para imigran dari China sudah menguasai berbagai produksi ekonomi, salah satunya dengan membuka berbagai jenis kedai di pesisir Nusantara sejak abad ke-18.
Bahkan, banyak para imigran China yang menjajakan kuliner-kuliner yang mereka buat dalam bentuk yang lebih sederhana dan merakyat. Namun, Namun, karena mayoritas penduduk di Nusantara didominasi Muslim, bahan yang awalnya menggunakan babi kemudian diganti menjadi ayam, kerbau, atau sapi beserta jeroannya.
Sementara itu, dikutip dari laman Indonesia Travel, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sejarah Cap Go Meh sendiri bermula dari ritual yang dilakukan oleh masyarakat China terhadap Dewa Thai Yi pada masa pemerintahan Dinasti Han atau abad ke-17.
Kala itu, perayaan tahunan ini merupakan acara yang sangat sakral bagi masyarakat Tionghoa dan berlangsung secara tertutup. Namun, saat Dinasti Han berakhir, masyarakat umum mulai mengenal Cap Go Meh. Perayaannya pun kian meluas dan dilakukan oleh semua kalangan sampai dengan saat ini.
Adapun, selain kuliner, kegiatan lain saat Cap Go Meh juga selalu dimeriahkan dengan tradisi tarian barongsai. Keberadaan tarian ini selalu membuat perayaan menjadi kian lengkap dan dipercaya oleh masyarakat China sebagai pengusir hal-hal negatif yang ada di kehidupan, terutama untuk menyambut Tahun Baru Imlek.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Beberapa makanan di muka biasanya disajikan saat momen kumpul bersama keluarga. Namun, makanan 'berat' yang selalu menjadi andalan handai taulan tentu saja semangkuk lontong Cap Go meh yang terdiri dari lontong, opor ayam dan sambal goreng yang menggugah selera.
Baca juga: Apa Itu Cap Go Meh? Perayaan yang Dilakukan Hari ke-15 Setelah Imlek
Lantas, mengapa perayaan Cap Go Meh selalu identik dengan sayuran yang sekilas hampir mirip dengan opor atau kari ayam saat momen Lebaran itu? Menurut laman Badan Bahasa Kemdikbud, merupakan bentuk adaptasi China peranakan di Nusantara terhadap budaya lokal, terutama di kawasan pesisir.
Dalam sejarahnya, imigran dari Tionghoa pada abad ke-14 memang tidak diperbolehkan membawa perempuan, sehingga mereka menikahi perempuan Jawa lokal dan menciptakan budaya Peranakan Tionghoa-Jawa. Arkian, terciptalah asimilasi makanan di mana mereka terbiasa mengudap kuliner masakan para warga lokal.
Konon, para peranakan Tionghoa itu juga mengadopsi masakan Nusantara, yakni ketupat Lebaran dan lain-lain. Kala itu kaum China peranakan melihat kuliner ketupat tersebut dan mencicipinya, lalu memadukannya dengan berbagai bumbu rempah yang dapat disesuaikan dengan lidah mereka.
Sejak saat itu, setiap Tahun Baru Imlek, Yuanxiao (bola nasi) tradisional diganti dengan lontong. Tekstur lontong yang kental merupakan perlambang umur yang panjang. Sedangkan kuah santan yang dikombinasikan dengan bumbu kunyit berwarna kuning diyakini melambangkan keberuntungan dan kemakmuran.
Fenomena lontong Cap Go Meh sebenarnya juga sangat unik karena kita hanya akan menemukannya di Pulau Jawa. Sedangkan, di wilayah Semenanjung Malaya dan Kalimantan tidak ada hidangan Cap Go Meh ini. Namun, seiring waktu, kuliner ini sudah bisa ditemui tak hanya saat Imlek saja, dengan berbagai variasi yang berbeda di tiap daerah.
Ilustrasi Lontong Cap Go Meh (sumber gambar Flickr)
Bahkan, banyak para imigran China yang menjajakan kuliner-kuliner yang mereka buat dalam bentuk yang lebih sederhana dan merakyat. Namun, Namun, karena mayoritas penduduk di Nusantara didominasi Muslim, bahan yang awalnya menggunakan babi kemudian diganti menjadi ayam, kerbau, atau sapi beserta jeroannya.
Sementara itu, dikutip dari laman Indonesia Travel, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sejarah Cap Go Meh sendiri bermula dari ritual yang dilakukan oleh masyarakat China terhadap Dewa Thai Yi pada masa pemerintahan Dinasti Han atau abad ke-17.
Kala itu, perayaan tahunan ini merupakan acara yang sangat sakral bagi masyarakat Tionghoa dan berlangsung secara tertutup. Namun, saat Dinasti Han berakhir, masyarakat umum mulai mengenal Cap Go Meh. Perayaannya pun kian meluas dan dilakukan oleh semua kalangan sampai dengan saat ini.
Adapun, selain kuliner, kegiatan lain saat Cap Go Meh juga selalu dimeriahkan dengan tradisi tarian barongsai. Keberadaan tarian ini selalu membuat perayaan menjadi kian lengkap dan dipercaya oleh masyarakat China sebagai pengusir hal-hal negatif yang ada di kehidupan, terutama untuk menyambut Tahun Baru Imlek.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.