Sariamin Ismail (Dok. Google)

Mengenal Sariamin Ismail, Sosok Perempuan Minang pada Doodle Google Hari Ini

31 July 2021   |   14:52 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Ada pemandangan menarik pada tampilan halaman utama Google hari ini, Sabtu (31/7/2021). Kamu akan melihat sosok perempuan lengkap dengan pakaian adat dan penutup kepala khas Sumatra Barat yang sedang terlihat menulis. Dia adalah Sariamin Ismail yang hari ini menjadi peringatan ulang tahunnya ke-112 tahun.

Mengutip dari Ensiklopedia Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, lahir pada 31 Juli 1909 di Talu, Talamau, Pasaman Barat, Sumatra Barat, Sariamin Ismail adalah penulis Indonesia yang tercatat sebagai novelis perempuan pertama di Indonesia. Dia sering memakai nama samaran Selasih dan Seleguri, atau gabungan kedua nama tersebut sebagai Selasih Seleguri.

Ketika Sariamin kecil, dia diberi nama oleh orang tuanya yaitu Basariah, tetapi dia sering mengalami sakit. Oleh sebab itu, nama Basariah diganti dengan nama Sari Amin. Namun akhirnya kedua kata itu gabungkan menjadi Sariamin dengan tambahan Ismail yang merupakan nama suaminya.

Sariamin atau yang lebih dikenal Selasih adalah seorang perempuan yang sangat aktif. Selain menjalani profesi utamanya sebagai guru di Bengkulu dan Bukittinggi, dia juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik sebagai Sekretaris Serikat Dagang Bengkulu, Ketua Jong Islamieten Bond Dames Afdeling Cabang Bukittinggi (1928-1930), dan anggota DPRD Riau (1947-1948). Hal itu berlanjut sampai usia senjanya.

Novel pertamanya berjudul Kalau Tak Untung diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1934. Setelah itu, banyak karya Selasih yang diterbitkan dalam bentuk cerpen, puisi, novel, dan berbagai artikel.

Buku-buku yang diterbitkan di antaranya adalah Pengaruh Keadaan (1937), Kembali ke Pangkuan Ayah (1982), Musibah Membawa Bahagia (1986), Nakhoda Lancang (1982), Sutan Tumanggung Nan Rancak di Labuah (1983), dan Malatuihnyo Gunung Tujuah (1987).

Selain itu, Selasih juga merupakan seorang pengarang wanita pertama yang dapat menembus Balai Pustaka, penerbitan milik pemerintah Belanda pada 1920-an. Berbagai macam komentar dan ulasan muncul untuk mengomentari karya-karya Selasih.

Dalam suatu ulasan, Ajip Rosidi mengatakan bahwa tidak ada seorang pun penyair wanita yang menerbitkan kumpulan sajaknya pada masa sebelum perang. Beberapa nama pernah muncul dalam berbagai majalah, tetapi tidak cukup berarti untuk dibicarakan secara khusus selain Selasih.

Sementara itu, kritikus H.B. Jassin menuliskan bahwa kekuatan Selasih terletak dalam prosa, seperti dibuktikannya dengan kedua romannya yaitu Kalau Tak Untung (1933) dan Pengaruh Keadaan (1937) yang merupakan buku-buku best seller terbitan Balai Pustaka.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Ingin Kursus Teknik Seni Decoupage? Ini Biaya Kursus dan Alat yang Dibutuhkan

BERIKUTNYA

Simak Tips Dekorasi Rumah dengan Kerajinan Bambu

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: