Mengenal Conscious Consumption, Gaya Konsumsi yang Lebih Bijak & Berkesadaran
24 August 2023 |
19:30 WIB
Ketika mendekati usia 30 tahun, Andien mulai lebih bijak dan sadar akan segala hal yang dilakukannya termasuk dalam mengonsumsi sesuatu. Sebelum membeli atau mengonsumsi sesuatu, penyanyi pemilik nama Andini Aisyah Haryadi itu akan memikirkan dahulu dampak dari keputusannya baik untuk dirinya maupun lingkungan.
Ada beberapa hal yang akan Andien pertimbangkan sebelum membeli atau mengonsumsi sesuatu. Pertama, apakah produk tersebut akan memberikan dampak positif baik untuk kesehatan jasmani maupun rohaninya. Kedua, apakah produk tersebut akan memberikan dampak baik terhadap masyarakat ataupun komunitas tertentu.
Ketiga adalah apakah produk yang akan dibelinya memberikan dampak yang baik pada lingkungan atau tidak. "Kalau misalnya ada produk yang satu dibikin oleh UMKM dan yang satunya lagi bukan, aku cenderung akan memilih yang UMKM karena membawa dampak yang baik bagi komunitas," katanya dalam acara konferensi pers di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Sudah terbilang cukup lama Andien menerapkan gaya hidup berkesadaran seperti itu. Bahkan, kebiasaannya itu juga telah menjadi budaya dalam keluarganya yang dia terapkan bersama suami dan anak-anaknya. Baginya, kebiasaan hidup yang berkesadaran ini turut berkontribusi membentuk sikapnya sebagai manusia.
Pola perilaku hidup berkesadaran seperti itu Andien terapkan ke dalam berbagai aspek kehidupannya, mulai dari mengonsumsi makanan yang sehat, membawa tumblr untuk air minum, membeli barang-barang yang lebih ramah lingkungan, hingga membuat bisnis fesyen yang berkelanjutan (sustainability) lewat komunitas Setali Indonesia.
Andien hanyalah salah satu praktisi gaya hidup conscious consumption yang belakangan menjadi tren di kalangan masyarakat. Pola konsumsi yang berkesadaran ini muncul di tengah sikap konsumerisme yang cenderung masif di kalangan masyarakat.
Dengan sejumlah pilihan yang ada, kalangan yang mengadopsi sikap conscious consumption akan lebih bijak dalam berkonsumsi dengan mempertimbangkan dampaknya dalam berbagai hal mulai dari lingkungan, sosial, hingga ekonomi. Dengan kata lain, pola konsumsi seperti itu tidak hanya mementingkan keinginan pribadi atau melihat harga suatu barang yang murah, namun mereka akan lebih kritis dalam mengonsumsi sesuatu.
Sikap conscious consumption atau konsumsi berkesadaran diyakini akan semakin populer pada masa depan. Menurut hasil riset McKinsey yang dirilis pada 2021, saat ini kebanyakan konsumen tidak hanya mementingkan harga tetapi juga sudah memperhatikan di balik suatu produk itu bisa tercipta.
Dalam hal ini, mereka mulai memastikan bahwa suatu brand yang menjual produk telah membayar upah pekerja, supplier, dan seluruh pihak yang berkontribusi dalam proses penciptana produk secara adil dan wajar. Di sisi lain, sebuah hasil riset yang dirilis Accenture pada 2020 juga menyebutkan bahwa 62 persen responden menyatakan ingin berfokus pada pola belanja yang lebih memperhatikan keseimbangan lingkungan.
Pola Pendidikan
Meski demikian, di Indonesia, pola perilaku konsumsi yang berkesadaran seperti ini dinilai belum terlalu masif diterapkan oleh masyarakat. Psikolog sekaligus Edukator Najelaa Shihab mengatakan pola hidup yang berkesadaran seperti itu terbentuk setelah seseorang sudah tahu, mampu, dan mau untuk melakukan gaya hidup tersebut.
