Menengok Gedung Baru Sony Music yang Punya Teknologi Dolby Atmos Terkini
20 June 2023 |
15:00 WIB
1
Like
Like
Like
Menginjak usia ke-25, Sony Music Entertainment Indonesia (SMEI) ingin menampilkan wajah baru yang lebih segar. Selain konsisten dalam melahirkan musisi baru, siasat itu juga tergambar dalam wajah kantor anyar SMEI yang berada di lantai 2 The Veranda Building, CIBIS Park Business.
Saat memasuki area depan, kita akan disambut dengan dinding bertuliskan Sony Music berwarna hitam berlatar belakang putih dengan aksen merah. Di samping kanan, ada rak piala dari berbagai penghargaan bergengsi, tanda kejayaan label yang pertama kali berdiri pada 1996 tersebut.
Pada area dalam, suasana kantor yang dihadirkan khas anak muda dengan mengambil konsep open space. Ada juga lounge sebagai tempat untuk bersantai menikmati makanan dan minuman, atau membuat konten.
Ruang kerja yang lebih dinamis memang sengaja dihadirkan General Manager Sony Music Entertainment Indonesia Muhammad Soufan. Ruangan yang terkesan lebih segar tersebut menurutnya bisa memancing kreativitas sehingga kantor juga bisa menjadi tempat memunculkan karya-karya baru.
Menurut dia, Sony Music telah melangkah ke zaman yang berbeda dari sebelumnya sehingga butuh semangat yang lebih besar. Terlebih, dirinya juga menyadari bahwa dunia entertainment telah jauh berbeda dibanding dahulu di mana pembuatan konten bagi para artisnya kini makin masif. Oleh karena itu, sisi estetika juga diperhatikan agar tren tersebut bisa diakomodir dengan baik.
Selain kantor yang baru, Sony akhirnya juga memiliki studio rekaman sendiri. Menurut Soufan, di seluruh Asia Tenggara, baru Sony Music Indonesia yang punya studio rekaman sendiri. Terlebih, lokasinya berada dalam satu tempat dengan kantor.
Dengan demikian, semua proses kreatif bisa dilakukan di satu tempat. Bahkan, saat tiba-tiba menemukan ide segar di kantor, musisi bisa langsung melangkah ke depan menuju ke studio dan merekamnya, melakukan mixing, hingga merilisnya secara langsung.
Studio rekaman tersebut dibuat dengan perangkat teknologi Dolby Atmos terbaru. Teknologi ini memungkinkan para penyanyi bisa merekam dan mendengarkan musiknya dengan hasil yang lebih imersif.
“Studio kami menggunakan Dolby Atmos Home Entertainment dengan formasi 914. Kami jadi yang pertama dalam memakai sistem tersebut di studio rekaman label di Indonesia,” Ungkapnya kepada Hypeabis.id.
Ke depan, Sony berharap bisa menjadi label rekaman yang punya market besar seperti tempo dahulu. Di sisi lain, pihaknya juga akan makin memberikan ruang bagi anak muda untuk terus bermusik dan berkarya bersama.
Mimpinya tidak muluk-muluk, dirinya hanya ingin lagu-lagu yang dirilis Sony didengarkan oleh semua orang di Indonesia. Terlebih, ekspansi Sony Music Entertainment terjadi pada saat industri musik Indonesia diharapkan terus tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 11,92 persen dalam empat tahun ke depan, menghasilkan volume pasar yang diproyeksikan lebih dari US$300 juta pada 2027.
Di sisi lain, saat ini pihaknya juga sudah memiliki banyak sub label musik baru yang bisa disesuaikan sesuai dengan genre yang ingin dibawakan. Misalnya, sub label Megah Music yang lebih berfokus pada lagu-lagu religi resital hingga lagu pop tradisional.
Baca juga: Sony Music Kembangkan Genre Dance & Electronic lewat FloorInc
Kemudian, ada sublabel Lululala yang mengeluarkan lagu-lagu khusus untuk genre anak-anak. Untuk yang menyukai Electronic Dance Music (EDM), Sony juga memiliki sublabel Floorinc. Ke depan, akan ada sub genre khusus untuk lagu hip hop. “Sony juga sangat terbuka dengan berbagai warna musik dan berbagai bahasa di dalamnya,” imbuhnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Saat memasuki area depan, kita akan disambut dengan dinding bertuliskan Sony Music berwarna hitam berlatar belakang putih dengan aksen merah. Di samping kanan, ada rak piala dari berbagai penghargaan bergengsi, tanda kejayaan label yang pertama kali berdiri pada 1996 tersebut.
Pada area dalam, suasana kantor yang dihadirkan khas anak muda dengan mengambil konsep open space. Ada juga lounge sebagai tempat untuk bersantai menikmati makanan dan minuman, atau membuat konten.
Ruang kerja yang lebih dinamis memang sengaja dihadirkan General Manager Sony Music Entertainment Indonesia Muhammad Soufan. Ruangan yang terkesan lebih segar tersebut menurutnya bisa memancing kreativitas sehingga kantor juga bisa menjadi tempat memunculkan karya-karya baru.
Sony Music Entertainment Indonesia (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Menurut dia, Sony Music telah melangkah ke zaman yang berbeda dari sebelumnya sehingga butuh semangat yang lebih besar. Terlebih, dirinya juga menyadari bahwa dunia entertainment telah jauh berbeda dibanding dahulu di mana pembuatan konten bagi para artisnya kini makin masif. Oleh karena itu, sisi estetika juga diperhatikan agar tren tersebut bisa diakomodir dengan baik.
Selain kantor yang baru, Sony akhirnya juga memiliki studio rekaman sendiri. Menurut Soufan, di seluruh Asia Tenggara, baru Sony Music Indonesia yang punya studio rekaman sendiri. Terlebih, lokasinya berada dalam satu tempat dengan kantor.
Dengan demikian, semua proses kreatif bisa dilakukan di satu tempat. Bahkan, saat tiba-tiba menemukan ide segar di kantor, musisi bisa langsung melangkah ke depan menuju ke studio dan merekamnya, melakukan mixing, hingga merilisnya secara langsung.
Studio rekaman tersebut dibuat dengan perangkat teknologi Dolby Atmos terbaru. Teknologi ini memungkinkan para penyanyi bisa merekam dan mendengarkan musiknya dengan hasil yang lebih imersif.
“Studio kami menggunakan Dolby Atmos Home Entertainment dengan formasi 914. Kami jadi yang pertama dalam memakai sistem tersebut di studio rekaman label di Indonesia,” Ungkapnya kepada Hypeabis.id.
Sony Music Entertainment Indonesia (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Ke depan, Sony berharap bisa menjadi label rekaman yang punya market besar seperti tempo dahulu. Di sisi lain, pihaknya juga akan makin memberikan ruang bagi anak muda untuk terus bermusik dan berkarya bersama.
Mimpinya tidak muluk-muluk, dirinya hanya ingin lagu-lagu yang dirilis Sony didengarkan oleh semua orang di Indonesia. Terlebih, ekspansi Sony Music Entertainment terjadi pada saat industri musik Indonesia diharapkan terus tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 11,92 persen dalam empat tahun ke depan, menghasilkan volume pasar yang diproyeksikan lebih dari US$300 juta pada 2027.
Di sisi lain, saat ini pihaknya juga sudah memiliki banyak sub label musik baru yang bisa disesuaikan sesuai dengan genre yang ingin dibawakan. Misalnya, sub label Megah Music yang lebih berfokus pada lagu-lagu religi resital hingga lagu pop tradisional.
Baca juga: Sony Music Kembangkan Genre Dance & Electronic lewat FloorInc
Kemudian, ada sublabel Lululala yang mengeluarkan lagu-lagu khusus untuk genre anak-anak. Untuk yang menyukai Electronic Dance Music (EDM), Sony juga memiliki sublabel Floorinc. Ke depan, akan ada sub genre khusus untuk lagu hip hop. “Sony juga sangat terbuka dengan berbagai warna musik dan berbagai bahasa di dalamnya,” imbuhnya.
Sony Music Entertainment Indonesia (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.