Dilema Mengelola Keuangan pada Era Digital, Gen Z Wajib Perhatikan Kiat Ini
09 November 2023 |
16:33 WIB
Genhype, perkembangan dunia digital yang makin masif harusnya mempermudah aktivitas hingga pekerjaan manusia, termasuk dalam hal mengatur keuangan. Namun tak semulus itu. Nyatanya era digital juga bisa berbalik menusuk kantong keuangan karena berbagai kemudahan yang ditawarkannya.
Oleh karena itu, generasi milenial dan generasi Z memang menghadapi tantangan khusus dalam mengelola keuangan pada zaman yang makin maju. Banyaknya opsi dan tawaran produk membuat generasi yang lahir pada era digital ini kerap dicap bersandingan dengan habit konsumerisme.
Alhasil, banyak dari kedua generasi ini yang memiliki kesulitan tersendiri dalam menabung dan mengelola uang. Padahal sebetulnya, permasalahannya terletak pada pengelolaan keuangan secara pribadi.
Satu survei yang dilakukan Self Inc mengatakan, bahwa rata-rata Gen Z di seluruh dunia menghabiskan uangnya untuk berbagai keperluan. Sebanyak 52,34 persen menghabiskannya untuk tagihan, 44,07 persen menghabiskannya untuk pakaian dan aksesoris, menyusul 38,78 persen untuk travelling, 37,49 persen untuk hiburan, dan 36,99 persen untuk memesan makanan atau makan di luar rumah.
Baca juga: Biar Uang Enggak Cepat Habis, Begini Pentingnya Punya Perencanaan Keuangan
Pengeluaran yang besar acap kali membuat mereka kesulitan mengelola uang. Dengan banyaknya biaya yang harus dibayar, generasi z kerap lupa pentingnya menjaga pos keuangan. Meski banyak keperluan uang yang harus dikeluarkan, perencana keuangan Eko Endarto mengatakan generasi masa kini sudah harus memikirkan dana untuk masa depan.
Perencanaan ini bisa dimulai dengan membagi pos-pos keuangan agar mengelola tabungan lebih mudah. “Pengeluaran bersifat tidak terbatas, sementara penghasilan tetap kita terbatas, ditambah adanya kenaikan-kenaikan harga,” ungkap Eko.
Menyoroti biaya hiburan yang cukup tinggi, Eko menyarankan agar generasi muda bisa mengatur anggaran pengeluaran dengan baik. Misalnya, menurunkan frekuensi alokasi yang bersifat konsumtif. Menurut Eko, tiap-tiap individu bisa menggunakan rumus prioritas alokasi yang sederhana.
Sebanyak 50 persen penghasilan dapat dialokasikan untuk pengeluaran yang nantinya bisa dibagi ke dalam beberapa pos seperti hiburan, makan, dan lainnya. Setelah tu, sisihkan minimal 10 persen untuk berinvestasi dan kebutuhan asuransi.
Sementara itu, 30 persen lainnya boleh dibagikan ke dalam alokasi yang bersifat tagihan atau cicilan. Eko berpendapat, 30 persen sudah merupakan batas maksimal untuk urusan cicilan. “Jika tagihan di atas 30 persen itu artinya kondisi keuangan sudah tidak sehat,” jelas Eko.
Survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 5.204 responden dari seluruh Indonesia mencatat, 58,1% responden generasi milenial berusia 23—38 tahun dan 64,9 persen responden generasi Z berusia 15—22 tahun jarang bahkan tidak pernah memisahkan rekening tabungan dengan rekening harian mereka. Disamping itu, 36,8 persen responden generasi milenial dan 58,2 persen responden generasi Z jarang bahkan tidak pernah mengalokasikan tabungan ke pos-pos kecil sesuai kebutuhan.
Di tengah era digital yang kian canggih, perbankan juga menyoroti pentingnya pembagian pos-pos keuangan bagi generasi muda. Dengan digitalisasi, alokasi keuangan harusnya bisa dibuat lebih ringkas dan mudah. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo menjelaskan, terdapat pertumbuhan minat dari penggunaan produk dan layanan digital bank.
Menurut Indra, beberapa faktor yang mempengaruhi layanan digital makin digandrungi adalah kemudahan transaksi, dapat diakses kapanpun selama terhubung dengan internet, cepat dan praktis, serta tingkat keamanan yang baik dengan proteksi tinggi.
Sekitar 6,9 juta nasabah Allo Bank yang juga terintegrasi secara digital, kata Indra, cukup banyak memanfaatkan sistem pembayaran terintegrasi antara offline & online serta minat akan tabungan berjangka dengan barrier of entry yang rendah.
Indra cukup menyoroti banyaknya kalangan muda saat ini yang sulit memisahkan antara dana untuk kebutuhan harian dan kebutuhan darurat atau tabungan. “Karena menghindari kerumitan membuka dua rekening tabungan berbeda, atau rasa malas untuk membuka rekening berbeda, sehingga tercampur tempat penyimpanan dana yang dimiliki antara dana kebutuhan harian & tabungan,” jelas Indra.
Untuk mewujudkan kesadaran finansial, generasi muda perlu memahami pentingnya pemisahan penggunaan dana harian dari rekening tabungan untuk kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang. “Dengan memisahkan rekening tabungan, kita telah menyelamatkan dana untuk dipakai dalam keadaan darurat di kemudian hari,” imbuhnya.
Alokasi dana juga membantu memaksimalkan pengelolaan finansial sejak dini dengan memisahkan mana saja kebutuhan yang bersifat primer hingga tersier.
Indra menjelaskan, Allo Bank sendiri memiliki fitur Allo Grow yang merupakan aplikasi rancangan untuk generasi muda agar lebih efektif dalam mengelola hubungan dengan memisahkan menjadi beberapa pos dan dapat ditarik kapan saja sesuai kebutuhan mereka.
Layanannya melihat pada gaya hidup generasi muda yang fleksibel, seperti membuka rekening digital, membuat pos-pos tabungan, penarikan tabungan yang bisa dilakukan kapanpun, hingga kesempatan nasabah untuk memperoleh suku bunga mencapai 6,5 persen per tahun (p.a.) sesuai dengan jangka waktu penyimpanan.
Baca juga: 82% Konsumen Indonesia Belanja Elektronik, Rumah Tangga, & Kesehatan di E-commerce
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Oleh karena itu, generasi milenial dan generasi Z memang menghadapi tantangan khusus dalam mengelola keuangan pada zaman yang makin maju. Banyaknya opsi dan tawaran produk membuat generasi yang lahir pada era digital ini kerap dicap bersandingan dengan habit konsumerisme.
Alhasil, banyak dari kedua generasi ini yang memiliki kesulitan tersendiri dalam menabung dan mengelola uang. Padahal sebetulnya, permasalahannya terletak pada pengelolaan keuangan secara pribadi.
Satu survei yang dilakukan Self Inc mengatakan, bahwa rata-rata Gen Z di seluruh dunia menghabiskan uangnya untuk berbagai keperluan. Sebanyak 52,34 persen menghabiskannya untuk tagihan, 44,07 persen menghabiskannya untuk pakaian dan aksesoris, menyusul 38,78 persen untuk travelling, 37,49 persen untuk hiburan, dan 36,99 persen untuk memesan makanan atau makan di luar rumah.
Baca juga: Biar Uang Enggak Cepat Habis, Begini Pentingnya Punya Perencanaan Keuangan
Pengeluaran yang besar acap kali membuat mereka kesulitan mengelola uang. Dengan banyaknya biaya yang harus dibayar, generasi z kerap lupa pentingnya menjaga pos keuangan. Meski banyak keperluan uang yang harus dikeluarkan, perencana keuangan Eko Endarto mengatakan generasi masa kini sudah harus memikirkan dana untuk masa depan.
Perencanaan ini bisa dimulai dengan membagi pos-pos keuangan agar mengelola tabungan lebih mudah. “Pengeluaran bersifat tidak terbatas, sementara penghasilan tetap kita terbatas, ditambah adanya kenaikan-kenaikan harga,” ungkap Eko.