Dia berpendapat bahwa pengetahuan akan pentingnya pola konsumsi yang berkesadaran di kalangan masyarakat Indonesia belum merata. Sebagian orang mungkin telah mampu menjalankan pola konsumsi seperti itu bahkan menjadikannya sebagai budaya yang baik, namun masih banyak juga orang yang bahkan belum sadar akan dampak yang dibuat dari mengonsumsi sesuatu.
"Bahwa konsumsi adalah sesuatu yang perlu dipikirin dulu itu juga belum menjadi budaya di kita," katanya.
Perempuan yang akrab disapa Elaa itu menerangkan sebenarnya perilaku hidup berkesadaran bukan hanya bisa diterapkan saat kita akan mengonsumsi sesuatu, melainkan dalam hampir segala aspek kehidupan. Hal ini tidak terlepas dari pentingnya pendidikan yang tepat yang mengajarkan bahwa segala suatu hal yang akan dilakukan oleh seseorang harus dipikirkan terlebih dahulu akan dampaknya.
"Jadi pada saat ngomong soal conscious consumption, aku yakin banget untuk meningkatkan kesadaran itu sebetulnya [berangkat] dari proses pendidikan. Jadi persiapan generasi muda yang betul-betul mikirin dulu apapun yang mereka konsumsi itu jadi esensial banget, dan semakin dini itu jadi semakin baik," kata perempuan berusia 46 tahun itu.
Ada sejumlah manfaat yang bisa didapatkan ketika seseorang menjalani kehidupannya dengan lebih berkesadaran. Elaa mengatakan selain bisa memberikan dampak kesehatan bagi tubuh, pola conscious consumption juga bisa memberikan rasa ketenangan pada jiwa seseorang karena telah membuat keputusan-keputusan untuk mengonsumsi sesuatu dengan bijak.
Di samping itu, penerapan gaya hidup seperti itu juga bukan tidak mungkin akan memberikan efek menular yang baik, sehingga menciptakan dampak yang positif pada lingkungan sekitarnya. "Itulah [proses] pendidikan, bukan cuma perorangan tapi kapasitas kolektif yang dibangun untuk menjadi lebih baik dan harus dilakukan secara holistik," ucapnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Ada beberapa hal yang akan Andien pertimbangkan sebelum membeli atau mengonsumsi sesuatu. Pertama, apakah produk tersebut akan memberikan dampak positif baik untuk kesehatan jasmani maupun rohaninya. Kedua, apakah produk tersebut akan memberikan dampak baik terhadap masyarakat ataupun komunitas tertentu.
Ketiga adalah apakah produk yang akan dibelinya memberikan dampak yang baik pada lingkungan atau tidak. "Kalau misalnya ada produk yang satu dibikin oleh UMKM dan yang satunya lagi bukan, aku cenderung akan memilih yang UMKM karena membawa dampak yang baik bagi komunitas," katanya dalam acara konferensi pers di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Andien (Sumber gambar: Andien Official Instagram)
Pola perilaku hidup berkesadaran seperti itu Andien terapkan ke dalam berbagai aspek kehidupannya, mulai dari mengonsumsi makanan yang sehat, membawa tumblr untuk air minum, membeli barang-barang yang lebih ramah lingkungan, hingga membuat bisnis fesyen yang berkelanjutan (sustainability) lewat komunitas Setali Indonesia.
Andien hanyalah salah satu praktisi gaya hidup conscious consumption yang belakangan menjadi tren di kalangan masyarakat. Pola konsumsi yang berkesadaran ini muncul di tengah sikap konsumerisme yang cenderung masif di kalangan masyarakat.
Dengan sejumlah pilihan yang ada, kalangan yang mengadopsi sikap conscious consumption akan lebih bijak dalam berkonsumsi dengan mempertimbangkan dampaknya dalam berbagai hal mulai dari lingkungan, sosial, hingga ekonomi. Dengan kata lain, pola konsumsi seperti itu tidak hanya mementingkan keinginan pribadi atau melihat harga suatu barang yang murah, namun mereka akan lebih kritis dalam mengonsumsi sesuatu.
Sikap conscious consumption atau konsumsi berkesadaran diyakini akan semakin populer pada masa depan. Menurut hasil riset McKinsey yang dirilis pada 2021, saat ini kebanyakan konsumen tidak hanya mementingkan harga tetapi juga sudah memperhatikan di balik suatu produk itu bisa tercipta.
Dalam hal ini, mereka mulai memastikan bahwa suatu brand yang menjual produk telah membayar upah pekerja, supplier, dan seluruh pihak yang berkontribusi dalam proses penciptana produk secara adil dan wajar. Di sisi lain, sebuah hasil riset yang dirilis Accenture pada 2020 juga menyebutkan bahwa 62 persen responden menyatakan ingin berfokus pada pola belanja yang lebih memperhatikan keseimbangan lingkungan.
Para pembicara di acara konferensi pers Danone-Aqua Peluncuran Inisiatif Kampanye Conscious Consumption #PikirinDulu di Jakarta, Kamis (24/8/2023). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta
Pola Pendidikan
Meski demikian, di Indonesia, pola perilaku konsumsi yang berkesadaran seperti ini dinilai belum terlalu masif diterapkan oleh masyarakat. Psikolog sekaligus Edukator Najelaa Shihab mengatakan pola hidup yang berkesadaran seperti itu terbentuk setelah seseorang sudah tahu, mampu, dan mau untuk melakukan gaya hidup tersebut.
Dia berpendapat bahwa pengetahuan akan pentingnya pola konsumsi yang berkesadaran di kalangan masyarakat Indonesia belum merata. Sebagian orang mungkin telah mampu menjalankan pola konsumsi seperti itu bahkan menjadikannya sebagai budaya yang baik, namun masih banyak juga orang yang bahkan belum sadar akan dampak yang dibuat dari mengonsumsi sesuatu.
"Bahwa konsumsi adalah sesuatu yang perlu dipikirin dulu itu juga belum menjadi budaya di kita," katanya.
Perempuan yang akrab disapa Elaa itu menerangkan sebenarnya perilaku hidup berkesadaran bukan hanya bisa diterapkan saat kita akan mengonsumsi sesuatu, melainkan dalam hampir segala aspek kehidupan. Hal ini tidak terlepas dari pentingnya pendidikan yang tepat yang mengajarkan bahwa segala suatu hal yang akan dilakukan oleh seseorang harus dipikirkan terlebih dahulu akan dampaknya.
"Jadi pada saat ngomong soal conscious consumption, aku yakin banget untuk meningkatkan kesadaran itu sebetulnya [berangkat] dari proses pendidikan. Jadi persiapan generasi muda yang betul-betul mikirin dulu apapun yang mereka konsumsi itu jadi esensial banget, dan semakin dini itu jadi semakin baik," kata perempuan berusia 46 tahun itu.
Ada sejumlah manfaat yang bisa didapatkan ketika seseorang menjalani kehidupannya dengan lebih berkesadaran. Elaa mengatakan selain bisa memberikan dampak kesehatan bagi tubuh, pola conscious consumption juga bisa memberikan rasa ketenangan pada jiwa seseorang karena telah membuat keputusan-keputusan untuk mengonsumsi sesuatu dengan bijak.
Di samping itu, penerapan gaya hidup seperti itu juga bukan tidak mungkin akan memberikan efek menular yang baik, sehingga menciptakan dampak yang positif pada lingkungan sekitarnya. "Itulah [proses] pendidikan, bukan cuma perorangan tapi kapasitas kolektif yang dibangun untuk menjadi lebih baik dan harus dilakukan secara holistik," ucapnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.