Menyoroti biaya hiburan yang cukup tinggi, Eko menyarankan agar generasi muda bisa mengatur anggaran pengeluaran dengan baik. Misalnya, menurunkan frekuensi alokasi yang bersifat konsumtif. Menurut Eko, tiap-tiap individu bisa menggunakan rumus prioritas alokasi yang sederhana.
Sebanyak 50 persen penghasilan dapat dialokasikan untuk pengeluaran yang nantinya bisa dibagi ke dalam beberapa pos seperti hiburan, makan, dan lainnya. Setelah tu, sisihkan minimal 10 persen untuk berinvestasi dan kebutuhan asuransi.
Sementara itu, 30 persen lainnya boleh dibagikan ke dalam alokasi yang bersifat tagihan atau cicilan. Eko berpendapat, 30 persen sudah merupakan batas maksimal untuk urusan cicilan. “Jika tagihan di atas 30 persen itu artinya kondisi keuangan sudah tidak sehat,” jelas Eko.
Pentingnya Memisahkan Pos Keuangan
Ilustrasi mengelola keuangan (Sumber gambar: Tima Miroshnichenko/Pexels)
Survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 5.204 responden dari seluruh Indonesia mencatat, 58,1% responden generasi milenial berusia 23—38 tahun dan 64,9 persen responden generasi Z berusia 15—22 tahun jarang bahkan tidak pernah memisahkan rekening tabungan dengan rekening harian mereka. Disamping itu, 36,8 persen responden generasi milenial dan 58,2 persen responden generasi Z jarang bahkan tidak pernah mengalokasikan tabungan ke pos-pos kecil sesuai kebutuhan.
Di tengah era digital yang kian canggih, perbankan juga menyoroti pentingnya pembagian pos-pos keuangan bagi generasi muda. Dengan digitalisasi, alokasi keuangan harusnya bisa dibuat lebih ringkas dan mudah. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo menjelaskan, terdapat pertumbuhan minat dari penggunaan produk dan layanan digital bank.
Menurut Indra, beberapa faktor yang mempengaruhi layanan digital makin digandrungi adalah kemudahan transaksi, dapat diakses kapanpun selama terhubung dengan internet, cepat dan praktis, serta tingkat keamanan yang baik dengan proteksi tinggi.
Sekitar 6,9 juta nasabah Allo Bank yang juga terintegrasi secara digital, kata Indra, cukup banyak memanfaatkan sistem pembayaran terintegrasi antara offline & online serta minat akan tabungan berjangka dengan barrier of entry yang rendah.
Indra cukup menyoroti banyaknya kalangan muda saat ini yang sulit memisahkan antara dana untuk kebutuhan harian dan kebutuhan darurat atau tabungan. “Karena menghindari kerumitan membuka dua rekening tabungan berbeda, atau rasa malas untuk membuka rekening berbeda, sehingga tercampur tempat penyimpanan dana yang dimiliki antara dana kebutuhan harian & tabungan,” jelas Indra.
Untuk mewujudkan kesadaran finansial, generasi muda perlu memahami pentingnya pemisahan penggunaan dana harian dari rekening tabungan untuk kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang. “Dengan memisahkan rekening tabungan, kita telah menyelamatkan dana untuk dipakai dalam keadaan darurat di kemudian hari,” imbuhnya.
Alokasi dana juga membantu memaksimalkan pengelolaan finansial sejak dini dengan memisahkan mana saja kebutuhan yang bersifat primer hingga tersier.
Indra menjelaskan, Allo Bank sendiri memiliki fitur Allo Grow yang merupakan aplikasi rancangan untuk generasi muda agar lebih efektif dalam mengelola hubungan dengan memisahkan menjadi beberapa pos dan dapat ditarik kapan saja sesuai kebutuhan mereka.
Layanannya melihat pada gaya hidup generasi muda yang fleksibel, seperti membuka rekening digital, membuat pos-pos tabungan, penarikan tabungan yang bisa dilakukan kapanpun, hingga kesempatan nasabah untuk memperoleh suku bunga mencapai 6,5 persen per tahun (p.a.) sesuai dengan jangka waktu penyimpanan.
Baca juga: 82% Konsumen Indonesia Belanja Elektronik, Rumah Tangga, & Kesehatan di E-commerce
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.